Pagi ini, dalam perjalanan ke kantor, aku melihat seorang tukang ojek yang sudah tua. Kumisnya aja udah putih. Wajahnya yang hitam penuh kerutan. :(
Lalu, dipinggir jalan kulihat seorang petugas pembersih jalan, juga sudah tua. Lebih tua dari tukang ojek tadi.
Sebelumnya, ketika pagi masih temaram, ada seorang pria tua, menjajakan kepiting segar yang tidak seberapa, menggedor pintu rumahku. Masih pagi sekali, aku baru saja bangun dari tidur.
"Mau beli kepiting, Buk?"
"Mau beli kepiting, Buk?"
Aku memandangnya, trenyuh.
"Berapa, Pak?"
"Dua lima (ribu) aja, sekilo lebih ini."
Aku bergegas ke kamar, mengambil uang dan menyerahkan ke bapak tua itu. Tak lagi kupikirkan, apakah benar kepiting itu sekilo lebih atau sekilo kurang.
"Kok cuma bawa sedikit, Pak?"
"Cuma dapet segitu, lumayanlah... Cukup untuk hari ini, beli gula dan kopi," sederhana sekali.
Ku pandangi bapak tua itu berlalu ke warung tak jauh dari rumahku, tak lama dia keluar membawa sekantung kecil belanjaan. Tiba-tiba tenggorokanku terasa sakit di sesak haru.
Hari minggu kemarin, seorang lelaki yang sudah sangat tua, lebih tua dari ke tiga bapak-bapak tadi, melewati jalan depan rumahku sambil mendorong gerobak kayu yang besar dan kelihatan berat. Kakek itu bahkan sudah bongkok. Matanya dengan teliti mengawasi semua tong sampah yang berderet sepanjang perumahan. Yes, bapak tua itu seorang pemulung, Temans.
Tidak ada yang bisa dia pulung dari tempat sampah kami. Dia berlalu pindah ke tempat sampah tetangga, perlahan mendorong gerobaknya. Tertatih langkahnya (tiba-tiba aku membayangkan kakekku disitu, dibelakang gerobak itu!)
Mama bergegas ke kamar, mengambil sesuatu dari dompetnya, lalu bergegas mengejar orang tua itu. Aku menahan tangan mama.
"Jangan, Ma. Nanti dia tersinggung," aku khawatir, banyak orang susah yang tidak mau menerima belas kasihan, khan?
Mama berkeras, "biarlah, yang penting mama udah coba, kalo dia marah mama udah nggak nyesel," kulihat mata mama berlinangan.
Aku bertanya-tanya, kenapa orang-orang sepuh itu masih bekerja keras? Kemana anak-anak mereka? Tidakkah anak-anak mereka membantu orang tua mereka? Atau, anak-anak mereka juga susah hidupnya? Benarkah anak-anak yang gagal karena orang tuanya gagal (menjadikan dia sukses)? Dan kenapa orang-orang tua itu tidak dipelihara saja oleh negara?
Berbagilah denganku Temans, aku sangat sedih hari ini...
Aku sedih melihat mereka....
Andai tua nanti aku seperti mereka atau anakku kelak seperti mereka... (Nauddzubillah....)
dengan berbagi membuat hidup menjad indah...
BalasHapusikut sediiiiiiiih mba bacanya, aku juga suka ga tega ngeliat orang2 tua di jalanan kayagitu, aplagi di Jakarta mba Dew, aduuuuuh bikin miris hati, tapi mba, minimal kita bisa bantu mereka sedikit yah, dan semoga hari tua kita ga akan seperti itu, Amiiiiiiiin ya Rab...
BalasHapusyaah siapa yang tau perjalanan hidup orang,kalau mba mengatakan"Andai tua nanti aku seperti mereka atau anakku kelak seperti mereka..." bersiaplah dengan berlapang dada...Bagi yang yakin dengan Tuhan, bahwa kita ini seperti wayang, memainkan peran masing-masing...dan yang bernilai dari peran itu adalah memainkannya dengan sepenuh hati dan berharap nantinya mendapat piala oscar dari Tuhan (Ridho). Layaknya dalam sebuah film, mainkan peran kita apapun dengan baik....karena semua ada artinya dan bernilai....antara peran figuran dan aktor utama saling mendukung dan tidak bisa berdiri sendiri..untuk utuhnya suatu adegan yang namanya panggung kehidupan dunia ini...
BalasHapussalam manis dan senyum lebar untuk mba ^______^
tersentuh bacanya. semoga kita dan keluarga kita tidak sampai seperti itu.
BalasHapusMba Deeeew, aku jg suka 'bertemu' dg kakek sangat tua penjual kerupuk di pasar deket rumah, kasiaaaan bgt, aku suka beli kerupuknya dan ga minta kembalian, uangnya suka dia cium2 dan ditempel di kening gituh, duh...terharu, hiks.
BalasHapusMudah2an orang tua kita, kita, dan anak2 kita tidak mengalami hal yg demikian ya mba :)
kasian yah bapa itu :(
BalasHapusMul juga suka mempertanyakan itu Kak Wi...,suka kebayang bapak aja kalau lihat bapak2 tua yang bekerja.
BalasHapuscerita yang menarik, sebagai penyemangat untk selalu berbuat baik kepada sesamanya,,
BalasHapusIya mbak, sering aku juga ktm orang2 yang sdh sepuh gitu tapi masih bekerja keras u hidup. ndak tega, trenyuh dan pgn bantu, tp apadaya batunyapun paling ndak seberapa dibanding beban yang di pikulnya. ya smoga keluarga kita sehat dan selalu dalam lindungan Tuhan mbak.
BalasHapusKalo di tempatku para pria sepuh itu berjualan pisang. Walopun pisangnya a la ladarnya kadang kubeli juga, soalnya kasihan :(
BalasHapusSemoga mereka bahagia walaupun menderita...
(lho, piye to?)
mungkin juga anak2nya juga bekerja keras tapi tidak mencukupi sehingga mereka harus membantu.
BalasHapusSaleum
BalasHapussaya juga sedih ketika melihat banyak orang2 tua yang seperti itu. didaerah saya pun banyak seperti itu, yach... hidup ini memang keras sob :)
saleum dmilano
yah begitulah hidup, gak ada yang tau bagaimana perjalanan hidup kita nanti, begitu juga dengan orang-orang sepuh yang ada dalam postingan tersebut, dulu mereka tidak pernah berfikir bahwa kelak hidup mereka menjadi seperti ini, tapi percayalah bahwa tuhan maha adil, dunia ini bagai roda, tidak selamnya yang ada di bawah terus ada di bawah, pasti suatu saat nanti dia akan mendapat giliran untuk ada di atas, begitu juga sebaliknya.
BalasHapusBener banget, aku juga suka punya pikiran seperti itu...anak2nya pada kemana yach sampai2 udah tua masih harus kerja keras....mungkin mereka memang di takdirkan seperti itu. Smoga saja penderitaan mrk hanya di dunia, dan setelah meninggal nanti surga lah tempatnya. aamiin....
BalasHapusBetul Mbak, disekitar kita banyak sekali Bapak-bapak sepuh yang harus bekerja extra berat demi menghidupi keluarganya, sedangkan diluar sana.. banyak muda-mudi yang mencari uang demi untuk kesenangan...
BalasHapusya ampuun, hatiku terasa grimis baca tulisanmu sob...
BalasHapusemang gak akan ada yg tahu masa dpn kita seperti apa. tp kita sebagai manusia, hrs punya sebuah impian. disinilah kita dituntut utk menggapai impian tersebut.
SEMANGAT DONK!!
memang mengenaskan, tapi mungkin mereka juga tidak mau ongkang-ongkang kaki di rumah. Mereka mungkin juga membiayai pendidikan anak-anaknya tanpa mengeluh. Sistem asuransi di Indonesia juga belum merakyat kan....
BalasHapusKarena itu aku biasanya memakai jasa/membeli barang yang mereka jual.
subhanallah, betapa kebaikan tak akan mungkin hilang meskipun kejahatan semakin merajalela.... aku salut mbak... semoga kita selalu diberi kekuatan untuk memampukan diri mengulurkan tangan kepada yang tidak mampu. Amin :D
BalasHapussediih banget sih kalo liat orang tua yang masih harus membanting tulang dimasa tuanya... kadang kasihan juga..
BalasHapusjadi lebih mensyukuri hidup kalo tau masih banyak yang kurang beruntung dibanding diri kita
bener bener Mbak
BalasHapusseharusnya tua adalah masa yang indah ya
memetik hasil dari pekerjaan masa lalu
stay di rumah dengan anak cucu....
semoga nanti kita punya masa tua yang menggembirakan
aku juga heran kemana aja pemerintah bukankah Undang undang mengatakan mereka (orang miskin) seharusnya dipelihara oleh negara.
BalasHapusHak orang-orang jompo Indonesia untuk menikmati masa tuanya masih belum banyak yang memikirkan, Terkadang sang Anakpun masih harus berjuang sekuat tenaga untuk menghidupi dirinya sendiri.
BalasHapusjadi terbawa suasana haru nih :(
BalasHapusaku membayangkan, gimana kalau aku tua nanti apa dijamin lebih baek dari mereka, pak tua masih bekerja keras hanya utk hidup seadanya.
BalasHapusaku juga sedih dan merasa kasihan sama kakek2 dan nenek yang masih suka berusaha
BalasHapuskok bisa rabu dikatain gitu?? hmm..mlm kiamisan yach???..
BalasHapusmakasih mbak udah mengingatkan, tapi bagiku bukan orang-orang renta yang harus kita kasihani, tapi bisa jadi kasihanilah diri kita ato kerabat-kerabat yang masih muda yang tidak mempedulikan keadaan orang-orang tua tersebut.
BalasHapusSaatnya berbagi sesulit apapun kita, bahkan jika kita sangat lapang. Karena orang tua kita tidak memikirkan dirinya sendiri tapi memikirkan anak-anaknya. Anggap mereka orang tua kita yang sangat layak kita sayangi.
subhanallah
BalasHapuskita selalu berdoa agar kita berikut anak anak kita tidak perlu mengalami hal demikian :( semoga... amien!!!
BalasHapusSalam Takzim
BalasHapusHanya orang orang tertentu yang punya keinginan kuat untuk bersedekah, semoga keterima ya
Salam Takzim Batavusqu
benar...saya juga pasti trenyuh lihat kakek tadi..
BalasHapussedih memang...
:(
salam
@ Dear All:
BalasHapusThanks sudah berbagi, Sahabat. Maaf saya nggak reply komen satu persatu seperti biasa. Lagi agak kekurangan waktu.
Terima kasih sekali lagi.. :) :)
jangan suudzon dulu lah... bisa jadi anak-anaknya juga hidupnya sulit
BalasHapuspak tua ndak tau diri, beri kesempatan yang muda2 ini donk...heheeeeee
BalasHapus@ r10:
BalasHapusBukan suudzon, Om. Tolong baca lagi deh, postingan saya. Adakah yang suudzon disana? Saya prihatin kenapa orang setua itu masih bekerja keras. Kenapa negara tidak menyantuni mereka saja seperti yang dikatakan Mas Masjier di atas.
Mosok orang susah di suudzon-in? Saya nggak seburuk itu, lho!
@ Segawon:
WHAT DO YOU MEAN??????
Kadang kala ...
BalasHapusWalau tidak semua ...
Mereka mengerjakan pekerjaan itu karena ... mereka ingin melakukannya ...
bukan berarti anak/keluarganya tidak peduli ...
biasanya mereka berkeras untuk tetap bekerja ... tidak bekerja membuat badan mereka sakit-sakit katanya ...
Namun ada pula yang mereka harus bekerja ... tidak bekerja maka tidak makan ...
salam saya Dewi
jadi terenyuh. kasihan ya.
BalasHapusMenyentuh sekali Mba. Tapi satu yang gw bangga dari Beliau2 itu, meski sudah tua tapi tetap mau berusaha mencari rezeki yang halal. jaman sekarang mah banyak sekali anak muda yang pemalasan tingkat tinggi dan suka cari jalan pintas dengan cara2 kaga halal!!
BalasHapus