Jumat, 03 Oktober 2008

Fidyah puasa untuk Mamaku

Minal aidin wal faizin, mohon maaf lahir dan batin... Selamat hari raya aidil fitri.

Lebaran tahun ini ada satu kejadian yang sedikit mengharukan sekaligus lucu dirumahku. Ini tentang Mamaku yang tercinta, yang karena sakit maag beliau tidak lagi sanggup puasa seperti tahun-tahun sebelumnya. Satu bulan penuh, mama tidak puasa. Pernah beliau coba puasa dihari pertama, tapi baru jam 9 pagi udah nyaris pingsan. Akhirnya puasanya dibatalin.


Ketika puasa hampir berakhir, mama mulai bertanya tentang fidyah yang harus kubayarkan untuk beliau. "cobalah hitung, berapa fidyah mama..." katanya.

Karena kurang mengerti masalah hitungan fidyah, saya telpon suami yang sedang berada dirumah mertua agar mampir ke musholla untuk menanyakan berapa fidyah yang harus kami bayar untuk mengganti puasa mama. Kebetulan mushola persis disamping rumah ibu mertuaku. Pastilah ada panitia zakat dan fidyah yang stand by disana dan bisa dimintai keterangan tentang hal ini.

Tak lama menunggu, suami saya telpon; "Ma, fidyahnya Rp.35,000 perhari!"

Aku langsung hitung dalam hati.... What?! Nggak salah ni? Mahal amat bayar fidyah? Kalau dihitung untuk 30 hari puasa, saya harus bayar Rp.1,050,000. ???

Kayaknya nggak masuk akal deh... Belum pernah saya dengar orang bayar fidyah sampai 1 jutaan begitu.

"Mas salah dengar nggak tuh?" saya berusaha meyakinkan diri...

"Nggaklah... Ini Mas lagi baca daftar harga fidyah dan zakat fitrah yang ada dimushola. Mas juga bingung. Tapi kata ustadz-nya emang segitu," katanya.

Karena ragu, saya larang suami bayar dulu,"tunggu Mas, jangan bayar dulu. Kayaknya ada yang salah hitung nih... Masak nyampe 1 juta lebih?"

Ibuku yang pasrah langsung berucap: "salah tuh, setau mama fidyah nggak sebesar itu. Fidyah itu kita bayarkan sebanyak biaya makan kita (1 orang) per hari. Dikalikan jumlah puasa yang ditinggalkan. Lah, mana ada biaya makan mama 35,000 sehari. Kalau memang jumlahnya benar segitu, nggak usah bayarlah... Biar, terserah Tuhan aja mama ini gimana..." katanya pasrah tapi dengan raut muka nggak rela. (Aduh, jadi sedih liatnya....)

Besoknya dikantor saya langsung buka internet (ketahuan deh, nge-net nebeng kantor..hihihi...nggak modal!). Cari, cari, cari....akhirnya kutemukanlah 'si fidyah' nyelip di monitor.

Ternyata jumlahnya jauh dibawah jumlah yang disebutkan oleh suamiku.

Jumlah fidyah menurut hadits Rasul SAW adalah 1 mud makanan pokok (gandum atau beras) atau setara dengan 675 gram. Nah, sekarang tergantung harga beras yang kita konsumsi tiap hari. Yang Rp. 10,000 per kg, atau Rp. 5,000 per kg atau Rp. 2,000 per kg. Bagi ke gram, kalikan 675. Segitulah biaya makan kita. Dan segitulah yang kita bayarkan ke fakir miskin atau dhuafa. Okelah, ditambah lauk-pauk seadanya, karena nggak mungkin orang hanya makan beras rebus doang. Paling nggak ada sayur bening bayam dan tempe goreng tambah sedikit sambel terasi (kok jadi ngomongin makanan?)

Hitung punya hitung, ternyata saya hanya harus bayar sekitar Rp. 134,000. Okelah, dibulatkan aja jadi Rp. 150,000. Wow...! Jauh banget selisih hitungannya sama mushola tetangga mertuaku (ngomong-ngomong, itu siapa yang hitung ya?) Dan yang bikin aku bingung, kenapa di mushola itu nggak disebutkan takarannya aja ya? Kenapa yang disebutkan malah harganya? Dan kenapa harga tersebut dipatok Rp.35,000 perhari? Kan nggak semua orang membeli beras dengan harga yang sama?

Any comment?

2 komentar:

  1. mungkin di daerah mertua mbak itu, biaya makan 2 kali sehari memang segitu :) kan fidyah itu pembayarannya disesuaikan tempat membayarnya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. rumahku sama mertua kan cuma berapa kilometer aja, Mbak. Nggak nyampe setengah jam kesana dari rumahku. Dan 35,000 per hari itu tarif paling rendah lho. Pukul rata segitu. Orang kaya sama orang miskin ya fidyahnya segitu. Nggak adil menurut aku. Mending mereka menghitung berdasarkan harga beras dipasaran deh... Lebih adil kan?

      Lagipula, belanja dapur saya perbulan waktu itu +-1 juta untuk 3 orang lho... Bukan mamaku sendiri. Kegedean tuh buat aku.. Terlalu mewah tuh buat kami makan segitu per orang per hari.

      Jadi waktu itu, *eh, ini postingan 4 tahun lalu lho* akhirnya saya bayar fidyah di mesjid yang mencantumkan dan menghitung fidyah berdasarkan harga beras yang ada. Kebeneran ada yang sesuai dgn harga beras dirumah saya. Nggak pukul rata seperti di mushola dekat rumah mertua :)

      Hapus

Yang cakep pasti komen, yang komen pasti cakep..

Tapi maaf ya, komentar nggak nyambung akan dihapus :)
Terima kasih...