Menuai Sepi

Valeska-ku menangis histeris, air mata dan ingus mengalir membasahi wajah imutnya. Tangannya menggapai-gapai hendak meraih tangan papa. Sesekali kedua tangannya diangkat ke udara sambil terus menginthil papa, berharap digendong seperti biasa. Tapi papa tetap sibuk dengan tas dan travel bag-nya, mengangkati barang-barang bawaannya ke dalam mobil. Tak sekalipun papa menoleh ke Valeska yang semakin sedih.

Selesai memasukkan tas2 ke dalam mobil, barulah papa mendekati putrinya, berlutut di depannya, menghapus air matanya, lalu mencium pipinya yang lembab karena tangis. Wajah papa muram dan sedih.

"Papa pergi ya, nak.. Sayang papa dulu..."

Vales mengangsurkan pipinnya, mencium pipi papa. Papa mencium kening dan dua belah pipi Valeska.

"Salim papa, nak..."

Papa mengangsurkan tangannya. Vales menjabat tangan papa lalu menempelkan tangan papa ke keningnya yang berkeringat, masih sambil menangis, sambil meronta-ronta minta diajak.

Lalu papa berdiri, berjalan ke mobil sambil melambaikan tangan ke arah Valeska yang lagi-lagi mengangkat dua tangan ke udara ke arah papa, berharap digendong seperti biasa. Tapi papa masuk ke mobil, melambaikan tangan sambil sesekali mengelap sudut mata.

Mobil bergerak perlahan, Valeska berteriak, menangis, tapi tetap melambai sambil bilang "da..daaahhh..." dan mengirim kiss bye ke arah mobil "mmmuuuaaahhhh..." dan kembali menangis.. Begitu terus, meskipun mobil yang membawa papa sudah hilang di tikungan...

Mama mengelap pipi yang tetiba basah. Udara terasa lembab. Rintik hujan mengiringi perpisahan itu..

Papa sudah pergi. Papa sedang berjihad untuk keluarga; Valeska dan mama. Semoga Allah memurahkan rejekinya, semoga Allah selalu melindungi papa dan menjaga papa dari segala apapun yang tidak baik. Amiinnn...

Dan di rumah, mulai malam tadi, kami bertiga; mama, Valeska dan nenek memulai malam sambil menuai sepi...

Sepi