Ada yang nyaris terlupa, giveaway-nya Jeng Una. Aku udah janji mau ikutan, aku pengen menceritakan pengalaman malam pertamaku..eitts..... Tapi karena deadline bulanan kerjaan kantor yang mengejarku siang dan malam, GA Una hampir saja terlewatkan. Bayangkan! Tinggal 2 hari lagi!! Panteslah aku merasa dikejar-kejar dosa, malam termimpi-mimpi Una, siang terbayang-bayang Una, di tembok dapur ada Una, di plafon kamar nangkring Una, untung Una nggak ikutan sampai ke tempat tidur. Kalau sampai itu terjadi, Papa Vales mau dikemanain, coba?
Okeh, bek tu topik. Jangan melantur kemana-mana (ini penyakit akut yang susah disembuhin, "nulis ngelantur")
Okeh, cekidot, Guys!
Seperti orang-orang sebelumku, menunggu malam itu tiba saja sungguh sudah membuat nafas memburu. Rasanya waktu lambat sekali bergerak. Aku ingin segera mengalaminya. Pengalaman yang seru dan sempurna. Amazing! Amazing! (Tukul.mode.on)
Sore itu, aku bersiap-siap di lantai atas rumah kami. Cuaca redup. Sejuk. Rumahku temaram. Aku tengah berkemas, bersiap diri. Dari ujung rambut sampai ujung kaki. Semua mesti sempurna. Mama hanya berdiri memperhatikan kesibukanku. Mukanya sendu. Bibirnya melengkung turun.
Papa duduk di ruang makan, di lantai bawah rumah kami. Menghisap rokok tak putus-putus, tidak mau menatap kesibukanku. Sebentar-sebentar aku mendengar suara batuknya.
Tapi aku sumringah. Aku inginkan ini. Sudah lama kuinginkan ini. Aku sudah tak sabar ingin mengalaminya sendiri..
"Jaketmu mana?" kata mama. Aku menunjuk jaket yang teronggok di lantai.
"Jangan lupa, bawa minyak angin," kata mama lagi. Suaranya tenggelam ditelan desau angin sore yang bertiup lewat jendela.
Aku mengangguk
"Handuk kecilmu?" aku menunjuk handuk kecil yang kusampirkan di tas kecil. Mama lalu turun, aku menyusul tertatih menuruni tangga dengan menyeret travel bag-ku.
Malam ini, untuk pertama kali aku akan pergi untuk waktu yang lama. Meninggalkan kehangatan keluarga, rumah yang penuh kenangan. Setidaknya, satu tahun kedepan baru aku bisa kembali ke sini.
Aku pamit pada papa yang diam seribu bahasa. Menjabat tanganku dengan dingin. Matanya memandang ke arah lain.
Mama dan kakak ikut mengantarku ke kantor Disnaker, di sanalah semua teman yang akan berangkat berkumpul.
Malam ini, malam pertama aku berangkat merantau. Aku akan ke Pulau Bintan. Bekerja. Punya uang sendiri. Beli baju yang banyak. Beli perhiasan. Beli ini dan itu. Aku senang. Bukankah setelah bertahun-tahun menadahkan tangan pada orang tua ini adalah saat-saat yang mendebarkan sekaligus menyenangkan?
Dengan 3 atau 4 bus (kalau nggak salah, aku lupa), kami (gadis-gadis belia) berangkat sekitar jam 8 malam menuju Buton - Pakan Baru ditemani utusan dari Tunas Karya (agen tenaga kerja yang mewakili perusahaan yang akan mempekerjakan kami). Dari sana kami akan menyeberang ke Bintan. Begitu bus kami berangkat membelah malam, mama ditemani kakak beranjak pulang sambil mengusap air mata yang mengaliri pipinya yang kurus.
Mama, aku pergi. Tunggulah aku kembali. Aku akan membuat hidupmu sejahtera lagi, seperti yang pernah kau alami, janjiku dalam hati.
Ternyata Bukittinggi - Pekan Baru itu jauh sangat, Sodara-sodara. Pant*t rasanya kebas bagai dihantam bola yang ditendang Maradona. Aku lelah duduk di dalam bus. Lelah menutupi hidung dengan handuk kecil karena nggak tahan dengan asap rokok Pak Sopir dan kernet yang nggak putus-putus. Aku tidak bisa tidur seperti teman-teman yang lain. Aku memikirkan rumah yang kutinggalkan, memikirkan papa yang duduk sendiri di ruang makan nan temaram, memikirkan mama yang wajahnya ketika kutinggalkan sesendu senja berhiaskan hujan. Benarkah yang kulakukan ini? Kenapa aku harus membuat mama dan papaku sedih begini?
Di suatu tempat di tengah jalan selepas Kelok Sembilan, di mana sebelah kiri adalah jurang dan sebelah kanan tebing yang tinggi, bus di depan kami pecah ban. Sempurna! Bus-bus yang lain ikut berhenti menemani, karena kata orang-orang, di daerah itu sering ada 'bajing loncat'. Kami ketakutan. Tanpa komando langsung mengepit barang berharga seaman mungkin. Untunglah Bapak-bapak sopir itu cekatan mengganti ban. Tak lama kamipun melanjutkan perjalanan.
Pagi masih temaram ketika kami tiba di Pakan Baru dengan rambut kribo awut-awutan, lengkap dengan wajah pucat dan berminyak. Aku sempat nyari pom bensin dengan niat minta tolong sedotin minyak di wajah aku. Siapa tau bisa diolah menjadi pertamax, kan harganya bisa dibanting hingga pecah berderai. Tapi sayang, si abang yang jaga-in pom bensin menjawab diplomatis:
"Nggak usah disedot tuh minyak di muka, Dek"
"Kenapa, Bang?"
"Karena minyak mukamu bisa membakar cintaku"
Setelah sarapan, kami melanjutkan perjalanan ke Pulau Buton (ingak2! Bukan Buton di Sulawesi lho yes, P e k a n B a ru) naik kapal penyeberangan. Ternyata dari Pekan Baru ke Buton sama saja dengan dari Bukittinggi ke Pekan Baru. Jauuuuuhhh....sekali. Di kiri kanan jalan nggak ada pohon. Tanah gersang dan berpasir. Sepanjang jalan hanya ada pipa minyak nan sebesar pohon beringin itu. Aku berasa berada di Irak (halah). Inilah tanah tergersang pertama yang kukunjungi di bumi Allah. Setelah bertahun-tahun hidup di daerah nan subur makmur di sebuah desa di Bukittinggi sana, ini menjadi pemandangan ajaib buat kami. Ternyata tanah di dunia ini tak semuanya berwarna hitam dan subur, Cuuuyyyy...! Ingat itu. Bersyukurlah jika kau diberi tanah yang subur.
Jam 2 siang, kami tiba di pelabuhan Buton. Jangan tanya lagi wajah kami seperti apa. Kusut berdebu. Dan tetap; berminyak. Aku tidak berfikir untuk mencari pom bensin lagi. Aku khawatir minyak mukaku cukup untuk membakar jiwa dan raga si abang pom bensin, belum lagi jika di gabung dengan minyak di muka teman-temanku itu. Buton bisa mengkilat terbakar sinar matahari karena sinarnya terpercik minyak dari muka kami (lebay is my style :D)
Kami lelah. Perjuangan memperbaiki nasib ternyata tidaklah mudah. Aku sempat mengutuk perusahaan yang akan mempekerjakan kami. Kenapa tidak memberangkatkan kami pakai pesawat aja sih? Kebanyakan rekrutan karyawan yang ke Batam kan pake pesawat. Kenapa kami enggak? Apa ini perusahaan kecil yang baru mulai belajar berdiri?
Beeuugghhh.... Debu Buton mempersulit aku menghapus bayangan wajah papa dan mama. Aku menyesali mega disaster kebangkrutan yang menghantam papaku hingga tak ada secuil hartapun tersisa lagi, kesedihan di wajahnya yang dia tutupi dengan asap rokok yang puntung dan abunya ku sapu setiap pagi dari kamarnya, wajah kuyu mama yang tengah memasak ubi di dapur karena beras tidak ada. Tenggorokanku sakit menahan kerinduan dan kesedihan yang bersatu padu bergotong royong meninju-ninju dadaku.
Ahhhh... Papa. Di sinilah aku kini. Sebentar lagi akan menaiki tangga kapal ferry, menuju cita-citaku untuk meringankan bebanmu. Bantulah aku dengan doamu yang mustajab itu. Bantulah aku menghapus air mata yang mengalir ini.
Di pelabuhan, kami sempat membersihkan diri ala kadarnya. Menyapukan bedak untuk sekedar menghapuskan minyak di wajah. Wajah kuyu kami kembali berseri, (berharap) mirip Dian Sastro lagi. Sekitar jam 3 - 4 sore (aku lupa), ferry berangkat membelah lautan, menuju Batam. Membawa aku dan teman-teman beserta harapan kami.
Aku sempat tertidur di ferry. Sebentar saja. Kesedihan masih menggantung di dadaku. Keceriaan di awal-awal keberangkatan kemarin berangsur hilang dan berganti kerinduan yang mengharukan hatiku, membirukan bibirku.
Kami tiba di Batam (Sekupang) jam 7 malam. Transit only. Kami kemudian pindah ke speed boat carteran yang akan membawa kami ke Bintan. Kami tiba di Bintan jam 8.30 malam. Perwakilan perusahaan sudah menunggu kami di pelabuhan kawasan industri BIE - Lobam. Saat itu, Lobam masih sepi. Belum banyak perusahaan yang beroperasi di sini. Sejauh mata memandang hanyalah bangunan pabrik. Jalan yang membelah kawasan luruuuuuss...banget. Di kiri kanan ditanami pohon. Saat aku datang, pohon-pohon itu masih setinggi orang dewasa. Kini mereka sudah tumbuh tinggi menaungi jalan.
Bintan. Di sinilah aku bekerja hingga kini, meski bukan di perusahaan yang sama lagi. Di sini aku menangis dan tertawa. Di sini juga aku bertemu jodoh dan menikah. Di sinilah putri pertamaku lahir. Dan aku masih di sini ketika kekek, nenek dan papaku menutup mata untuk selamanya. Tidak sempat ku cium mereka untuk yang terakhir kalinya. Tidak sempat kutemani mereka dihari-hari terakhirnya. But we know, we love each others. May God bless us... Till we meet again somewhere, someday...... :)
Ahhh... begitulah kisah pengalaman pertamaku berangkat merantau di malam hari. Una jangan sedih karena aku tidak bercerita tentang malam pertama yang sesungguhnya ya..heheh... Nanti itu menjadi cerita antara kita berdua aja ya?
Artikel ini diikutsertakan dalam Giveaway Pertama-nya Una
pengalaman pertama dalam mencari uang (bekerja), tentu juga menggembirakan ketika mendapatkan gaji pertama........atau ketika mendapat bonus yang tidak terduga (jumlah uang yang besar, yang tidak pernah dipegang sebelumnya)....jingkrak-jingkrak.....
BalasHapusJadi ingat malam pertamaku jg mba... ga bs tidur, Jakarta panasss sodara2! qiqiqiqi
BalasHapusGyaboooo, aku kira seriusan tentang malam yang pertama yang itu loh... *matakedipkedip*
BalasHapusBtw mbak itu beberapa tahun yang lalu pergi ke Bintannya?
Makasih yaaa kakakku yang cantik dan manis *uhuk* segera kucatatt :)
waahaha awalnya bikin ketawa, endingnya bikin diem.
BalasHapussemoga menang mbak :)
malam pertamaku di semarang juga gak bisa tidur panas hihihi sama kaya orin.
BalasHapusmbak kurang seru nih ah malam pertamanya,aku pikir malam pertama apa,otakjorok Asstagfirullah
wah, saat2 seperti itu yang bikin cenat cenut ..berpisah dengan keluarga yg selama ini bersama kita..
BalasHapussaya jadi kangen sama emak ...
hahaha.. ternyata kita semua suka yang jorok-jorok ya.. dari awal baca aja dadaku sudah deg-degan, jedut-jedut! :P
BalasHapusJadi sekarang pindah kependudukan nih critanya Mbak?
pengalaman pertama dalam perjalanan yang tak terlupakan ya kak Wi....sampai pada hari ini dan detik ini masih di pulau yang sama.
BalasHapusbegitu juga diriku kak Wi...masih tinggal dan berdiri di tempat yang sama dari mulai merantau, ya meskipun gak jauh kayak kampung kak dewi...tapi tetep aja merantau.
awal pembuka udah sempet mikir : wahhh kak dewi mau cerita nich yang nangis2 itu hehhehe..ternyata oh ternyata
BalasHapusinti ceritanya dalemmmmm ...
BalasHapusHahaa..pengen ketawa dulu jeunk..
BalasHapusDuh aku ga malam pertama tuh..
Soalnya lagi dapet bo..
wahh salut dech ,,inti cerita sedih tapi di bungkus dgn gaya bahasa yg gokil,, keren bgt mbak fatma dech
BalasHapusnikmat banget nich aku baca ceritanya,kayaknya klo setiap postingan blog yang aku datangi artikelnya seperti blog mbak fatma.ga bakalan rugi deh
BalasHapussip sip...
BalasHapussemoga menang!!!!!!
ayooooo sesama banci kuis harus saling menyemangati yaa
hahhahaaa
"Karena minyak mukamu bisa membakar cintaku"
BalasHapusIni gombal asli ...
bermutu tinggi ...
(dicatat sodara-sodara )
Salam saya
Dear.
BalasHapus1. Minal aidin wal faidizin... maaf lahir bathin dan Selamat Idul Adha 1432 H..... biar telat asal selamat...heee... ngawur.com
2. ada pesan dari susan... katanya insy;lh pe er nya akan segera di kirimkan.... kondisi susan sudah boleh dikatakan pulih 95%....
3. wah ini pengalaman pertama mau kerjaa tooohh,,, tak fikir mau.... eeehh.,..mmm sensor.com
4. sukses buat kontesnya.... semoga menang yach...
5. maaaff kami jarang mampipr,..... karena jarang sekali ngeblog dan bewe......
regards.
... Ayah Double Zee ...
berarti sekarang masih di Bintan ya mbak Fatma? napa mamanya engga diajak aja kesitu, atau mama mbak Fatma sekarang emang udah ikut anda?
BalasHapussukses GA nya mbak..
jadi, menempuh perjalanan brapa hari bisa sampai ke Bintan? aku ga ngitung berapa lamanya perjalanan tadi.. :D
BalasHapusSukses GA-nya bu.. :D
Haayaah...padahal dah bayangin papanya Valesa pasti sibuk kuncir rambut dibanding deketin Mba Dewi dimalam pertama, eh..ceritanya bukan itu toh,hehe.
BalasHapusDuh, salut atas perjuangan Mba Dewi mencari uang sekaligus cintanya. Eh, ngomong2 sebelum mirip Dian Sastro, Mba Dewi mirip siapa? Mpok Nori ya? hahaha...
"Nggak usah disedot tuh minyak di muka, Dek"
BalasHapus"Kenapa, Bang?"
"Buat gantinya obor kalo nanti malem saya cari belut"...huhahahaha
@ Aryadevi:
BalasHapusBener banget. Rasanya sulit diungkapkan dengan kata-kata. Begitu namaku dipanggil untuk menerima gaji pertama, aku serasa bermimpi. Hah? Gaji?
@ Orin:
Hahaha…..nggak bisa tidur karena panas atau karena eh karena…….??
:D
@ Sitti Rasuna Wibawa:
Loh, ini serius ini… Beneran ini… *matakedip-kedip, lidah menjulur*
Kira-kira saat Una baru berumur 5-6 tahunan lah..
Aku ingat, sempat liat Una dipinggir jalan lagi ngelap ingus…..
Hehehe… Terima kasih kembali, Sayang…
@ KAZ:
Amiiinnn….
@ Lidya:
Tuuuh…kan…. Pada mengenang malam pertama nih…
Malam pertamaku di Bintan juga panas… Hot..Hot..Hot…
@ Saladine Code:
Bener banget.
Aku kangen rumahku yang dulu itu……hiks…
@ Mba Yuni:
Hahahaha…. Udah ngebayangin duluan sihhhh… :D
@ Mba Yuni:
BalasHapusYes, betol… Aku udah bukan penduduk Bukittinggi lagi..
@ Adini:
Iya Mul…
Dulu rencananya Cuma dua tahun di sini. Eh, malah keterusannn…:D
Skrg mau balik ke kampung lagi udah takut..Sering gempa sih…
@ Mulyani:
Hahaha… Nggak mau mengingat itu lagi Mul. Kayaknya sekarang udah mulai lupa aku :D
Alhamdulillah… doaku dikabulkan untuk tidak terkenang-kenang itu lagi, Mul.
Semakin jauh bau sorga kalau diingat terus… :D
@ Mba Dey:
Sedalem ceritanya, ya Mbak… :)
@ Nchie:
Eeeehhh….kok sama..?? :D
@ Al Kahfi:
Duh, aku tersipu-sipu, kepala membesar, lobang hidung mengembang, rambut berdiri…heqqq…
Tengkyu..
@ Bisnis Pulsa:
Kembali: tersipu-sipu, kepala membesar, lobang hidung mengembang, rambut rontok..
Makasih..makasih…
@ Elsa:
Amiiinnn…!!
Hahahahah… Setuju! Hidup banci kuis..hihi..!!
@ Om NH:
BalasHapusBelajar dari mantan pacar, Om..hahahaha……
@ Keluarga Zulfadhly:
1.Minal Aidin wal faizin… Sama-sama Om Zul…
2.Alhamdulillah… Salam buat Jeng Susan ya, Om. Moga cepat pulih 100%. Eh, Om Zul juga boleh kok, ngerjain pr-nya.. :D
3.hahaha… Banyak yang mikir gitu, berarti aku cocok jadi penipu ya…
4.Amiiinnn….
5.nggak papa jarang mampir asal sering kirim cemilan…
@ Lozz Akbar:
Masih, Kang. Iya, sejak menikah 4 tahun lalu, mama ikut aku di sini. Kan papa udah nggak ada……
Makasih, Kang. Sukses juga buat Kang Lozz :)
@ Mabruri:
Berangkat Selasa malam jam 8, nyampe di Bintan besoknya; Rabu malam jam 8.30.
Berapa jam tuh…..
Makasih, Mab :)
@ Bang Pendi:
SEbelum nikah rambutnya emang panjang. Menjelang hari H rambutnya dipotong pendek, Bang. Jadi malam pertama nggak ngurus rambut, sibuk ngurus yang laen. ..haha..
Nggak, nggak mirip Mpok Nori. Mirip Mpok Minah….hihihi…
Pasti banyak dapat belut, kalo minyak obornya dari muka aku ya Bang…hahahahayyyy…!! Bang Pendi anak siapa sih.. Kok lucu amiiitt….
Hahahah...aku pikir cerita malam pertama yg itu...yg kayak si ipeh kabur hahaha.....gile...trnyata perjalanannya jauh bnget yachh......saluut..berarti dirimu trmasuk berani yachh...aku dulu prnah kerja di sukabumi...perjalanan 4-5 jam...tiap minggu mesti pulang krna ngga betah.....
BalasHapusbtw setelah mama ikut dirimu...trs rumah yg di bukit tinggi siapa yg jaga? adik yachh....
sukses utk kontesnya yach...kayaknya ada bau2 juara disni ehhehe....
Biuuhhh.. kirain malam pertama yang itu mbak hehehe..
BalasHapusSaya malah sudah lupa pengalaman pertma waktu merantau dulu :D
Semoga menang ya mbak.. :)
Salam
knp cuma basuh kepala, gag sekalian nyebur gitu mandi... heheheeh.. biar bersih sekalian :( :p
BalasHapusjiaaaa....kiraiiinnn...!
BalasHapusbaca cerita mba fatma jadi pengen ke bintan. kapan yaaaa...hiksss
deg2an baca cerita perjalanannya
BalasHapussudah membayangkan yang nggak2 aja deh
(efek nonton sinetron ha..ha..)
akhirnya betah di Bintan ya
@ Nia:
BalasHapusJauh karena naik bus-ferry-speedboat-ojek, Say.
Kalo naik pesawat mah deket..hehehe... Beraniin aja, kan banyak temen yang ikut. Tapi yang masih ngendon dimari hingga detik ini hanya segelintir aja.
Ntar kalo aku cerita yang begituan jadi banyak yang kepengen.... :D
Rumah di kampung dijagain sama kakak. Adikku cuman satu, cowok. Tinggal di kota yang berbeda (tapi masih di Sum-bar).
Amiiinnn...
@ Sukadi:
Jangan ah... Ntar banyak yang nces..
Amiin.. Tengkyu..
@ Belajar photosop:
Gimana mau mandi, airnya minta di warung makan. Satu ember rame-rame..hahaha...
@ cikvee:
Ayo..ayo..ayo... Datanglah kemari berame-rame...
Kapan? Kapan?
@ Mba Monda:
haha..banyak yang mengira begitu ternyata..:D
Dibetah-betahin, Mba. Pengennya sih pindah ke Jakarta, tapi udah terlalu rame di sana. Sumpek. Saya di sini aja deh... :P
pengalaman pertama juga sangat menegangkan memulai bisnis forex online waktu bermitra dengan broker rusia, asik sik,,
BalasHapusAku tunggu kisah "Malam Pertama" jilid dua!
BalasHapusSukses, Jeng kontesnya :D
seru ya mbak pengalaman pertama merantau...
BalasHapusaku jg malam pertama tinggal jauh dari ortu tuh sedih banget... sampe mewek... hihihi...
hebat deh mbak Dewi punya cita2 merantau utk meringankan beban orangtua... semoga Alm. Bapak bahagia disana... dan semoga Ibu pun bahagia ya... :-)
Sarung tahun 1975 yang kupakai saat ini basah, banjir oleh airmataku yang menetes deras, terharu akan perjuanganmu nak.
BalasHapusMengapa tak ke Medan atau Padang saja lebih dekat, tanpa menyeberang lautan, hutan dan gunung.
Ach..seandainya saat itu akau disampingmu, tentu ceritanya jadi lain.
Aku berharap, kita menang berdua dalam kontes ini. ternyata oh ternyata..kita kalah telak.
Salam sayank selalu.
baca ceritanya seru banget...begitu baca komentar2 temen2 lebih seru lagi....hahahahahha
BalasHapusuenaknya punya pengalaman merantau sampai segitu lamanya...
"Nggak usah disedot tuh minyak di muka, Dek"
BalasHapus"Kenapa, Bang?"
"Karena minyak mukamu bisa membakar cintaku"
Ternyata gombalan sudah mewabah di segala kalangan sejak dulu kala. ^^
@ Dosen Forex:
BalasHapusYang asik yang mana, Pak? :D
@ Mba Choco:
Siap, Bos! Jilid dua hanya antara kita berdua yaaa…..
@ Lyliana Thia:
Iya, waktu itu papa bangkrut banget. Tapi pas aku di rantau, Alhamdulillah, keadaan perekonomian kembali membaik karena beliau kembali bekerja :D
@ Pakdhe Cholik:
Ho-oh, Pakdhe…
Kita kalah telak. Tapi kita kalah secara jantan kok, Pakdhe. hehe…..
Salam sayank selalu, Pakdhe Ganteng..
@ Necky:
Seru asal nggak saru, kata Pakdhe, Mas :D
@ Asop:
Hihihi… Sejak jaman kuda nggak pake sepatu, para lelaki kan emang udah gombal :D
bacanya berdebar-debar, meski dari awal aku sudah tahu bukan ttg malam pertama yang ditunggu orang-orang. Banyak kalimat dengan kata-kata gombal ciri khas Fatma, tapi tidak bisa menampik bahwa isinya berat dan mengharukan. Hari seorang ayah, ibu dan anak perempuan tertuang di sini
BalasHapusHadoooohhh, padahal dah nunggu2 cerita gimana dikau menganiaya papa Valeska dengan brutal, ternyata eh ternyata
BalasHapusHebat yah dikau masih semangat 19 (Dewa kalee!) ikutan kuiz. Ekye mah boro2 :-(
Moga2 sukses deh Cyiiinn. Mmmuuaacchh
Baca ceritanya Mbak Dewi Fatma serasa baca novelnya Andrea Hirata...jempol deh buat Mbak..
BalasHapusjadi pengen buru-buru deh xiixixi :D
BalasHapus^_^ Hhe stuju kayak baca novel.
BalasHapusblog walking
@ Mba Imelda:
BalasHapusHehehe… gombal dan lebay ya, Mbak?
Gimana yah, nulis yang nggak banyak lebay. Daku kok nggak bisa ya, Mbak…
@ Zulfadhly’s Family:
Ganas pokoknya, Say. Jangan dibayangkan deh… Papa Vales aja trauma..hahaha..
Kan dulunya karena ketularan dirimuh, Jeng. Jangan merasa nggak punya kans dalam menjadikan diriku banci kontes lo ya…
Paling-paling kalo dah pulih sempurna, dirimu bakal jadi banci kontes lagi.
Cepat kembali bergabung kedalam Ikatan Banci Kuis Keukeuh Sumakueh ya, Say..
I miss yuuu….
Mmmuuuaahhh….
@ Hanayasmin:
Ah, masak? ;P
@ Lagu Terbaru:
Kemana?
@ Kak Eyo:
Novel nggak jelas tapi..hehe..
Makasih dah mampir dimari. :D
hemmm seru juga yah perjalanan nya ..
BalasHapusmengingat masa lalu kadang seru uga sich..
Jauh juga maen nya mbak, ntar jgn ke pekanbaru lagi ya, sekarang musim panaaaaaasss bgt, cuma ngasih saran aja, tkut nya nyampe sini gosong pulaaakk.. heheeeee
BalasHapusKirain malam pertamanya, mbaknya..
BalasHapusbegitu ya ceritanya,,
BalasHapushahaha,,,saya hampir aja berfikir macem-macem mbak,,pengalaman yang mengharukan ya,,hehe,,,yg bikin lucu tuh si abang pom bensin gombal sekali,,hehe
BalasHapuslihat judulnya hampir aja saya salah tangkep,,hehehe,,,ternyata eh ternyata pengalaman kerja ya,,siip,,terima kasih lah buat share nya
BalasHapustadinya semangat baca karena pengalaman malam pertama oh ternyata merantau..
BalasHapus:P
Kunjungan Petang mbk...Bagus critany saya hampir aja berfikir macem-macem mbak,,pengalaman yang mengharukan ya,,hehe,,,yg bikin lucu tuh si abang pom bensin gombal sekali,,hehe
BalasHapusOur goal is to become # 1 on the backlink information providers.
BalasHapusHere too well and good backlinks in alexa.
Thank You Friend
gokil :D
BalasHapusmalam pertama judulnya sudah banyak benget tuh yang nayari tuh di google.. setelah baca keseluruhan cerita semua orang NGAKAK .. cukup menghibur tapi sempat terbesit pikiran setan tertarik membaca artikel ini.. namun sirnah sudah setelah membaca isinya :D
makasih untuk artikelnya.. oh iya follow back blog ku ya Copast Master Web Indonesia saya follow yang ke #197 tak tunggu ya :D
kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah anda ...
BalasHapusPengalaman pertama dalam hal apapun itu tak akan terlupakan ya, begitu terkesan
BalasHapusKalo saya, pengalaman pertama nyari kerja, aduh capek dan bingung karena bukan wilayah saya
BalasHapuspostingannya menarik untuk di baca
BalasHapussalam kenal yaa
BalasHapusingin juga rasanya pergi merantau utk cari kerja...
BalasHapusHa ha ... seru ceritanya ... ikut gemes bacanya
BalasHapusHE HE HE.... tertipu saya sama judul postingannya...... :)
BalasHapusDi ending artikelnya dah ada kata maaf ari mbak dewi (saya maafkan)
keep Bloging dengan gaya alay dan lebay nya ... :)
Tertipu sama judulnya saya hahahahahah :-)
BalasHapushampir saja pikiran ku ngeres, hehe di kira pengalaman peratama yang blaem2 hehe maap ya sis :)
BalasHapus