Selasa, 15 Maret 2011

Tuhan jagalah tanganku ini

Minggu ini betul-betul tidak bersahabat. Hari Jum'at kemarin seharian gw disiksa sakit kepala. Noleh kekiri pusing, noleh ke kanan puyeng, lurus ke depan nengok komputer malah yang muncul kunang-kunang. Gw putuskan nelan paramex bulat-bulat sebelum muncul insiden muntah memalukan kayak kemarin itu.

Namun apa lacur, serbuan angin yang memenuhi lorong-lorong lambung gw terlanjur bergejolak, berdemo dan akhirnya menimbulkan perang sodara *kayak Libya aza*. Gw udah berusaha mendorong angin itu supaya keluar dari lambung lewat jalur yang semestinya dengan memakan segala yang gw jumpai di seputar meja kerja (kecuali pulpen dan teman-temannya). Ada pai isi anggur dari Pak Big Bos, ada tahu goreng, ada roti tawar, ada es krim conetto yang dibawa Pak HRD *hihi..lengkap yah?* Tapi itu angin malah mendesak keluar lewat atas. Akhirnya.....yahhhhhh....muntah lagi deh.


Nyampe dirumah dipijitin ama misua. Di paksa makan nasi, di cekokin obat, disuruh tidur..hhhmmm.. Gw pun nurut dengan suka cita setelah sebelumnya ngelanjutin muntah yang blom kelar di kantor tadi.

Untung Sabtu gw nggak kerja, jadi bisa ngorok ampe jam 7. Misua bangun sendiri pagi-pagi, nyuci pakaian kotor seember penuh, njemurin cucian, bikin teh sendiri, sarapan sendiri. Abis sarapan baru bangunin gw.

Misua   : Masih pusing, Ma?
Gw       : *ngangguk* Dikit..
Misua   : Mau Mas antar ke klinik dulu? Tapi nggak panas, kan? (sambil megang jidat gw)
Gw       : nggak usah. ntar juga baikan
Misua   : Ya udah. Kalo gitu Mas berangkat ya?

Spanjang hari Sabtu itu, gw terkapar tak berdaya.

Hari Minggu, ada undangan ultah dari Dini. Jadi sore-sore kami pergi wira-wiri ke Tg.Uban buat beli kado. Muter-muter stengah jam nyari-nyari toko perhiasan. Begitu nemu toko perhiasan, kami malah masuk ke toko mainan anak-anak di sebelahnya *ketahuan nggk tulus nyari toko perhiasannya*

Gw masuk sendiri, Valeska dan papanya nunggu di luar, di tempat area mainan anak-anak. Selesai milih-milih kado dan langsung dibungkusin sama Amoy cantik, gw bergegas keluar nyari suami dan anak gw. Dan tralalaaaa... gw ngeliat Valeska lagi naik mobil-mobilan. Papanya berdiri tak jauh dari situ. Disebelah kanan Vales ada seorang anak kecil lagi naik mobil-mobilan juga. Disampingnya duduk seorang wanita muda, pastilah emaknya. Dan langkah gw tersentak berhenti, berat kaki gw untuk melangkah, tak bisa gw angkat meski gw paksa, berasa kayak diganduli besi puluhan kilo.

Dan gw macet disitu. Gugup, nggak bisa nentuin pilihan; maju atau mundur.

Perempuan itu tengah tersenyum. Pastilah sama gw, karena di seputar gw nggak ada sesiapa yang perlu disenyumi. Gw berfikir cepat, animal instinct gw sesungguhnya memerintahkan gw untuk menerjang perempuan itu, mencakar wajah halusnya hingga babak belur. Mencabuti rambutnya satu persatu. Menggigiti tangan, kaki dan tubuhnya tanpa perlu merasa kasihan. Menyetrika kepalanya ampe melepuh *ada ya bianatang pandai nyetrika?*

Tapi gw malah terpaku disitu, membalas senyumnya dengan perasaan kaku dan kaki gemetar. Kaget, nervous, dan jantung gw berpacu cepat membuat tangan gw terkulai lemas.

Sungguh, gw masih tak siap bertemu perempuan itu. Masih ada perasaan terluka, marah, benci, hancur, porak poranda, luluh lantak, lemah gemulai dan sebagainya. Ada rasa ingin membunuhnya, melumatnya jadi perkedel. Tapi juga ada rasa tak ingin terlihat lemah dan tak berdaya di depannya. Bukankah kemarahan adalah bentuk lain dari kelemahan? Selama ini gw selalu berusaha nampak kuat, nampak tidak hancur, nampak tidak terluka didepannya, didepan mereka , didepan semua orang. Dan itu tidak boleh berubah sampai kapanpun.

Maka gw melangkah, menghampiri mereka dengan kekuatan yang ditiupkan Tuhan secara cepat dan ajaib:
"Hai..." gw sapa dia sambil tersenyum.

Dia hanya tersenyum sambil menatap gw sepintas. Dia juga gugup bertemu gw. Nampak jelas dari matanya. Dia juga takut kalau tiba-tiba gw menyerang dia dengan jurus cinglung yang gw pelajari dari negeri antah berantah dan bisa mendadak muncul kalau sedang kepepet.

Gw segera beralih menatap Valeska.
"Ayo sayang, kita berangkat"

Papa Valeska yang baik langsung cepat tanggap, menggendong anaknya tanpa banyak tanya. Meski dia tau anaknya blom puas main, tapi raut wajah istrinya yang tak keruan dan senyum miring yang sempat terlontar sudah cukup untuk dia mengerti, ada sesuatu yang nggak beres.

"Yuk, duluan.." gw berusaha pamit pada perempuan itu. Dia lagi-lagi hanya tersenyum sambil mengangguk. Mendadak gagu ketemu gw. Sempat gw ngelirik anaknya yang duduk disebelah Valeska. Anak itu sangat mirip dia. Tidak mirip ayahnya.

Yah, ayahnya yang telah dibantu perempuan itu untuk menghancurkan mimpiku, hatiku dan hidupku. Pria yang hampir menjadi ayah dari anakku. Pria yang rencananya akan mendampingiku melalui masa tua. Pria yang telah bersamaku sewindu lamanya. Pria yang pernah sangat mencintaiku dan melakukan apapun untukku. Pria yang kemudian ku relakan pergi bersama wanita itu dengan berat hati; seminggu sebelum pernikahan kami.

Dan bertahun-tahun telah berlalu, tapi masih saja perasaan itu menghantui gw. Seperti sebuah kemarahan yang tidak tersalurkan. Seperti sebuah luka yang masih tetap basah dan nyeri. Seperti ada dendam yang berusaha gw pendam dalam-dalam dan menghancurkan gw diam-diam.

Mungkin bila gw bicara dari hati ke hati dengan wanita itu, rasa sakit yang masih terpendam ini akan sedikit berkurang. Mungkin ada baiknya gw undang dia untuk ngobrol-ngobrol di kafe sampai tengah malam. Lalu gw bubuhi racun dalam minumnya hingga dia tewas dengan mulut berbusa. Atau gw pakai jurus cinglung itu tadi. Cuman masalahnya gw ini orang nggak tegaan. Meski disakiti tetap aja baik sama orang. Itulah susahnya jika terlahir jadi orang baik (mengutip kata-kata Diah teman gw) 

Akhirnya gw hanya bisa bersenandung sambil memeluk Valeska erat-erat dan melempar pandangan penuh cinta pada misua  gw yang sangat baik dan penyabar:

*Ada yang mesti kupikir lagi
Melepas dendam dan sakit hati
Dan berjuang membendung benci
Tuhan jagalah tanganku ini

Gw ingin mencintai mereka hingga akhir hayat gw. Gw ingin hidup bahagia bersama mereka dan meniti jalan ke sorga bersama. Tuhan, cabutlah segala luka yang pernah ada dihatiku ini karena dia. Cabutlah segala dendam dan sakit hati ini. Tumbuhkanlah rasa cinta yang besar dan kuat pada orang-orang baik yang telah Engkau anugerahkan padaku. Aku ingin bahagia meski tanpa dia.

Note: * lagu Ebit G Ade


33 komentar:

  1. Gw udah berusaha mendorong angin itu supaya keluar dari lambung lewat jalur yang semestinya dengan memakan segala yang gw jumpai di seputar meja kerja (kecuali pulpen dan teman-temannya).

    haha aku ketawa ngakak baca ini..

    BalasHapus
  2. @ Geafry:
    ngakaknya jangan lama-lama.....

    @ Geafry:
    iya, gratis kalo pertamax yang ini. :D

    @ Geafry:
    Nyata banget! Serius banget!

    BalasHapus
  3. Postingan baru yg komeng udah banyak bangeet...geafry ajja ampe3......jiahahahhahahahaa...


    Kembali ke benang merah:
    Goresan luka d dlm hati memang lebih parah ketimbang goresan luka d kulit.

    Tp sebagai Ade' yg baik, saya hanya bs ngasih masukan. Sebisa mungkin kak Dewi harus mengikhlaskan semua kejadian yg pernah lewat, ambil hikmahnya n angkat sisi positivenya...

    Dr cerita d atas,saya bs memahami, yg ad d dlm hati kak Dewi skrang adalah dendam damai yg hanya akan menyiksa dan memperdalam luka yg ad dlm hati kak Dewi sendiri...

    Maaf kak, k-lo Ade mu ini jd sedikit banyak bla bla bla... karna ADe mu ini jg pernah d lukai n d tinggal nikah uu uu uu ukh ukh...curcol........jiheehheheee........

    BalasHapus
  4. (Maaf) izin mengamankan KELIMAX dulu. Boleh, kan?!
    Jika dibandingkan usaha mendorong angin dari perut agar keluar lewat jalurnya (meski gak berhasil) dibandingkan dengan mendorong apa yang hendak membuncah dari hati berat mana, Mbak?

    BalasHapus
  5. waaaaaaaaaau uni lagi curhat ye... :)
    ada yanti disini yang selalu menemani uni...

    sekarangkan uni punya Valeska dan Uda(hihi yanti sebutnya uda aja ya)yang selalu sayang sama uni....

    berarti dia bukan yang terbaik buat Uni, jiaaaaa sok dewasa banget seh yanti.... :D

    BalasHapus
  6. saya bisa ngebayangin rasanya.
    hm, sulit ya. tapi mesti semangat dong :)

    BalasHapus
  7. Serius Mba, gw jug ikutan ngerasain betapa sakitnya dirimyu waktu ituh. Mmmmm, seandainya gw juga bukan telahir sebagai wanita baik hati ramah tamah suka menolomng,maka gw akan membantu dirimyu merajam wanita itu. Ati perlu gw minta Kakek gw di pandeglang buat ngirim paku sekilo?? *halaaahhh!!*

    Yo weiss Mba, daripada mikirin makhluk2 kaga berguna semacama moeba, bagusan dirimyu konsen dengan Valeska yang cantik, dan Papanya yang sangta baik. Toh mereka jauh lebih berharga

    Huehehe, Bu Butning kesamber apa seh ngomongnya sok wise gituh???

    BalasHapus
  8. jaaaaah mba soesan malah minta paku sekilo?
    napa mba? mo kerja di banguna gedung mana?

    keep smile

    BalasHapus
  9. Dibikin jadi perkedel...keren kak Wi..
    Jurus cinglung...boleh juga tuch, ternyata kak Wi ada belajar bela diri juga...keren kak Wi..
    Mau disetrika...ihhh serem, tidak terbayangkan

    Dendam , amarah hanya akan membuat hati kita menjadi kesal dan lebih sakit hati...meskipun berat tetep harus kita lakukan yaitu Iklas. Karna aku pernah mengiklaskan seseorang utk orang lain dan sekarang anaknya dia udah 2 kak Wi.

    BalasHapus
  10. mampir nih mbak, salam kenal ya

    BalasHapus
  11. oalahhh...ternyata begitu toch ceritanya, seminggu sebelum hari H?? aku ikut merasakan mbak betapa sakiitttnya diperlakukan seperti itu. Udah gitu makhluk2 yang menyakiti masih berkeliaran disekitar mbak....memang kalo mau ngikutin emosi, enaknya kita tonjokin dulu tuch orang biar puas....tapi karena mbak terlahir sbagai orang baik, biarin dech ikhlasin aja....berarti memang doi bukan jodoh....toch ALLAH telah menggantinya dengan yang jauhhhhhh lebih baik.....sekarang mendingan nikmati aja kehidupan baru ini dengan Valeska dan ayahnya.

    BalasHapus
  12. @ TM:
    Iya, aku berusaha keras untuk ikhlas. Setiap saat. Ya ampuuunnn...susahnya mengawal hati. hiks... :(

    @ Alamendah:
    Sama-sama berat itu Kang. Cuman tempat sakitnya beda dan lama sakitnya juga beda. :)

    @ Yanti:
    Yah, harusnya begitu ya Yan. Cuman kadang kalao udah hampir lupa, eh ketemu lagi sama mereka. Ingat lagi masa lalu. Kemudian muncul pertanyaan2 tak berguna: Kenapa harus begini, kenapa harus begitu, coba dulu begini dan nggak begitu... Nah itu yg sering mengganggu keikhlasanku lho, Dek.

    @ Rian:
    Semangat! Insya Allah...

    BalasHapus
  13. @ Jeng Soesan:
    Uh,sakit banget. Sedih banget. Gw nangis terus stiap malam, tapi pura-pura senyum esok harinya. Tersiksa banget. Sakitnya masih terasa hingga sekarang, pdhl udah 6 tahun berlalu.

    yaelah, kita kok malah menyesal jadi orang baik..yah?? xixixi...

    Paku sekilo? Si kakek jualan paku ya Jeng?

    @ Bang Atta:
    Jeng Soes lagi kerja borongan bangun gedung di Malaysia, Bang..wkwkwk...

    @ IbuDini:
    hahaha...kadang-kadang pengen bikin perkedel manusia, Mul..hahaha..
    *jangan sampai*
    Kalo tentang cinglung, itu nggak perlu belajar, Mul. Kalo udah kepepet, jurus cinglungnya keluar automatically :D
    Soal setrika, hehe..kebayang TKI yang disetrika majikannya. Beugh..kejam banget tu orang ye?

    Emang Mul, ini hanya menyakiti diriku sendiri, tapi kok ya susaaaahhh gitu ngelupainnya yah?

    @ Lidya:
    salam kenal, Sist! Thanks udah mampir. :)

    @ Nia:
    Nah, itulah masalahnya. Bukannya ane nggak mau ngelupain, tapi merekanya yang nggak mau pergi dari hidupku. Teteeeeeppp aja nongol gentayangan dimari. Sebelnya disitu tuh! *ngeles again*

    Iya deh, ane akan berjuang keras menikmati hidup dengan dua orang kecintaan ane tuh.. Thanks ya Say.

    BalasHapus
  14. waah...ceritanya mengharukan mbak...
    bagusss...

    BalasHapus
  15. Ibarat permen, membanca tulisan ini seperti Nano-Nano, banyak rasanya. Ada lucunya, ada ngerinya dan juga ada harunya.

    Saya suka paragraf terakhirnya.

    BalasHapus
  16. @ wahyu:
    mengharukan? bukan mengerikan? :D

    @ Abi Sabila:
    Seperti kehidupan ya, Abi. Ada lucu, ada ngeri dan ada haru. :)

    Saya juga suka.

    BalasHapus
  17. Cinta lama yang terkenang kembali yaa . . . 1 windu pula, pasti berat yaahhh

    tapi kan sekarang sudah menemukan cinta sejati yang lebih baik dan penyabar ^_^
    pilihan terakhir tentu jatuh kepada yang terbaik kan?

    BalasHapus
  18. Menyakitkan tentunya, tapi masa lalu memang harus dibuang jauh-jauh dan dijadikan pembelajaran agar kehidupan masa depan kita jauh lebih baik lagi. Tapi, dari semua yagn diceritakan, asli, sosok itu kepengen tertawa membaca kalimat "Mungkin ada baiknya gw undang dia untuk ngobrol-ngobrol di kafe sampai tengah malam. Lalu gw bubuhi racun dalam minumnya hingga dia tewas dengan mulut berbusa." Duh, dendamnya kayaknya luar biasa banget! ^_^

    BalasHapus
  19. @ Tutorial SEO:
    Of course! Yang terakhir itu pastilah dipilih dengan campur tangan Tuhan. Tentu dialah yang terbaik. :)

    @ Bang Aswi:
    hehehe..jadi ikut tertawa. Kesannya begitu ya, Bang? Nggak lah... Nggak sampai ngeracunlah, paling nabok ajah..! (tapi berkali-kali) :D

    BalasHapus
  20. Oot..., carito cintonyo
    keren.

    Wak nio lgsung nikah lo,
    tp alun juo sirobok lai.

    Ado tipsny ni, utk maajak nak gadih nikah ??
    n.n

    BalasHapus
  21. @ Edo:
    hhahahaa..ndak tau do. Mungkin tanyo samo pria-pria yang pengalamanlah... :D

    BalasHapus
  22. wah curcol ya mbak..pasti rasanya sakit banget ya waktu itu..tapi biarlah mbak..seiring waktu yang berlalu, lupakanlah dendam dan sakit hati mbak.
    Tuhan sudah menggantikannya dengan berkah yang jauuh lebih baik saat ini..
    salam kenal mb..

    BalasHapus
  23. nih aku berikan permen sabar

    >(sabar)<

    jadi harus bersabar yah mbak...

    BalasHapus
  24. @ Intan rawit:
    Salam kenal kembali

    @ Fadly:
    Insya Allah...

    BalasHapus
  25. Kunjungan pertama..
    Perkedel enak juga nich....apalagi perkedel kentang.

    Tuhan akan selalu menjaga tangan kak Wi yang lembut itu...dengan memberikan suami yang baik dan anak yang manis.

    BalasHapus
  26. @ Mulyani:
    hai..hai...ada temen baru nih...

    Amiinn.... Alhamdulillah, Mul..

    BalasHapus
  27. ceritanya asikk, kayak sinetron, hihihihihi, salam kenal ajah , semoga makin langgeng rumah tangganya ^_^

    BalasHapus
  28. @ Oen-Oen:
    Salam kenal kembali.

    BalasHapus
  29. asyik gue cakep..:P

    mbak aku terpana...cantik2 ternyata dirimu kejam jg yakkk..hehe..becanda embak...
    emang rasa dendam kalo dibiarkan bisa berbahaya ya,,,krn itu loss aja jauh lebih baik...^^
    kalo ktemu lg...tonjok aja tuh orang..hehe..ngggaakk..jangaaannn...senyum manis aja mbak,,,insya allah berpahala...^^

    BalasHapus
  30. @ puteriamirilis:
    hahaha, yang komen disini semua cakep :P

    hiks, yah..yah..yah...malah disuruh tonjok. Cakep-cakep dirimyu juga kejam, Say. Eh, aku emang slalu senyum manis kok sama dia. *tuink*

    Amiin..Insya Allah...

    BalasHapus

Yang cakep pasti komen, yang komen pasti cakep..

Tapi maaf ya, komentar nggak nyambung akan dihapus :)
Terima kasih...