Sama-sama bingung

Penyakit gila nomer 17 gw kambuh lagi. Yaitu gila meng-gosip tentang orang kantor yang lucu-lucu bin aneh. Bis, kalo nggak di share di blog, rasanya persis kayak berada pada situasi nahan ke**t pas lagi meeting shareholder sama para petinggi dunia persilatan. *Apalagi namanya kalau bukan gila*.

Jadi begini, awal tahun kemarin, seperti biasa kami di audit E 'n Y dari negeri tetangga S'pore yang nggak bisa sama sekali bahasa Indo palagi bahasa Jawa atau bahasa Padang yang gw paling ahli. Dia hanya bisa berbahasa aneh: Inglish logat cina, yang hanya bisa dimengerti oleh orang2 shaleh dan berbudi luhur macam gw. Apalagi kalau dia ngomong sama senior gw ini yang rada gagap berbahasa linggis. Akan lebih hot kalo ngomongnya linggisnya panjang-panjang tanpa titik koma. Senior gw bakal banyak mangapnya ketimbang mingkem.

Jadi begini ceritanya, Senior gw nih namanya kita sebut aja, Pak Lucu. Dia emang kurang lancar linggisnya. *Gw juga nggak lancar siyyy..., tapi dia lebih parah...xixixi...* Jadi pas ditanya auditor ntu, udahlah dia nggak lancar bahasa linggis, nambah lagi si auditor ngomong linggis logat cina. Makin lengkaplah derita si Pak Lucu.

Beginilah terjemahan bebas percakapan mereka:

Auditor : Pak Lucu, saya baru periksa daftar stok dan saya rasa ada yang salah disana. Banyak barang yang udah kadaluarsa tapi masih Anda hitung sebagai stok Anda. Boleh saya tau alasannya?

Pak Lucu : *raut wajah bingung* nggg.... what...what...

Auditor : *raut wajah memilukan* yaa....? Kenapa masih dianggap sebagai stok? Bukankah seharusnya di musnahkan saja? Dihilangkan dari list stok? Dihilangkan? Dihilangkan... *sambil menggerak-gerakkan tangan*

Pak Lucu : *penuh percaya diri, menggeleng2* ooooo..tidak. Kita tak pernah pakai barang kadaluarsa. Tidak..tidak..*geleng-geleng*

Auditor : Ya...saya tau. Tidak dipakai. Tapi kenapa masih ada di stok Anda. Masih Anda hitung sebagai stok...eggrrhhh.... *kebingungan mencari kata-kata yang tepat*

Pak Lucu : Saya mesti tanya dulu ke atasan saya *wajah mengundang belas kasihan*

Auditor : *lelah* No. Saya hanya ingin tau, kenapa Anda menghitung barang kadaluarsa di stok Anda. Itu tidak menghasilkan apa-apa lagi bukan? Tidak bisa di pakai, tidak bisa dijual. It's nothing, right?

Pak Lucu : eehhh...oo...aaa....*narik nafas, seolah berfikir keras* no..no...kita tak pakai, kita tak pakai...

Auditor : *wajah lelah+bingung+kesal+kasihan* Anda mengerti maksud saya, kan? Kenapa tidak dihilangkan? Dihilangkan? Dihilangkan saja? *mengulang2 kata-katanya*

Pak Lucu : yes..yes,..yes..*ngangguk-ngangguk*

Gw mulai merasa terganggu dan berniat membantu, tapi melihat wajah keduanya yang begitu mengenaskan, gw memilih diam sambil mendiskusikan keadaan terkini *saat itu* lewat skype dengan teman-teman diluar ruangan finance yang terkikik-kikik kesenangan mendapat hiburan gratis dari entertainer sejati ala gw.

Auditor : So, why? Kenapa tidak dihilangkan saja? *mulai stress* Saya tidak mengerti kenapa barang ini tetap Anda hitung sebagai stok. Ini barang sampah. Tidak ada harga. Kamu pakai tidak bisa, kamu jual tidak bisa. Jadi ini bukan lagi harta perusahaan.... Seharusnya dihilangkan. Dihilangkan. Harusnya dihilangkan *mengulang-ulang kata-katanya + memperagakan dg bahasa tubuh dan kelihatan setengah depresi*

Pak Lucu : *mangap -- menatap dg tampang belo -- mengerutkan kening -- memegang jidat --* saya mesti tanya dulu sama atasan saya.

Auditor : *menyerah + hampir menangis* ok, no problem.

Kesimpulan yang gw ambil secara dadakan dan semena-mena atas dua makhluk menyedihkan ini adalah: sama-sama bingung, sama-sama nggak ngerti, sama-sama menyedihkan

Si auditor pun balik kanan membawa separo hati yang nelangsa. Dari wajahnya gw tau, dia pasti menyesal dilahirkan dan ditugaskan ke perusahaan yang dihuni orang-orang bahlul ini.

Setelah si auditor yang sebenarnya cukup ganteng itu berlalu, Pak Lucu mengusap peluh yang membanjiri kening -nan luas membentang- nya. Memandangku sambil tersenyum bangga seolah penuh kemenangan. Dan gw balas tersenyum sambil memandangnya penuh kasihan. *Kenapa yah, dia kok tersenyum bangga kayak gitu?*

Sampai hari ini, gw masi bertanya-tanya kenapa si senior yang menyedihkan itu malah tersenyum yah? Ada niat mau bertanya langsung sama yang bersangkutan, apa daya dia udah tiada...eh... maksute udah nggak gawe disini lagi. Menurut Temans, kenapa dia tersenyum?