Kamis, 10 November 2011

Dear Pahlawanku – Mengenangmu, Bung Syahrir

Dear Bung Syahrir,

Mohon maaf sebelumnya jika mengganggu...

Begini lho, Bung. Teman saya mengadakan kontes menulis surat untuk pahlawan. Dan saya memilih Anda untuk saya surati. Bukan karena nama Anda sama dengan nama seorang kakek yang tinggal di depan rumah nenek saya. Bukan juga karena Anda terlahir di Koto Gadang - Kab.Agam - Sumbar, sama seperti saya. Saya pilih Anda karena saya mengagumi Anda, Bung. (Meski usia kita berbeda puluhan tahun, saya masih boleh kan, memanggil Anda dengan sebutan 'Bung'? Soalnya saya bingung mau panggil apa. Mau panggil 'Pak' Anda udah terlalu sepuh, mau panggil 'Pakdhe', duh, kesannya nggak sedap. Lagian nggak enak juga sama Pakdhe Cholik... :D)



Gambar dari sini
Saya mengagumi Anda muda (maksud saya ketika Anda berusia muda), karena Anda pemuda yang aktif berjuang memajukan anak bangsa dengan aksi pendidikan melek huruf untuk anak-anak tidak mampu. Dan saya semakin kagum, karena pada saat para pemuda lain masih sibuk dengan perkumpulan kedaerahan, Anda justru termasuk dalam sepuluh orang penggagas pendirian himpunan pemuda nasionalis, Jong Indonesië. Perhimpunan yang kemudian berubah nama jadi Pemuda Indonesia yang menjadi motor penyelenggaraan Kongres Pemuda Indonesia. Kongres monumental yang mencetuskan Sumpah Pemuda pada 1928.

Hebat euy !

Dear Bung Syahrir,

Dulu, sekitar tahun 1930-an, Anda pernah menulis kata-kata ini di majalah Daulat Rakjat:

"Pertama-tama, marilah kita mendidik, yaitu memetakan jalan menuju kemerdekaan."  

Tapi kini, lihatlah generasi muda kita yang mengaku berpendidikan. Mungkin jika Anda ada di sini dan melihat semua ini, Anda akan sedih. Para pemuda berbeda desa berkelahi, para mahasiswa bentrok, pelajar tawuran, mahasiswa melempari kampusnya, hanya karena tidak suka dengan Dekan, pedagang menangis karena tempatnya mencari nafkah digusur. Para buruh demo menuntut kesejahteraan hidup. Sebagai orang yang selalu mengelu-elukan dahsyatnya pendidikan, sebagai mantan Ketua Kongres Kaum Buruh Indonesia, apa pendapat Anda tentang semua ini?

Dan lihat juga, orang-orang sibuk berdebat di depan kamera TV, menyalahkan pemerintah. Membahas kekurangan-kekurangan dan kesalahan-kesalahan pemerintah. Tapi tidak ada yang membahas prestasinya. Apa memang karena mereka nggak punya prestasi? Menurut Anda, bila orang-orang yang berdebat itu didudukkan di kursi pemerintahan apa mereka bisa berbuat yang lebih baik? Kok Anda diam saja? Hmmm..?? Bingung kan? Saya juga jadi bingung ini.....

Semoga tidak ada diantara para pejuang yang menanyakan hal itu pada saya. Saya hanya rakyat jelata yang lugu, lucu, cupu dan unyu alias LuLuPuNyu (keren kan, istilahnya). Saya gak mau mikir macam-macam apalagi nyalah-nyalahin uwong. Wong saya jadi Ketua Kelas aja gugup kok... Lagipula, saya sudah cukup pusing dengan urusan susu. Untuk saat ini, susu adalah prioritas utama saya, jika nggak ada susu, si kecil nggak iso ngguyu, jika dia nggak iso nggak nguyu, saya pun pasti ikutan sendu. Dan hari-nari kami akan kelabu, karena udara ikutan beku.........

Wis, wis... Bung nggak usah ikutan ngguyu tho.... 

Bung Syahrir yang hebat,

Seingat saya, Anda dan Bung Hatta pernah dipenjarakan Belanda pada tahun 1934 karena Belanda takut akan potensi Partai Revolusioner Indonesia yang Anda berdua pimpin. Maka Anda berdua dan para pemimpin PNI Baru pun dipenjarakan di Boven-Digoel (Papua) yang merupakan kawasan habitat nyamuk malaria  itu (mestinya para koruptor aja yang di penjara disana, biar darahnya diisap nyamuk sebagaimana mereka mengisap darah rakyat..*halah*). Setahun Anda di sana, di tengah hutan belantara, dengan sungai yang penuh buaya saat masih berusia 25 tahun, sebelum dibuang lagi ke Bandanaira untuk diasingkan selama 6 tahun. Sungguh berat perjuangan yang Anda tempuh untuk negeri ini. Padahal Anda hanya berjuang. Bukan mencuri, bukan korupsi. Tapi hukuman yang Anda terima melebihi hukuman untuk para koruptor.

Hmmm... saya tiba-tiba ingin tau, apa sih yang Anda kerjakan, lakukan dan alami selama dipenjara dan dipengasingan itu, Bung Syahrir? Apakah Anda juga sempat jalan-jalan ke Bali untuk nonton pertandingan badminton? Atau nonton film-film terbaru lewat home-theatre yang ikutan Anda bawa nginap di penjara? Atau berkelana di dunia maya dengan fasilitas internet? Oh iya... Saya lupa. Jaman itu kan lom ada home-theatre atau komputer ya... Dan jaman itu blom ada uang untuk mbayar sipir penjara.............. Oh, saya tau, pasti Anda tetap melakukan hal-hal yang bermakna untuk perjuangan. Seperti menulis, membaca dan lain-lain. Apakah tebakan saya benar?

Kalo sekarang sih, penjara di negeri kita lebih fleksible, Bung. Terutama untuk koruptor. Boleh kok keluar jalan-jalan kalo lagi bosen di dalam, boleh juga ngajak istri nginep. Soalnya para koruptor takut si 'buyung' jadi bego gara-gara kelamaan nganggur. Makanya sesekali istri diajak nginap. Bawa tipi dan komputer ke dalam juga boleh. Biar nggak suntuk gitu, Bung. Beda yah, dengan Anda dulu?

Nggak usah melongo gitu, Bung. Anda kaget? Ayam tetangga saya kemarin die gara-gara kaget. Mbok ya jangan cepat kaget. Masih ada berita yang lebih nyus yang ingin saya ceritakan. 

Lagian, mereka di penjara nggak lama-lama kayak Panjenengan itu. Paling kalo nyurinya masih hitungan miliar ya, sekitar 2-3 tahun. Kalo udah level triliun ya, sekitar 7-8 tahun. Tapi jangan coba-coba nyuri ayam atau sebiji semangka lho, Bung. Bisa 12 tahun lho! Nggak main-main lho ini... Loh, kok Anda seperti nggak percaya begitu sih.... Suer!

Yah...beginilah negara kita sekarang, Bung. Yang tua korupsi, anak muda berkelahi. Hukum bisa dijual dan dibeli. Menyedihkan ya? Kalo sudah begini, kami jadi terkenang-kenang para pejuang jaman dulu itu... Yang ikhlas rela menyabung nyawa demi terciptanya negara Indonesia merdeka.

Padahal dulu Anda dan teman-teman sudah melakukan segala upaya untuk meraih kemerdekaan negara kita. Termasuk nekad menculik 2 orang penting itu; Bung Karno dan Bung Hatta untuk kemudian Anda dan para pemuda 'paksa' merebut kekuasaan dari tangan Jepang dengan cara memproklamirkan kemerdekaan bangsa secepatnya. Anda dan para pemuda tidak mau menunggu waktu yang telah ditentukan Jepang, yaitu tanggal 24 September 1945. Anda dan para pemuda berfikir, jika menuruti usul Jepang, itu akan menimbulkan kesan bahwa kemerdekaan kita adalah hadiah dari Jepang.

Gambar dari sini

Waaahhh... Saya salut lho, dengan keberanian dan ketepatan tindakan Anda dan para pemuda itu. Jika Anda tidak bertindak begitu dan proklamasi kemerdekaan tetap diproklamirkan pada tanggal yang telah ditentukan Jepang, alangkah hinanya kita. Pastilah mereka akan dengan pongah berkata:

"Kemerdekaan kalian tuh hadiah dari kami, Cuy.... Bukan karena perjuangan dan tekad kalian. Itu hanya karena kami murah hati..."

Ihhh... pastilah hati bakal teriris-iris dihina dina begitu rupa....

Tapi, begitu kemerdekaan diraih dan bangsa kita meniti era revolusi, mucullah masalah baru. Anda pasti masih ingat itu, kan? Revolusi menciptakan atmosfir ketakutan dan amarah yang membuat orang sulit sekali untuk berfikir jernih. Hanya sedikit sekali tokoh yang punya konsep dan langkah strategis meyakinkan guna mengendalikan kecamuk revolusi. Dari yang sedikit itu, termasuklah Anda dan Tan Malaka yang punya pemikiran populer.  Dan pemikiran Anda berdua dianut oleh banyak kalangan pejuang republik. Anda berdua juga dianggap steril dari kolaborasi dengan Jepang, meski akibatnya Anda jadi terlihat pecah kongsi dan kelihatan bertentangan dengan dua orang penting lainnnya; Bung Karno dan Hatta. Tapi demi kebenaran yang Anda yakini, Anda -sekali lagi- mengambil langkah berani.

Disaat genting itu Anda menulis sebuah risalah peta persoalan dalam revolusi Indonesia serta analisis-analisis ekonomi bertajuk "Perjuangan Kita", karya terbesar Anda yang disebut-sebut sebagai "Satu-satunya usaha untuk menganalisa secara sistematis kekuatan domestik dan internasional yang memperngaruhi Indonesia dan yang memberikan perspektif yang masuk akal bagi gerakan kemerdekaan di masa depan." oleh Ben Anderson sang Indonesianis.

Saat Bung Karno terobsesi dengan persatuan, Anda justru menulis; "Tiap persatuan hanya akan bersifat taktis, temporer, dan karena itu insidental. Usaha-usaha untuk menyatukan secara paksa, hanya menghasilkan anak banci. Persatuan semacam itu akan terasa sakit, tersesat, dan merusak pergerakan."

Anda juga  berani mengecam Soekarno: "Nasionalisme yang Soekarno bangun di atas solidaritas hierarkis, feodalistis: sebenarnya adalah fasisme, musuh terbesar kemajuan dunia dan rakyat kita."

Anda masih ingat semua itu?

Lalu, (lagi-lagi) karena pemikiran Anda yang maju dan tindakan Anda yang tepat dan berani, Anda pun pada akhirnya ditunjuk untuk menjadi formatur kabinet parlementer oleh Presiden Soekarno. Anda masih berusia 36 tahun saat Anda memulai perjuangan baru membela kedaulatan Indonesia melalui panggung perjuangan yang berbeda; Perdana Menteri Termuda di dunia, merangkap Menteri Dalam Negeri dan Menteri Luar Negeri. Pada saat yang sama, Anda adalah pemuda Minang pertama yang jadi Menteri. Sangat patutlah saya berbangga hati.

Tapi, semua orang tau, Bung; Tanpa Syahrir, Soekarno bisa terbakar dalam lautan api yang telah ia nyalakan. Sebaliknya, sulit dibantah bahwa tanpa Bung Karno, Syahrir tidak berdaya apa-apa.

Benar sekali, perjuangan seorang diri meskipun hebat takkan berarti apa-apa, tapi perjuangan yang dilakukan bersama-sama meski dengan cara berbeda asal tujuan sama, Insya Allah akan tercapai. Karena dengan bunyi yang berbeda, maka terciptalah sebuah symphoni yang indah. Duh...saya sok pinter ya... 

Dear Bung Syahrir,

Masih banyak kekaguman yang ingin saya curahkan dalam surat ini. Seperti betapa hebatnya Anda berpidato di depan dewan PBB tahun 1947 dalam rangka melepaskan bangsa Indonesia dari belitan jajahan Belanda. Betapa hebatnya anda membantah argumen yang disampaikan secara mantap oleh wakil Belanda di sana. Kehebatan Anda telah membuat bangsa Indonesia menjadai negeri jajahan pertama yang masuk ke agenda sidang PBB dan kita berhasil duduk sebagai negara yang berdaulat di gelanggang international. Diakui oleh PBB dan dunia. Dan Anda menyebabkan wakil Belanda yang bernama Eelco van Kleffen itu ditarik sebagai wakil Belanda di PBB karena gagal melawan argumen diplomat muda dari negeri yang baru lahir dan telah dijajah selama berabad-abad. Anda pun mendapat julukan baru "The Smiling Diplomat". Gimana sih perasaan Anda waktu itu? Senang?

Saya jadi ingat perjuangan Palestina untuk diakui PBB yang belum berhasil hingga kini. Semoga Allah merestui dan meredhai perjuangan mereka. Amiiinn..

Dear Bung,

Ini yang terakhir, nih. Janji. Saya takkan lagi mengganggu istirahat Anda yang damai. 

Andai Anda masih ada di sini, apa yang akan Anda lakukan untuk negara Indonesia kita tercinta? Atau, apa nasehat yang akan Anda berikan untuk kami yang muda-muda dan LuLuPuNyu ini? Apa?? Agar kami mengisi dan menjaga kemerdekaan ini dengan baik? Agar kami berbuat yang terbaik yang kami mampu? Agar kami mulai dengan memperbaiki diri kami sendiri dan tidak saling cerca? Agar kami bersatu? Ok, ok! Saya akan sampaikan itu pada pembaca blog saya. Saya percaya, para generasi bangsa yang membaca blog ini pastilah diantara pemuda-pemuda yang cinta bangsa dan negaranya. Apalagi yang mendukung surat saya ini untuk jadi juara.

Hiks... saya jadi nggak enak hati terlalu jujur begini...

Ah, iya.... Keasyikan mengenang masa-masa emas Anda, saya jadi lupa menanyakan kabar Anda, Bung. Maafkan saya.............

Apa kabar Anda di sana? Baik? Insya Allah ya.... Meski hidup Anda berakhir tragis di pengasingan sebagai tahanan politik nun jauh di Swiss sana, meski Anda sendiri tidak sempat menikmati indahnya kemerdekaan yang Anda perjuangkan, namun kami berdoa, semoga perjuangan Anda yang masih kami nikmati hasilnya hingga hari ini menjadi pahala bagi Anda, yang mudah2an bisa menyelamatkan Anda dari siksa kubur dan siksa neraka. Semoga Allah memberikan tempat yang lapang dan nyaman untuk Anda. Istirahatlah dengan tenang, Bung Syahrir... Maaf saya telah mengganggu istirahat Anda dengan surat panjang ini............

NB: Surat ini tidak usah dibalas, Bung. Saya belum siap untuk terkejut..... ;P

TTD, penggemar Anda



“Postingan ini diikutsertakan dalam Kontes Dear Pahlawankuyang diselenggarakan oleh Lozz, Iyha dan Puteri




Sponsored by :

51 komentar:

  1. dalam kondisi beda jaman, tidak bisa disamakan penerapannya, jika sang pejuang hidup kembali pada masa sekarang, dimana kehidupan sudah demikian rumitsssss.
    Sang pejuang bisa terkaget-kaget, kalau dihidupkan kembali ...dan mungkin dia akan bersyukur bahwa hidup pada masanya saja...dan berdo'a dimatikan kembali.

    BalasHapus
  2. @ Aryadevi:
    Nggak usah dihidupkan kembali dong, Pak Guru. Jadi takut......

    BalasHapus
  3. Heeeeeiii.. kita ikutan kontes yang sama, ya, Jeng ^O^

    BalasHapus
  4. kalau Bung Syahrir bisa membalas surat ini , pasti beliau akan setuju dgn istilah LULUPUNYU nya Fatma ....hahahaha ....
    semoga sukses di acara ini ya Fatma
    salam

    BalasHapus
  5. Tulisan ini sekilas seperti bercanda ... ringan dan yang sejenisnya ...

    Namun demikian ...
    Saya melihat Dewi Fatma justru tidak sembarangan menulis postingan ... Dewi pasti mempunyai beberapa referensi untuk melengkapi tulisannya ini ... Dan ini sangat saya Pujikan ...
    Tulisan yang informatif ... tapi tidak kehilangan cirikhas Dewi Fatmanya ...

    Salam saya

    BalasHapus
  6. Mbak Dewi!!!!!!!
    I lop pul cara berceritamu. Sukses membuatku tertawa terpingkal2.

    Semoga menang ya mbak. Pesan yang disampaikan tetap dapat saya terima dengan baik di sela tawa saya. Saya juga prihatin dengan bangsa kita yang mudah ber-anarki meski semakin banyak yang berpendidikan tinggi.

    BalasHapus
  7. Awas lho dijawab sama bung Syahrir,,
    kalau beneran dijawab, kasih kabar ya bu.. :D :D

    Aaahh,, ini ibu Dewi Fatma banget daahh,,
    keren suratnya, ringan namun memiliki makna yang dalam...
    sukses bu

    BalasHapus
  8. Baca sambil mesem2 #hihihi

    alih2 gak mau ngritik, akhirnya ngritik juga, mungkin Bung Syahrir pas baca ini mesem2 kayak saya Kak hehehe

    Sukses ngontesnya Kak.

    BalasHapus
  9. ketawa dulu ah..wkwk itu bagian terakhir nya "surat ini tidak usah dibalas, saya belum siap untuk terkejut"

    kocak pisan :P

    bagus juga istilah baru "LuLuPunyu", mungkin bisa ngalahin jargon nya syahrini yang "sesuatu..."

    bung syahrir memang berjasa banget ya. tapi iya miris melihat banyak anak muda yang katanya pelajar malah tawuran gak penting, berantem..tapi insyaAllah masih banyak yang berprestasi juga bahkan di taraf internasional..

    mudah-mudahan jasa para pahlawan kita dibalas sebesar-besar nya ma Allah, amin..

    BalasHapus
  10. Hihihihihi.... saking napsunya nanya kabarnya malah belakangan :mj

    Siipp, Jeng, tak dukung menang yaa :D

    BalasHapus
  11. Terima kasih untuk partisipasinya..

    Artikel sudah kami catat sebagai peserta Kontes Dear Pahlawanku

    Salam merdeka..!

    BalasHapus
  12. selamat hari pahlawan,sukses untuk kontesnya ya mbak.
    Mbak siap-siap terkejut loh siapa tau bung syahrir membalas surat ini hihihi

    BalasHapus
  13. hahaaa..aku terbahak-bahak disini..

    Aku mau manggilnya Bung juga boleh ga ya..

    Sukses ya Jenk..

    BalasHapus
  14. @ Della:
    Yyoooo iiiiiii…..

    @ Bunda Lily:
    Hihihi… Semoga beliau senang dengan istilah itu ya, Bun… :D

    @ Om NH:
    Adduuuhhh… Om ini sangat pintar menyenangkan hatiku… Pipiku merah merona jadinya, Om…

    Iya, Om… Begitu baca thread Mba Iyha di FB tentang kontes ini, saya langsung cari-cari bahan tentang pahlawan. Kebetulan saya emang senang pelajaran sejarah, Om.
    Postingan ini langsung saya buat hari itu juga dan saya schedulkan untuk hari ini.

    Makasih pujiannya ya, Om… Nanti Om saya traktir makan kwetiaw kuah deh.. :D

    @ Susindra:
    Hehehe… Senang aku bisa bikin mba Susi tertawa. Membuat orang bahagia itu dapat pahala, katanya :D Alhamdulillah…

    Amiiinnn
    Amiinnn… Semoga generasi muda kita lebih sibuk memperbaiki diri ketimbang merusak yaaaa… Amiin..

    @ Mabruri:
    Adduuh..duhh.. Aku justru kawatir kalau beliau balas suratku, Mab. Nanti Mabruri aja yang baca balasannya yah… Aku temenin sambil baca Surat Yassin…

    @ Sofyan:
    Bukan keteknya mesem kan? *itu mah asem*

    Semoga beliau lagi mesem-mesem senang disana…

    Makasih, Sof..

    @ maminx:
    Eh, kata orang aku mirip Syahrini lho… Enggak tau bagian mananya hahahahahaha………*maksa*

    Iya sih… Yang tawuran banyak, yang berprestasi juga banyak. Tapi di tipi jarang di ekspos kalo yang ini. Yang jeleknya aja dikeluarin terus. Bikin ilpil ae..

    Amiiin.. Ya Allah…

    @ Mba Choco:
    Itulah kalo ngadelin napsu, Mba… Yang terpenting malah belakangan..hahaha..…

    Terima kasih dukungannya. Kirim sms sebanyak-banyaknya yah, Mba… :P

    BalasHapus
  15. @ Adverthiya:
    Tengkyu Mba Juri….. :D

    Salam merdeka!

    @ Lidya:
    SElamat hari Pahlawan, Jeng.

    Aku tak mauuuuuuuuuuuu….. :D

    @ Nchie:
    Manggil Bang juga boleh kok katanya… hihi…

    Suskses untuk kita semuaaa…!!

    BalasHapus
  16. Salam kenal, mba Dewi..

    Seperti membaca pel. Sejarah.., mba..
    namun ditulis dg style mba Dewi yg ceria, kocak & ceplas-ceplos.. jadinya sebuah tulisan yg menarik, mengalir dg. indah plus sarat makna..

    Membaca-nya menjadi kagum, terharu & tersentuh dg. perjuangan & kepahlawan Bung Syahrir.. truss juga tersenyum & tertawa.. haha-hihi.. Komplit.., mba..

    Semoga sukses dan menang kontes-nya, mba..

    BalasHapus
  17. kalo memanggil uda syahrir boleh ga ya?
    mbak tulisanmu berisi sekali...i like it

    BalasHapus
  18. Dear.

    waahhh gw suka surat ini... banyak sekali sindirian yang menyengat kepada pemerintah kitaaa..... hidup dewi fatma.... hidup..//hidup..... semoga menang looohhh.... eeehhmmm kalo gw gak ngawur..... kok sekarang gak pake disqus lageee???? ada masalah yaaa...... selarang pake yang model lama lagi atu default yaaa...


    regards.
    ... Ayah Double Zee ...

    BalasHapus
  19. Huahahahahaaaa
    keren suratny Mbak

    rasanya bener bener ditulis dengan penuh perasaan, begitu menjiwai...
    meskipun penuh wawasan dan pengetahuan, tapi enak dibaca dan tidak terlalu serius. aku jadi senyum senyum sendiri bacanya
    KEREEEENNNN

    LAYAK MENANG!!!!

    BalasHapus
  20. Untung saya gak jadi tukang pos yang musti ngantar surat ini. Bisa bingung tujuh turunan saya.
    Sukses, Mbak.

    BalasHapus
  21. loh lagi kontes ngirim surat toh? hhi pengen ikutan ah ya

    BalasHapus
  22. Kak Wi...kalau di balas suratnya jangan lupa di tulis di sini ya, biar kita-kita pada tau.

    Apa tadi istilahnya...LULUPUNYU...dapat dari mana nich kak Wi.

    Kata Om NH bener....ceritanya tidak menyimpang dari ceita bung Syahrir namun tidak menghilangkan konyolnya kak Dewi di setiap cerita-cerita.

    BalasHapus
  23. terus terang mbak saya ber andai2 seandainya semua pelajaran sejarah di tulis pake bahasanya mbak dewi , kayaknya bakal betah dech siswa2 baca2 buku sejarah,, :)

    BalasHapus
  24. Saat ini kita butuh manusia-manusia baru yang mempunyai semangat dan daya juang seperti beliau, pada hakikatnya Indonesia belum seutuhnya merdeka ....

    BalasHapus
  25. Menemui Adinda dewi Fatma
    di
    Alam Kemerdekaan


    Tlah kuterima suratmu yang lalu
    penuh Sanjongan kata merayu...
    begitukah sudah keadaanya di indonesia, dik? Saya tidak tahu kalau sekarang penjara bisa fleksibel. Pada kemana besi-besi yang dulu mengungkung saya. Pada kemana sipir-sipir penjaga, apakah mereka sedang isbuk? eh maksudnya fesbuk?

    Dik dewi yang baik...

    Aku tidak heran melihat pemuda-pemuda di zamanmu begitu lepas tak terkontrol dan kehilangan orientasi bahkan mereka adalah orang-orang yang terdidik. sesungguhnya yang terjadi, adikku, adalah mereka tidak mempunyai artikulasi yang tepat atas perjuangan. Di zaman kami kami bisa mengangkat bedil, meneriakan allahu akbar, merdeka atau mati karena kami mempunyai musuh yang jelas yaitu kaum kolonialisme. Sekarang siapakah di zamanmu yang bisa kau lihat menjajahmu? bahkan pemuda-pemuda di zamanmu justru sangat membutuhkan untuk dijajah oleh kekuatan yang mereka tak sadari...
    begitulah, adikku, akhir dari suratku padamu adalah pesan agar jangan pulak kau ketawa selepas membaca balasan suratku. sesungguhnya aku belum siap bahkan untuk kau berikan senyum...

    ttd

    sutan Syahrir

    BalasHapus
  26. hebat eh mbak Dewi... serasa baca buku sejarah dgn versi yg lebih "fun"
    baca ini pastinya menambah pengetahuan, terutama kepada salah satu sosok pahlawan kita, Bung Syahrir..

    semoga menang, mbak ^_^

    BalasHapus
  27. @ Ernik S:
    Salam kenal, Mbak.

    Syukurlah kalau terhibur..hehe..

    Aminnn… Tengkyu..!

    @ Puteriamirilis:
    Boleh, Put. Tapi kalo orang Minang yang manggil, jadinya pasti Uda Sarin..hahahah..

    Duh…cenangnyaaaa….
    Tengkyuuuu…

    @ Keluarga Zulfadhly:
    Iye, iye…. Gw emang masih hidup dan ingin hidup 1000 tahun lagii.. :D

    Udah lama kok. Disqus-nya ilang sendiri begitu ganti template. Ya udah. Aku biarin aja.. :D

    @ Elsa:
    Dibaca semua atau sebagian? Hihi…. Panjang amity a? Aku baru nyadar.. :D

    Amiiinnn…!!

    @ Baby Dija:
    Makasih, Sayangku………

    @ Alamendah:
    Hahahahahaaaa…….. *ngakak*
    Bener juga ya, Kang?
    Yang nganterin surat ini siapa ya?
    *ngakak lagi*

    Maksih Kang Alam :)

    @ Volverhank:
    Iya toh… Ayo buruan…

    BalasHapus
  28. @ Adini:
    Hahaha…amit-amit, Mul. Jangan sampai…hahaha..

    Istilahnya dapat gitu aja pas nulis. Tiba-tiba nongol dikepala dan mengalir kedalam tulisan :D

    Betul, Mul. Konyol is my style juga… Biar pada nggak bosan :D

    @ Pencerah:
    Ntar, Sob. Tak cari dulu siapa yang akan kita utus untuk menyampaikan salam ini :D.

    @ Al kahfi:
    Nanti saya ngelamar jadi penulis buku pelajaran sejarah, deh… :D :D

    @ Rubiyanto:
    Betul!

    @ Randu:
    Hwwwooooaaaa…… Surat ku dibalas, Sodara-sodara……

    Kok aku dipanggil adik, Bung? Bung kan sudah Mbah-mbah? Emang Bung pikir umur kita cuma selisih 3 tahun? Tega tega tega….

    Aku nggak senyum kok, Mbah. Cuma cengengesan. Aku juga belum siap untuk senyum sama Mbah…………

    :D :D :D

    @ Lyliana:
    Amiin…

    Tengkyu Mba Dokter :D

    BalasHapus
  29. nice.....
    postingannya keren bgtz......

    mksh ud follow.....

    BalasHapus
  30. Bung itu memang hebat lho perjuangannya. Patut ditiru oleh generasi muda.
    Semoga berjaya walau anpa saya
    Salam hangat dari Surabaya

    BalasHapus
  31. w merinding mba baca tulisannya,
    memang berbanding 360% jaman dahulu & jaman sekarang,padahal belanda & jepang sudah pergi dari bumi pertiwi,tapi kenapa sekarang kita masih dijajah oleh sesama anak bangsa sendiri ?
    bung tomo disana pasti sedih melihat apa yang sudah diperjuangakan beliau dahulu,dengan kucuran darah sekarang malah semakin buruk keadaanya

    BalasHapus
  32. Bung syahrir
    Benar-benar pemuda yang patut untuk dicontoh generasi sekarang maupun para pejabat sekarang. Pikiran dan tindakannya difokuskan untuk bangsa Indonesia, kemerdekaan Indonesia.
    Saya salut dengan mbak karena bisa menuliskan cerita bung syahrir dengan cukup bagus, sejarah yang renyah. semoga kita bisa meneladaninya.

    BalasHapus
  33. @ Pakdhe Cholik:
    Bener, Pakdhe. Orang-orang jaman dulu itu hebat ya? Bicaranya hebat tapi tindakannya juga hebat. Nah kalo yang sekarang, bicara hebat, bertindak nanti dulu...

    @ Andy:
    Pastilah para pejuang itu akan sedih. Seakan-akan perjuangan mereka dulu tidak kita hargai. Padahal.. :(

    BalasHapus
  34. @ Mandor:
    Betul, Le. Beliau sangat patut diteladani.

    Dan saya jadi malu dipuji begitu..:)

    BalasHapus
  35. baca sejarah perjuangan nih, kapan ya negeri ini tenang dan damai tidak ada demo tidak ada debat pendapat dll

    BalasHapus
  36. Untung ada bung Syahrir,kalau tidak mungkin bendera negara kita ada gambar Shincan nih, kan merdeka karena hadiah dari Japan..

    matur nuwun mbak Fatma sudah berpartisipasi ya

    BalasHapus
  37. via tuisan ini, saya bangga dengan bung syahrir
    sambil ketaawa-ketawa sndiri..hahhahaha

    BalasHapus
  38. Wkwk sakjane mbak ini orang minang apa wong jowo tho~ huehehe.
    Wah itu lulupunyu bagus istilahnya, catet sik...

    BalasHapus
  39. suratnya kreatif, lain dari pada yang lain :)

    BalasHapus
  40. Dia memilih jalan elegan untuk menghalau penjajah. Yakni melalui diplomasi: cara yang ditentang ”Bapak Revolusi” lain. Ideologinya, antifasis dan antimiliter, dikritik hanya untuk kaum terdidik.

    BalasHapus
  41. ya ampun mbak..keren bangeet.. tulisannya ringan tapi sangat 'berisi'. 2 jempol deh! semoga menang yaaa

    BalasHapus
  42. hoho, ini suratnya panjaaaaaaaanngg yaaa.. :D

    dhe komen dulu mbak Dew, baru dibaca.. *nyengir

    BalasHapus
  43. mbalik lagi bu...
    sekarang giliran saya boleh ya ngasi PR buat Ibu,, heheh

    http://mabrurisirampog.wordpress.com/2011/11/14/pr-blogger-kenangan-tak-terlupa-saat-smp/

    Semoga berkenan dikerjakan, saat waktu luang saja, Terimakasih.. :D

    BalasHapus
  44. Wee lhaa...
    Nyang liat tuyul tiap malaammm,,, ikut ngontes juga rupanya...

    Sukses ya Mbak.

    BalasHapus
  45. @ Cerita Tugu:
    Nanti, Pak. Kalao udah lebih banyak yang bertindak ketimbang yang ngomong :D

    @ Lozz Akbar:
    Hahaha…. Atau gambar zhiro…hihi..

    Sama-sama Kang Lozz

    @ Yanuar:
    Jangan keseringan lho ya, ketawa sendiri…

    @ Una:
    Aku orang Minang tapi cinta Jawa..hahaha….

    Setelah dicatat, dikumpulken kedepan yo Dik…

    @ sheno monkey:
    Tersipu aku…

    @ Belajar photoshop:
    Betul sekali. Membanggakan!

    @ Cut Maha Ratu:
    Makasih jempolnya, Mba.
    Amiinn..

    @ Dhenok:
    Tadinya sih, pendek, Tapi setelah publish kok jadi panjang yaaa??

    Bener dibaca nggak siiihhh?? *nyengir juga*

    @ Mabruri:
    Siap, Pak Guru! Insya Allah dikerjakan!

    @ Samaranji:
    Ya dong, kan banci kontes sejati tujuh turunan :D

    Tengkyu………..

    BalasHapus
  46. dewi...menurut saya tulisan sampean keren banget. Kalau aja bisa ditaruh di media massa mainstream bisa menohok anggota dpr dan para pejabat pemerintah ....top markotob lah....

    BalasHapus
  47. @ Mas Necky:
    Ah, yang bener Mas.. *tersipu-sipu*

    Nyenengin hati aku ae khan? Takut ah, ntar aku masuk tipi, trus jadi ngetop ngalah-ngalahin Ayu Ting-ting. Nggak tega akyu...

    BalasHapus
  48. sayangnya bung syahrir...

    engkau hilang ditelan zaman ketika orde baru berkuasa...

    BalasHapus
  49. Bung Syahrir, salah satu pemuda "super" di jamannya, karena beliau pulalah, kita merasakan nyamannya hidup di alam damai..

    informatif namun dikemas dengan gaya yang kreatif,, cerdas! :)

    -Artikel Sedang dinilai-

    BalasHapus

Yang cakep pasti komen, yang komen pasti cakep..

Tapi maaf ya, komentar nggak nyambung akan dihapus :)
Terima kasih...