Senin, 17 November 2008

Pa, aku pulang...(1)


Pulang kampung yang terlambat.
Semua orang berduyun-duyun pulang kampung untuk merayakan lebaran bersama family. Tapi karena kerjaan dikantor bejibun, ya sutralah..... terpaksa aku, suami, mamaku dan bayiku pulang kampung ketika lebaran telah usai. Biar begitu, rasanya senang masih bisa pulang kampung.

"Pulang ke kotamu
ada setangkup haru dalam rindu..."

Lagu Kla Project itu terngiang di kupingku ketika turun dari Mandala di Bandara International Minangkabau. Senang, haru, happy, sedih...... Kok sedih sih? Ya iyalah... inilah kepulanganku yang pertama kali sejak Papa meninggal, yang pertama kali juga sejak aku menikah dan punya anak. Empat tahun yang lalu aku pulang kampung masih sendirian dan papa masih ada.......

Sekitar pukul 1.30 siang (aku lupa ngeliat jam, pukul berapa persisnya) kami keluar dari bandara dengan menggunakan bus, karena mobil dari agen travel yang kami sewa untuk membawa kami ke Bukittinggi tidak boleh menjemput penumpang kedalam area bandara (kalo ngantar sih, boleh...)

Nyampe di kantor travel, kami sholat zuhur, makan siang, bikin susu dan ganti pempers bayiku dan make up ulang biar segeeer...lagi. Trus kami istirahat karena mobil yang kami sewa berangkat ke Bukittinggi jam 3 sore.

Akhirnya jam 3.30 si mobil baru nongol, (biasalah Indonesia, selalu telat setengah jam...) Selama perjalanan suamiku yang baru pertama kali ke Padang asyik tolah-toleh kiri kanan. Senang banget kayaknya dia. Ketika kutunjukin air terjun Lembah Anai, dia kayaknya amazing banget. Aku juga ikutan senang karena membuat suamiku senang. Kalo bayiku sih, anteng aja dipangkuan papa-nya.

Kami sampai di Bukittinggi sekitar jam 5.30 (persisnya mggak tau karena sekali lagi aku lupa liat jam...hehehe). Si mobil keliling-keliling dulu ngantar penumpang ke rumah masing-masing. Rumahku? Belum.... belum.... Jangan dikira kami sudah sampai dirumah. Rumahku masih jauh, nun dikaki gunung Merapi sana. Karena turun di kantor travel, kamilah penumpang terakhir yang turun dari mobil. So, kami harus cari taxi karena jam-jam segini nggak ada lagi angkutan umum kedesaku. Tapi itu nanti. Itu perkara yang penting, tapi ada yang jauh lebih penting. Yaitu makan. Kami sungguh kelaparan.

Jam 6.15 (kali ini aku ingat untuk liat jam....) taxi datang dan kami berangkat sambil mengantongi nasi bungkus....hehehe. Soalnya nggak sempat makan, takut kemalaman nyampe dikaki gunung.

Tak banyak yang berubah dikiri kanan jalan menuju desaku yang indah. Hanya ada tambahan satu pom bensin baru yang lebih besar, beberapa bangunan dan rumah penduduk. Lebih dekat ke desaku jalanan mulai mengecil dan banyak lobang. Si sopir taxi sempat ketakutan untuk melanjutkan perjalanan. Kami diminta turun didaerah yang nggak banyak rumah dikeremangan senja bergerimis dan membawa bayi plus 3 koper besar dan 1 ransel besar perlengkapan bayi dipungung suamiku. Ih, gila aja tuh sopir taxi. Untung ada penduduk yang datang (karena ngeliat taxi berhenti tengah jalan desa sangat menarik perhatian) dan bilang ke sisopir taxi bahwa jalan didepan udah nggak ada lobangnya lagi alias aman untuk dilalui taxi, barulah dia berani dengan catatan ada tambahan ongkos untuk keberaniannya itu. Apa boleh buat....

Dari kejauhan, dengan bantuan sorotan lampu taxi, aku melihat para penyambut tamu berjejer dipinggir jalan didepan gang masuk kerumahku...hehehe. Para penyambut tamu itu adalah 3 orang kakak perempuanku dan 2 orang keponakan perempuanku yang cantik-cantik dan sedang beranjak remaja.

Aku masuk kerumah sambil berucap dalam hati, "Pa, aku pulang dengan menantu dan cucumu..."
Sedih.


Bersambung

2 komentar:

  1. Welcome home mbak...cerita bersambung nih, tapi endingnya kaya penuh kesedian ya mbak...? Knp ? Papa na mbak knp ? Pergi kah ?
    Salam kenal ya...

    BalasHapus
  2. hai arya...

    ho'oh, ceritanya penuh kesedihan, couse papaku udah meninggal sekarang...hiks..iks...

    lam kenal juga...

    BalasHapus

Yang cakep pasti komen, yang komen pasti cakep..

Tapi maaf ya, komentar nggak nyambung akan dihapus :)
Terima kasih...