Dengan menutup kedua mataku, dapat kuraba, kupegang tanpa menyentuh Ainun bahkan mendapat senyuman yang selalu kurindukan!
Jikalau mataku kubuka lagi, semuanya serentak hilang lenyap dan meninggalkan kekosongan jiwa, kecewa, sedih, dan perih!
Dengan menutup kedua mataku, kurayu dengan kata dan nada yang kami miliki dan kenal, tetapi tetap membisu, sunyi sepi!
Dimana Ainun? Bagaimana keadaan Ainun? Bagaimana mendapat kepastian mengenai Ainun yang selalu kurindukan sepanjang masa!
Bacharuddin Jusuf Habibie, 28.08.2010. 06:30
Aku nemu bait puisi itu ketika merayap-rayap di dunia maya. Sebait puisi dari Pak Habibie untuk almarhum Ibu Ainun, istri tercinta yang dibuat tepat pada 100 hari berpulangnya beliau ke pangkuan Illahi. Terlepas dari bener atau tidak itu hasil karya Pak Habibie, aku menemukan secarik kesamaan perasaan dengan penggalan puisi itu.
Bukan, bukan perasaan terhadap istriku, karena mustahil aku punya istri. Emang gw cewek apaan? Perasaan yang sama yang kurasakan terhadap almarhum ayahku tercinta, yang terganteng, yang pergi tanpa sempat kusapa dan menyapaku, tanpa sempat kutatap untuk yang terakhir kali, tanpa sempat saling mencium pipi, tanpa sempat meminta maaf atas selaksa dosa yang telah kulakukan padanya, sejuta luka yang mungkin telah ku torehkan dihatinya yang sepenuhnya mencintaiku.
Pa, hanya bila kupejamkan mataku, aku bisa melihat mancung hidungmu yang sering kau pakai untuk menghirup wangi ubun-ubunku ---- dulu.... dulu sekali...
Hanya bila kupejamkan mataku, Pa, kulihat senyuman dibibir tipismu, kurasakan desah nafasmu, kurasakan kuat tanganmu merengkuh tubuh kurusku...
Pa, hanya bila mataku terpejam, kurasakan lagi air matamu menetes membasahi lenganku, menyadarkan aku dari pingsan beberapa tahun lalu... Apakah Papa ingat saat itu? Itu yang pertama dan terakhir aku melihat Papa menangis... Bahkan telaknya cobaan menghantammu, tidak pernah membuat papa meneteskan air mata.. Mungkin Papa hanya menangis ketika shalat, seperti yang sering Papa bilang: 'Menangislah hanya pada Tuhanmu, hanya dihadapanNya'
Pa, bila rindu padamu, kuputar lagu-lagu tahun 70-80 an yang dulu sering mengalun memenuhi tiap sudut rumah kita, saat itu aku merasa kau ada disini mendengarkannya bersamaku, meski Diah bilang aku manusia purba jaman tandun yang tersesat ke dunia millenium, aku tak peduli. Karena dengan begitu kau ada disini bersamaku , memejamkan mata, menikmati alunan musik... seperti dulu... Aku rindu itu, Pa...
Pa, bagaimana keadaanmu kini disana? Bagaimana caraku memastikan keadaanmu baik-baik saja? Bahagiakah Papa disana? Terang-kah kamar baru Papa? Luaskah kamar tidur Papa? Semoga tidak sempit ya, Pa... Semoga Tuhan memberikan tempat yang indah untuk Papa, agar Papa nyaman menunggu kami menyusul Papa kesana... Aku berharap kita bertemu lagi, suatu masa nanti..
Papa, doaku bersamamu, selalu...
Papa, aku merindukanmu, selalu...
Ku rasa, rindu ini akan mati bersamaku....
Hanya bila kupejamkan mataku, Pa, kulihat senyuman dibibir tipismu, kurasakan desah nafasmu, kurasakan kuat tanganmu merengkuh tubuh kurusku...
Pa, hanya bila mataku terpejam, kurasakan lagi air matamu menetes membasahi lenganku, menyadarkan aku dari pingsan beberapa tahun lalu... Apakah Papa ingat saat itu? Itu yang pertama dan terakhir aku melihat Papa menangis... Bahkan telaknya cobaan menghantammu, tidak pernah membuat papa meneteskan air mata.. Mungkin Papa hanya menangis ketika shalat, seperti yang sering Papa bilang: 'Menangislah hanya pada Tuhanmu, hanya dihadapanNya'
Pa, bila rindu padamu, kuputar lagu-lagu tahun 70-80 an yang dulu sering mengalun memenuhi tiap sudut rumah kita, saat itu aku merasa kau ada disini mendengarkannya bersamaku, meski Diah bilang aku manusia purba jaman tandun yang tersesat ke dunia millenium, aku tak peduli. Karena dengan begitu kau ada disini bersamaku , memejamkan mata, menikmati alunan musik... seperti dulu... Aku rindu itu, Pa...
Pa, bagaimana keadaanmu kini disana? Bagaimana caraku memastikan keadaanmu baik-baik saja? Bahagiakah Papa disana? Terang-kah kamar baru Papa? Luaskah kamar tidur Papa? Semoga tidak sempit ya, Pa... Semoga Tuhan memberikan tempat yang indah untuk Papa, agar Papa nyaman menunggu kami menyusul Papa kesana... Aku berharap kita bertemu lagi, suatu masa nanti..
Papa, doaku bersamamu, selalu...
Papa, aku merindukanmu, selalu...
Ku rasa, rindu ini akan mati bersamaku....
"Dimana rumah-Mu Tuhan Maha Esa
Tempat papa tidur di samping-Mu Tuhan
Kata bunda aku bisa jumpa dia,
Papa di rumah Tuhan...
Kini tinggal kita yang masih terbangun
Baik buruk hidup masih terlewati
Hujanku berhenti sebentar saja
Ku mau bicara..."
*Lirik lagu Baim - Ratapanku (ratapan hatiku juga..)
Note: Untuk Papa-ku, di sorga - moga Papa bahagia disana.........
semoga orang2 yang kita sayangi & telah pergi mendahului kita selalu diberikan kebahagiaan disana
BalasHapus@ Lidya:
BalasHapusAmiiiinnnnn.....
hiks sedih bacanya...
BalasHapusbenar benar pingin nangis Mbak bacanyaa
BalasHapusDija juga rindu sama Ibu Noni, Tante...
BalasHapus@ Sang Cerpenis bercerita:
BalasHapusaku sedih nulisnya...
@ Elsa:
aku udah nangis...
@ Dija:
Ibu Noni sudah bahagia disana, Sayang...
Kita doain yukkk...
Amin...semoga Surga tempat orang tua kita ya Kak Wi...
BalasHapusaku jadi sedih kak Wi...jadi keinget lagi sama Bapak dan Ibu.
Puisinya juga menyentuh sekali...kapan ya bisa buat puisi indah kayak gitu...
ada award buat kamu
BalasHapushttp://emmanuelthespecialone.blogspot.com/2010/10/tebak-tebakan-yang-tak-ada-ujungnya.html
@ Ibu Dini:
BalasHapusAmiiinn....amiin.. ya Allah...
wah sedih banget bacanya, kehilangan seseorang yg kita sayangi itu berat sekali, tetapi itulah dunia, setiap yg bernyawa pasti akan mengalami kematian.. semoga Allah swt menempatkan ayah mba dewi di syurga nya Allah amiiin..
BalasHapusAhhh ...
BalasHapusIni sedih banget Bu ...
ditulis dengan kerinduan dan kecintaan yang amat sangat ... dari seorang DewiFatma kepada Papanya
Saya hanya bisa berdoa semoga beliau bahagia di sana
Kerinduan kepada yang telah pergi untuk selamanya itu memang berat rasanya ya...
BalasHapusSemoga Papa berbahagia bersama Sang Maha Segala di sana ya Dewi..
Oya, berkaitan dengan "papa", saya akan mengadakan perhelatan di blog. Mampir-mampir ya... :)
tumben postingan kali ini serius, td terharu dan terbawa suasana.
BalasHapusHujan turun di mataku
BalasHapusStelah mendung sempat menggelayut di kelopak
Ketika aku menyimak baris-barismu
Melintaskan pada memori kehilanganku....
Tawa di subuh buta, ketika membaca coretanmu
Berganti isakan di sore hari, ketika membaca torehan rasamu....
Very very very very very very touching and inspiring, Mbak Dew....
Hmm..semoga smua amal ibadah ayah Kak Dewi diterima disisinya dan d'berikan kamar yg luas lg terang amin
BalasHapusSaya tidak bisa banyak berkomentar, hanya bisa berucap Aminn ..... !!! Salam kenal mbak
BalasHapusterharu setelah membaca puisinya mba yang sabardan tabah ya mba semoga amal dan ibadahnya diterima disisiNya
BalasHapusaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaammmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmiiiiiiiiiiiiiiiinnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn....
BalasHapusAmin,merinding bacanya...Hiks...
BalasHapusterkadang aku takut kalau berpikir aku juga akan mati seperti lainnya
BalasHapusmbak congrats, ada award buat mba, please check di http://buka-rahasia.blogspot.com. tq
BalasHapuswah pak habbir puitis juga yah..
BalasHapusbukan terharu baca puisinya, tapi terharu karna baca pengalamannya, benar-benar membuat hati gerimis
BalasHapus@ Noeel:
BalasHapusThanks Noel, segera ke TKP!
@ umiabie & Om NH:
Amin, ya Rob! Terima kasih Umi dan Om atas doanya. SEmoga dikabulkan Allah...
@ Vizon:
Amiinnnn...
Insya allah, nanti saya mampir Uda
@ Rizaldy:
eheheh.. iya, Zal. Kan lagi insap!
@ Mas Azmee:
Makasih, Mas. Tersandung dirikyu... :D
@ Sofyan:
Amiin.. amin.. Makasih, Sofyan
@ Gadget terbaru:
Salam kenal kembali. Terimakasih sudah berkunjung dan mengamini doaku... :)
@ Warsito, Geafry, I-one:
Amin.. (Thanks, Bro)
@ r10:
Memang menakutkan, tapi sayangnya kita memang akan mati..hiks..!
@ Redants Production:
Segera ke TKP. Tengkyu...
@ herman:
Puitis banget beliau, pan banyak juga puisinya.
@ Oen-oen:
Komennya juga bikin terharu, makasih ya... :)
doa kami semua selalu menyertaimu dan papa mu sobat...
BalasHapussedih rasanya...
aku jg jd inget emak bapak ku nih...
smoga mreka tenang disurga.
@ penghuni 60:
BalasHapusAminn... Thanks, Sob!
aku nangis euuy...smoga papa bahagia disana, smoga dilapangkan kuburnya, di ampuni dosa2nya, diterima segala amal ibadahnya.....smoga hanya surga lah tempat terakhirnya...aamiin
BalasHapusSemoga beliau diterima di sisi-NYA. Amin
BalasHapusSalam hangat dari Surabaya
@ Nia:
BalasHapusMakasih, Say... Amiiiinn..amiin..amiiinn...
Entah kenapa aku selalu rindu padanya...hiks... Selalu menangis bila ku sebut namanya...
@ Pakdhe Cholik:
Amiin..aminn..
Makasih do'anya Pakdhe...
Salam sayang selalu dari Bintan
ditunggu postingan foto seksi konsumsinya.
BalasHapusbikin judul menggiurkan untuk memancing pengunjung negatif. ketika mereka membaca ternyata hal yg diposting adalah hal positif.
jiahahahaha...
@ attayaya-mading:
BalasHapusini lagi nyari2 potonya Bang, entah nyelip dimana.
Ayo, bersama-sama kita tipu mereka jiahahahaha.......
Kirimkan selalu doa untuknya, karena itu akan memberi penghiburan, Jeng
BalasHapus@ Choco Vanilla:
BalasHapusInsya allah... Tengkyu, Sist!
Ah mba Dew...kacamataku jd mengembun baca postinganmu inih, hiks..
BalasHapus@ Orin:
BalasHapussinih aku lap....
Semoga Papamu dan Papaku sama2 bahagia di surga yah Mba. Amien :-)
BalasHapus