Selasa, 22 Februari 2011

Malu bertanya belilah kompas

Harusnya hari ini gw bertugas melengkapi Net Book Value-nya data fixed asset yang mo dikirim ke tanah jiran sono. Tapi mengingat dan menimbang bahwa blog-ku udah sering terlantar gara-gara kerja (yang gw anggap nggak lebih penting dari blog), maka dengan ini gw memutuskan bahwa pekerjaan tak penting itu harus gw singkirkan dulu dengan semena-mena. Apa boleh buat, tai kambing bulat-bulat.

Jadi begitulah. Sebenarnya gw nggak tau mo nulis apa. :D Tapi IbuDini meminta gw mengerjakan PR ini: menuliskan sebuah kalimat inspirasi. Permintaan yang sulit ditolak, karena ini menyangkut hajat hidup orang banyak *jiahhh*. Jadi gw ingin berbagi tentang nasehat 'berlagak bodoh' -nya mak gw yang gw catat dengan tinta emas dihati gw dan gw amalkan dengan sebaik-baiknya.

Mak gw bilang, 'lebih baik berlagak bodoh daripada berlagak pandai'.  Bukan berarti mak gw pengen anaknya bodoh beneran dan terlongong-longong sepanjang hari, maksudnya tuh.. jangan angkuh. Kalo berlagak bodoh tapi ternyata pandai, orang akan salut ma kite. Tapi kalo kita berlagak pandai dan ternyata bodoh, orang akan muntah setiap ngeliat muke kita. Palagi kalo tuh muka emang tak sedap diliat. Asli, orang muntah berjamaah!

Sejak bbrp abad yang lalu hingga kini gw bekerja di sebuah perusahaan asing. Karena perusahaan asing, yang punya orang asing, bahasanya juga asing dan pekerjaan yang ditawarkan ke gw (saat itu) juga asing bagi gw. Lagian, waktu itu pertama kali gw bekerja dan pertama kali mencicipi sesuatu yang asing. Finance.

Maka, hari pertama kerja gw bukan lagi berlagak bodoh. Tapi emang bener-bener bodoh. Udah nggak tau kerjaan, waktu itu gw juga blom lancar ngomong bahasa asing (tapi kalo ujian bhs linggis, nilai gw lumayan bagus cuman gw jarang praktek. Makanya mendadak gagap pas pertama kali join trus jumpa atau diajak ngobrol ma orang asing di kantor).

Untuk mengatasinya setiap shalat subuh, gw berdoa pada Tuhan: "Ya Allah, semoga hari ini kerjaan gw lancar, semoga gw bisa mengatasi masalah yang gw temuin dalam kerja, semoga gw nggak dimarahi kalo buat salah, bimbinglah hati, pikiran, mata, mulut dan tangan gw ya Allah. Gw nggak tau apa-apa, tolong kasih tau gw, bantu gw ya Allah.."

Itulah doa gw setiap pagi. Dan itu belum cukup menenangkan hati gw akan segala ketakutan yang melanda disaat harus berangkat kerja dan menempatkan pantat nggak montok gw dikursi empuk. Sepanjang jalan ke kantor gw masih terus melafazkan doa yang sama, sambil gemetaran dan kadang menangis. Percaya atau tidak, gw adalah orang yang sangat takut akan sesuatu yang baru, dan gw sangat pemalu. Sumpah!

Gw jamin, gw masih gemetaran sesampai di tangga kantor. Membuka pintu ruangan dan mengucap "Selamat pagi" Selama proses itu, tubuh gw dingin bagai masuk freezer, lutut gw kaku nggak bisa ditekuk. Tapi anehnya, setiap kali duduk dan mulai mempelajari kerjaan 'asing' itu, gw justru keasyikan. Rasa ingin tau yang dalam, rasa penasaran yang menggedor-gedor otak gw, itulah yang gw rasa amazing. (Tapi esok pagi, begitu terbangun oleh azan subuh, gw akan mulai gemetaran lagi dan mulai melafazkan doa lagi hingga sampai di tangga kantor). Dan itu berlangsung hampir 2 bulan.
Untungnya, gw punya rekan-rekan yang baik di tempat kerja, hal itu punya andil banyak dalam mengobati nervous gw, dan gw juga punya atasan yang baik walau tampangnya 'dingin' dan suaranya menggelegar.

Suatu hari, baru dua hari kerja gw langsung di serang secara membabi buta tuli (kesian banget tuh babi ye?) dengan setumpuk dokumen yang dia letakkan dengan garang di meja gw seraya berkata menggelegar:

"Kamu pelajari ini, ini saling berhubungan. Cek dan liat angkanya datang dari mana. Bingung tanya saya!" dan tanpa senyum dia berlalu.

Gw terpukau, terpana, terpesona. Tumpukan dokumen kira-kira setinggi satu jengkal ngejogrok tak berdaya di atas meja gw. Perlahan gw buka satu persatu dan gw mulai mempelajarinya. Sedikit demi sedikit gw melihat titik terang dan gw mulai menyukainya. Kadang gw bertanya sama si bos, tapi lebih sering gw berdiam diri dan mencari tau sendiri jawabannya. Disamping takut dengan keangkerannya, gw juga malu dan gengsi. Kalau otak gw udah benar-benar keriting macam brokoli, barulah gw datangi dia dan bertanya. Tapi jangan salah, setiap pertanyaan gw tidak dijawab dengan detil karena beliau sibuk. Hingga tetap aja gw harus extra keras belajar. Lagian kan nggak mungkin mengganggu dia terus-terusan dan meminta dia menghabiskan waktunya yang berharga untuk mengajari gw kan, Bro?

Dua bulan setelah gw bergabung, atasan gw tersebut mengundurkan diri. Dan gw kembali dilanda rasa cemas. Cemas akan pengganti dia. Apakah lebih baik atau lebih buruk. Tapi Tuhan memang Maha Baik. Dia mungkin trenyuh mendengar doa gw setiap pagi. Maka gw diberi-Nya atasan yang lebih baik. Bukan berarti yang dulu kurang baik, tapi yang ini lebih lembut, lebih friendly dan lebih jelas kalau menerangkan sesuatu. Dari dialah gw banyak menyerap ilmu secara langsung dan tak langsung.

Tapi gw tetaplah seorang yang pemalu. Gw malu kalau banyak tanya. Kesannya kok bego banget kalo apa-apa nanya. Jadi, gw tetap belajar keras. Bertanya pada ayah gw yang mantan manager finance dan meminjam berbagai buku dari sana sini.

"Malu bertanya sesat dijalan" kata pepatah. Tapi itu tidak berlaku pada zaman millenium ini. Kalau malu bertanya, belilah kompas dan peta. Atau konek dg internet. Insya Allah tak akan sesat dijalan. Lagian di kota-kota besar toh sekarang banyak terpampang denah kota. Kecuali Anda ingin berkunjung ke rimba Sumatera, yakin nggak ada denah rimba disono.

Maksute apa sih? Apa hubungannya dengan rimba Sumatera?

Jadi begini, kalau buat gw: "Malu bertanya, berfikirlah dan temukan sendiri jawabanya". Insya Allah takkan tersesat dalam pekerjaan :D.  Apalagi semenjak gw nggak punya atasan lagi disini. Gw mesti langsung berhubungan dengan Senior Manager di S'pore. Mesti hati-hati kalau bertanya. Namun kelihatannya gw berhasil mendekatkan diri padanya. Apa-apa gw diskusikan sama dia. Dan senangnya dia juga nggak merasa 'rendah' berhubungan langsung dengan orang kecil kayak gw. (Bayangin aja, berat badan gw cuman 45kg. Kecil kan?) Maka ini gw anggap sebagai sebuah kesempatan emas untuk menyerap ilmunya dengan sepenuh jiwa.

Dan gw sering dipercaya oleh dia mengerjakan pekerjaan baru atau memperbaiki kesalahan rezim2 sebelum gw. Tapi ya itu. Gw berlagak bodoh dulu pertama kali. Ajukan dulu sebuah pertanyaan, tapi yang mendasar saja,  tidak boleh bertanya terlalu detail, karena itu terkesan bodoh beneran. Selebihnya berusaha keras untuk belajar. Kalau udah selesai dan yakin itu benar, gw akan bertanya padanya tapi lebih karena gw menghargai dia sebagai atasan: "Saya sudah selesai dengan itu, tolong cek dulu, Mam"

Alhamdulillah, gw lebih sering berhasil ketimbang gagal (sejauh ini). Dan kalau mengajukan usul, gw berusaha memelihara bahasa. Tidak berlagak pandai. Bilang saja dengan sopan: "Madam, saya ingin membuat seperti ini. Hasilnya akan jadi seperti ini. Bagaimana menurut Anda?"

Senangnya lagi, dia nggak keki kalo gw komplen.

"Maaf Madam, sepertinya Anda sedikit keliru. Menurut saya sih seperti ini harusnya. Gimana Madam?"
Dan dia menjawab dengan gegap gempita: "You are right! Good job, Dewi!"
Maka kalau sudah begitu, sisa hari akan gw habiskan dengan senyum yang tak lekang dibibir. :)

Tapi kalau gw udah jungkir balik mempelajari sebuah kerjaan baru, udah tau jalurnya, tapi hasilnya nggak seperti yang seharusnya, gw ngaku aja. "Saya sudah coba, sampai kening berkerut lima dan rambut indah saya berguguran jatuh ke bumi, tapi tetap tidak balance. Tolong kasih advise, Madam" Dan kalau bulan depan masih mengalami hal yang sama, lebih baik jangan langsung bertanya. Pelajari dulu dari berkas bulan lalu yang sudah selesai. Dan masih buntu juga, berarti emang bener-bener bahlul, ente.

Kenapa? Karena itu berhubungan dengan jurus terakhir gw: "Makruh hukumnya menanyakan masalah yang sama sampai 2 kali" Kadang-kadang malah gw buat jadi haram. Bukan apa-apa, kan udah gw bilang gw pemalu. Gw malu kalau sering-sering nanya. Gw juga nggak mau di bilang bodoh. Tapi mengakui sebuah kesalahan bukanlah dosa. Toh, nggak ada manusia yang tidak pernah salah.

Gw nggak pandai bercerita, tapi maksud dari cerita panjang bertele-tele ini (intinya) adalah beberapa kalimat inspirasi ala gw; selalulah belajar dan jangan merasa cukup. Tapi kalau lebih pintar jangan merendahkan orang dan meninggikan diri sendiri. Trus, pikir dulu sebelum bertanya, jangan mengajukan pertanyaan yang akan membuat orang berfikir: ih, bego amat siy lo, itu aja nggak tau!.  Karena kalau tidak mau bertanya sama-sekali juga nggak baik. Kecuali pastikan kita tau dan mampu mengerjakannya dengan benar. Jangan malu bertanya dan jangan malu-maluin kalau bertanya.

Ini bukan nasehat buat Temans, karena gw bukan Penasehat Perkawinan (loh!), ini juga bukan untuk memotivasi Anda, karena gw bukan Mario Teguh sang motivator. Ini adalah jurus-jurus yang gw pake dalam kerja. Gw nggak minta Temans mengikuti gaya gw. Ini hanya sekedar berbagi pengalaman doang. Kalau terinspirasi, Alhamdulillah. Kalau tidak juga nggak perlu merasa bersalah sama gw. Ambil yang baik aja, buang yang jelex na. Siip, kan?

Love u All!




16 komentar:

  1. Malu bertanya balik lg "Cepek dech" ....jiehehheee....

    Rasanya ga terlalu berlebihan, bila saya mengatakan, Kak Dewi motivator yg hanya beda tipis banget sama Mario teguh. Jarang2 lho Kak motivator yg bahasa Gaul ghitu...jiahhahahaahaha..... "Peace"

    Asyik, tidak ada kata terlambat untuk belajar menjadi lebih baik...

    BalasHapus
  2. sama mbak, aku juga seringnya belajar sendiri ketimbang nanya sama yg senior...karena kadang udah dijelasin klo kita belum tau masalahnya ngga ngerti lochh...malah pusing sendiri heehheh.....

    BalasHapus
  3. hmm, thank's kata-katanya.... semoga ini semua bisa buat saya keluar dari rasa malu saya... saya juga pemalu.. hehhe

    BalasHapus
  4. waaaaaaaw nice post Uni Dewi..... :)

    Yanti suka cara uni... ^__^

    seperti kata kakak yanti yang diatas "tidak ada kata terlambat untuk belajar menjadi lebih baik_Mr TM_"

    BalasHapus
  5. @ MR TM:
    Apanya nih yang beda tipis? Rambutnya? wkwkwkw... Thanks TM, dirimu pandai bikin aku besar kepala.

    @ Nia:
    Bener Nia, kalau nanya aja tanpa tau masalah yang kita hadapi malah jadi bingung sendiri. Saya kalau disuruh mengerjakan sesuatu, saya nggak bertanya dulu. Saya bilang: Ok! Ntar kalo udah dikerja-in baru kita tau, o begini toh! Eh kenapa begitu? Oiya, karena ini! Kadang kita malah nggak perlu bertanya sama sekali. :D

    @ Noeel:
    hihi..ternyata kita sama-sama pemalu ya? Kalau saya selain malu juga sering malu-maluin..hihihi..

    @ Yhantee:
    Benarkah? Syukur deh kalo gitu. Bener, nggak ada kata terlambat untuk menjadi lebih baik. Selagi ada umur, berarti ada kesempatan. :)
    Thanks Yanti!

    BalasHapus
  6. Pagi Kak Wi...
    Setelah baca baru tau perjalanan kak dewi, baca doa setiap pagi...
    Kayak mul dulu waktu di QA ak pengen jumpa sama pak John karna gak bisa ngerti bahasanya..ehh sekali pindah ke DC malah jumpa dia terus..Apes..apes, tapi mau gimana lagi dan sekarang gak takut lagi kalau lihat kemunculannya.

    Tapi dengan itu kak dewi bisa dapat banyak pengalaman dan sekarang kak Dewi udah lebih sukses dan pintar.

    BalasHapus
  7. @ IbuDini:
    Alhamdulillah, Mul.. Kalau mau belajar Insya Allah bisa.

    Kalo John Chia siy nggak heran. Banyak yangg nggak ngerti kalo dia ngomong. Biz ngomong sama kumur-kumur nggak beda jauh. :)

    BalasHapus
  8. Wuissssssss..ente emang pinter ngerangkai kata2. Ane salut ma u mba dew2..perjuangkan terus ampe titik darah penghabisan..(^_^)

    BalasHapus
  9. @ dina:
    Thanks, Bun...

    @ helen:
    hahahaha...oqelah qalo begitu..

    BalasHapus
  10. Kadang waktu bisa membunuh kita dalam belajar tetapi belajar tidak pernah membunuh waktu..Semoga..

    BalasHapus
  11. Malu bertanya itu wajar Mba, tapi malu-maluin jangan sampe deh...hehehe. Eh...emangnya Mba dewi pemalu ya ? masak sih ? klo soal bahasa linggis Bang pendi puyeng dah, cuma bisa was wes wos doang...klo bule yg Bang Pendi ajak ngomong trus nyengir, anggap aja die ntu ngerti...hehehe

    Semoga sukses terus deh kerjaannya...

    BalasHapus
  12. Huehhehe, kaga percaya 2000% kalo Mba Dewi pemalu. Kalo pilihan malu2in sepertinya lebih masuk logika :-)

    Apa kabar Mbakyu? kangen akyu dengan dirimyu. Entah kenapa gw ngerasa sujiwo tejo boo sama Mbakyu kakanda Dewi Fatma Mangkubumi *pasti gw ditampol gara2 ngerubah nama orang sembarangan*

    Vales lagi apa neh? Zahia mah masih kebo. Makanya emaknya bisa jalan2 ke rumah tetangga hehehe

    BalasHapus
  13. @ Dawai:
    Kalao saya nggak pernah bunuh sapa-sapa, sumpah. Bunuh nyamuk aja saya suka malu-malu kucing (*eh, lagi kumat edanne*)

    Setuju banget! Makasih komennya..:)

    @ Bang Pendi:
    Iye Bang, saya pemalu loh. Haruskah aku bersumpah padamu? *lebay* Sama dong, Bang. Saya juga cuma bisa oh yes oh no doang.
    "Naik gaji"; oh yes... "Nambah kerja"; oh no...

    Amiin...makasih ye Bang...

    @ Jeng Soesan:
    Ealah, kok nggak percaya tho, Jeng. Eike tuh 1% nya pemalu, sisanya............*twink-twink*

    Kabar baik Say, biasalah... gw lagi sibuk ngitungin kutu teman di kantor....
    Jgn kuatir, nggak di tampol kok, paling disiram air aki *hik hik..*
    Eh tapi nama gw keren juga ye... *nggak jadilah gw siram air aki, Say*
    Nampaknye kita punya perasaan yang sama, Say. cup..cup ah... (Kita poligami aja yuks...)

    BalasHapus
  14. aku juga termasuk orang yg malas nanya. soalnya suka nanya hal2 yg sebenarnya mudah. hehee

    BalasHapus
  15. kunjungan dari madinger :)
    enjoy your blogging time :)

    BalasHapus

Yang cakep pasti komen, yang komen pasti cakep..

Tapi maaf ya, komentar nggak nyambung akan dihapus :)
Terima kasih...