Pulang ke kampung seperti kembali ke masa lalu bagiku. Banyak kenangan indah, pahit dan manis berkeliaran dalam ingatan.
Ketika melewati rumah masa kecilku (sebuah ruko yang sekarang tidak lagi ditempati keluargaku), aku melihat seolah papa ada disana, menatapku lewat jendela di lantai 2 dengan rambutnya yang selalu tersisir rapi, tersenyum padaku. Dihalaman rumah yang luas aku melihat diriku dimasa kecil sedang bermain sepeda bersama adik lelakiku, dan mama duduk dikursi panjang didepan toko menatapi kami. Oh, Tuhan.... betapa semua keindahan itu sungguh cepat berlalu.
Bukittinggi tidak banyak berubah, seperti anak gadis remaja yang berdandan cantik, tapi tidak mandi. Begitulah pendapatku tentang kota yang selalu ku rindui ini.
Kenapa? Karena kebersihan sepertinya kurang dijaga oleh penduduknya, hingga kesannya kota yang cantik, tapi jorok. Sampah ada dimana-mana... (biar begitu, dia tetap kucintai...sepenuh hati)
Tak banyak tempat wisata yang kusinggahi bersama suami, mungkin disebabkan pengaruh perubahan cuaca, aku dilanda demam pilek selama dikampung (bukan demam panggung...)
Kami hanya jalan-jalan diseputar kota, melihat keindahan Ngarai Sianok di Panorama, duduk-duduk ditaman Sabai Nan Aluih ditengah kota dibawah Jam Gadang, ke Musium Rumah Gadang di Kebun Binatang tembus ke Benteng Ford De Kock melewati Jembatan Limpapeh dan mencoba keliling kota naik bendi (delman). Kemudian ku ajak suami melihat istana presiden dijaman Pemerintahan Darurat RI dulu (sekitar tahun 1948-1949). Sekarang dinamai Istana Bung Hatta.
Hmmmhh, sebenarnya aku ingin mengajak suami (secara dia baru pertama kali ke Bukittinggi) dan keluarga yang lain ke tempat-tempat wisata yang banyak bertaburan di Sumatera Barat. Rencananya kami akan ke Danau Singkarak, Danau Kembar, Danau Maninjau, Arau dan lain-lain... Banyak banget deh, pokok nya. Tapi batal karena aku sakit dan si bayi juga pilek.
Jadilah kami berwisata ke tempat-tempat yang dekat aja.
Kurang puas sih, pulang kampung kali ini. Mungkin Insya Allah, tahun depan kami akan pulang lagi dengan rencana yang lebih matang dan kesehatan yang lebih terjaga.
Semoga.
Ketika melewati rumah masa kecilku (sebuah ruko yang sekarang tidak lagi ditempati keluargaku), aku melihat seolah papa ada disana, menatapku lewat jendela di lantai 2 dengan rambutnya yang selalu tersisir rapi, tersenyum padaku. Dihalaman rumah yang luas aku melihat diriku dimasa kecil sedang bermain sepeda bersama adik lelakiku, dan mama duduk dikursi panjang didepan toko menatapi kami. Oh, Tuhan.... betapa semua keindahan itu sungguh cepat berlalu.
Bukittinggi tidak banyak berubah, seperti anak gadis remaja yang berdandan cantik, tapi tidak mandi. Begitulah pendapatku tentang kota yang selalu ku rindui ini.
Kenapa? Karena kebersihan sepertinya kurang dijaga oleh penduduknya, hingga kesannya kota yang cantik, tapi jorok. Sampah ada dimana-mana... (biar begitu, dia tetap kucintai...sepenuh hati)
Tak banyak tempat wisata yang kusinggahi bersama suami, mungkin disebabkan pengaruh perubahan cuaca, aku dilanda demam pilek selama dikampung (bukan demam panggung...)
Kami hanya jalan-jalan diseputar kota, melihat keindahan Ngarai Sianok di Panorama, duduk-duduk ditaman Sabai Nan Aluih ditengah kota dibawah Jam Gadang, ke Musium Rumah Gadang di Kebun Binatang tembus ke Benteng Ford De Kock melewati Jembatan Limpapeh dan mencoba keliling kota naik bendi (delman). Kemudian ku ajak suami melihat istana presiden dijaman Pemerintahan Darurat RI dulu (sekitar tahun 1948-1949). Sekarang dinamai Istana Bung Hatta.
Hmmmhh, sebenarnya aku ingin mengajak suami (secara dia baru pertama kali ke Bukittinggi) dan keluarga yang lain ke tempat-tempat wisata yang banyak bertaburan di Sumatera Barat. Rencananya kami akan ke Danau Singkarak, Danau Kembar, Danau Maninjau, Arau dan lain-lain... Banyak banget deh, pokok nya. Tapi batal karena aku sakit dan si bayi juga pilek.
Jadilah kami berwisata ke tempat-tempat yang dekat aja.
Kurang puas sih, pulang kampung kali ini. Mungkin Insya Allah, tahun depan kami akan pulang lagi dengan rencana yang lebih matang dan kesehatan yang lebih terjaga.
Semoga.
meski cuma sebentar, tapi setidaknya kepulangan itu telah memberikan sebuah makna dalam hidup uni dewi... senang, sekaligus haru saya baca cerita pulkamnya...
BalasHapuslain kali kalau pulkam kasi tau, biar kita barengan, hehe... :)
to uda vizon:
BalasHapusasyik tuh Da, pulkam basamo,
nantilah kita aturkan schedulenya ya...:D
Lagi jalan-2 dulu mbak.
BalasHapusSalam kenal...
:)
salam kenal kembali, humorbendol...:)
BalasHapusSaya belum pernah rasanya Pulkam. Lha wong mulai lahir ampe tua netap di desa ini
BalasHapushehehe....jadi gak tau rasanya....
Hiks..kalo aku gak bisa pulang kampung.
BalasHapusLha emang rumahe di kampung, mo pulang kemana lagi? hehehe....
ah saya juga kangen kampung setelah hampir 1 tahun lebih kagak mudik
BalasHapusto bendol:
BalasHapuskalo pengen tau rasanya pulang kampung, pulang aja ke kampungku, bendol....:D
to omiyan:
BalasHapuskampungnya dimana omiyan?
Saya mengunjungi Bukittinggi pada bulan Desember 2007 (pas setahun yang lalu). Pemandangannya memang elok, budayanya tinggi. Saya ke Koto Gadang, Pandai Sikek, sampai Batu Sangkar dan Lembah Harau. Wah, kalau ada kesempatan, pengin kesana lagi ...
BalasHapussalam,
Tuti Nonka
wah...kalau mbak tuti jalan ke Batu Sangkar dari kota Bukittinggi, pasti melewati rumah saya tuh.... ntar kalau kesana lagi, mampir ya Mbak.... :)
BalasHapus