Rabu, 18 Mei 2011

Emakku Kesurupan Jin Subuh

Tahukah dikau Teman? Aku punya rencana besar malam ini. Rencana ini akan ku jalankan esok hari. Benar, ini rencana besar, sangat besar.

Malam ini, saat gerimis membasahi tanah Pulau Bintan yang merah dan berdebu akibat kemarau dan udara panas tak terperi seminggu terakhir, aku terbaring disebelah si cantik Valeska. Memandangi bulu matanya yang panjang menawan, hidungnya yang mungil dan tinggi, bibirnya yang merah dan seksi, nafasnya yang wangi sewangi kasturi, aku merencanakan semua ini.

Sudah cukup aku bersabar.


Pagi hari, aku duduk manis dikantor, menyandarkan kepala dikursi tinggi berwarna biru. Menatap layar komputer yang sedang mempertontonkan schedule bulananku yang jauh dari menarik.

Aku menunggu seseorang.

Tak lama, berselang setengah jam, seseorang yang ku tunggu telah berdiri di bawah bingkai pintu ruanganku. Rambutnya pirang, kumisnya pirang, alisnya pirang, bola matanya pirang, bulu matanya pirang, bulu hidungnya pirang (aku yakin semua yang dimilikinya pirang, hanya saja dia tidak berani menunjukkan).

Dia tersenyum, lihat, giginya juga pirang tak beraturan.

"Hi, good morning..." dia melambaikan tangan, jari-jarinya yang sebesar pisang ambon memiliki kuku-kuku berwarna pirang. Benar, aku tidak bohong, ini sungguhan, Prend!

"Morning, Sir," aku memperbaiki dudukku, ku tegakkan punggungku. Inilah saatnya melancarkan rencana yang telah disusun matang semalaman tadi.

Dia melambai menyuruh aku mengikutinya
"Come to my room," dia tersenyum.

Aku tau yang dia mau. Aku melangkah pasti dibelakangnya. Tegap dan yakin dengan apa yang aku lakukan dan akan kulakukan.

"I bring something for you," dia mengeluarkan sebuah tas plastik, menyodorkan padaku. Aneka kue terbungkus aluminium foil berderet rapi.

"I'm sure, yang ini kamu blom pernah coba. Saaa..ngggaa....aat enak," dia berkata setengah berbisik untuk meyakinkan aku, bahwa kue itu luar biasa enaknya.

Aku merebut kantong plastik itu dengan kasar, kutatap matanya dengan tajam.

"You bawakan kami kue setiap datang kesini, seminggu sekali," aku berkata dingin, tak kalah dingin dengan udara malam di kutub utara (jangan pernah berani bertanya kapan aku bermalam disana)

"Yes, I like to do that," dia tersenyum, tidak menyadari seringai kejam dibibirku.

Aku membanting kantong plastik kue-kue itu, tak peduli meski (andai) kue-kue itu berharga ribuan dollar, tak peduli itu kue-kue dari luar negeri, tak peduli kalau manusia pirang ini adalah bos-ku sendiri. Aku muak!

"Kenapa? Kenapa kau kasih kue-kue ini pada kami? Untuk apa?"

Dia tersurut, kaget. Wajah pirangnya pias. Bola mata pirangnya menatapku, berputar-putar.

"Untuk sogokan?! Kau pikir kami mempan disogok dengan kue-kue sialan itu? Tahun ini kau dengan beraninya tidak menaikkan gaji kami, tapi kami diberi kerja yang lebih berat dari tahun lalu. Kau bebankan kerjaan orang-orang yang resign pada kami, tapi gaji mereka tak sedikitpun menetes untuk membasuh keringat kami. Kau pikir kau siapa berani-beraninya melakukan ini pada rakyat Indonesia?"

Aku tersedak, kagum dengan keberanianku sendiri dan senang melihat dia yang biasa memaki orang sekarang kena maki.

"Aku minta seorang asisten, kau bilang tak perlu. Kau bilang kerjaanku akan berkurang segera karena perusahaan akan tutup, tak banyak kerja lagi. Apa buktinya? Makin hari kerjaan makin membludak, yang resign tak ada pengganti. Aku menanggung derita ini berbulan-bulan. Tau apa kau?"

Tersedak lagi.

"Kau bilang perusahaan akan tutup Maret 2011, ternyata molor. Sampai sekarang nggak tutup juga. Aku tanya, kau bilang delay sampai Juni 2011. Kemarin malah kau bilang delay sampai bulan Agus 2011. Dan selama kemoloran itu, kerjaanku tak berkurang sedikitpun. Maksud kau apa? Kuminta adjustmen gaji, kau ajukan alasan yang sama; tak lama lagi perusahaan tutup. Kapan tutupnya? Kapaaaaann...? "

Aku menunjuk-nunjuk jidatnya, aku toyor kepalanya. Dia duduk berpeluh diatas kursinya, memandangku dengan tatapan antara marah dan ingin menangis. Aku tak peduli. Kutendang kursinya. Kukeluarkan jepitan bulu ketiak dari saku bajuku (sudah kupersiapkan sejak semalam), hasratku membara tak terkira untuk mencabuti satu-satu kumis pirangnya itu.

"Emang kau pikir aku mempan disogok pake kue? Aku bekerja bak romusha disini. Paham? Jangan sekali lagi kau berani menyodorkan kue-kue jahanam ini kedepanku lagi. Kau pikir disini nggak ada orang jualan kue macam begini? Sekali lagi kau berani, ku cabuti segala pirangmu itu. Camkan itu!"

Pintu digedor-gedor, ribut sekali. Aku tak peduli. Aku menatap si kumis pirang dengan pandangan tajam. Aku yakin, menteri tenaga kerja pasti tersenyum jika melihat keberanianku ini.

Pintu masih digedor-gedor, rame suara orang ribut diluar. Tubuhku limbung, seperti digoyang ngebor oleh Inul. Aku berpaling, seorang pria berdiri dibelakangku. Ganteng sekali, seperti pernah kukenal, tidak asing. Pria itu menatapku, menggoyang-goyang bahuku.

"Bangun, Ma. Udah siang nih... Nggak sholat subuh?" suara itu terdengar jauuuuhh...sekali.

Aku terlompat, pria ganteng itu tersenyum geli menatapku. Mirip sekali dengan....dengan... ah, dengan Yayangku.

Hah?!

Dan aku terduduk dikasur, dengan telunjuk masih terhunus. Keringat bercucuran, nafas ngos-ngosan.

Valeska memandangku dengan tatapan -emakku pasti kesurupan jin subuh-


Note:
Maap Prend, lagi mati gaya. :D
Nggak lucu yo babahno tah, sing penting apdet (ngopy paste dari Pakdhe-ku terkaseh :D )

31 komentar:

  1. @ Noeel Loebis:
    Nggak tau Noel, itu hasrat terpendamku terhadap si bos.. :D

    BalasHapus
  2. hahahaha mungkin waktu mau tidur ga baca bismillah kali

    BalasHapus
  3. Whuahaha...ayo mba Dew, realisasikan mimpimu ituh ke si bos piraaaaang *kompor meleduk dot com*

    BalasHapus
  4. hahahaha wacawwwww, mantep deh mba, lucu kog mba,,,,lebih mantep lagi kalo itu beneran ya mba...

    BalasHapus
  5. @ warsito:
    ditambah hasrat terpendam untuk mencabuti kumis si bos...hihihi...

    @ Orin:
    Wokkeehh.. Riiinnn! *mengumpulkan keberanian*
    Ntar kalo aku dipecat tanpa pesangon, tanggung jawab yooo... :D

    @ Nadia:
    Emang mantep banget kalo beneran. Dendam tujuh turunanku ini akan terbalas dengan sempurna. Namunn.... *lebay* aku akan kehilangan pesangonku jika melakukan itu, Nad.. hik..hik..

    BalasHapus
  6. aku bingung mba..




    bingung kudu ngguyu opo engga...






    :mrgreen:

    BalasHapus
  7. pingin lihat jadi ga ya kumisnya dicabut :-D

    BalasHapus
  8. hmm, sudah kutebak, :P but its cool. kata-katanya bagus mba.

    BalasHapus
  9. andai itu uni lalukan secara nyata, huaaaaaa uni bakal dipecat dunk n ga bakal dapet jatah reman dari ntu bos hihihihihihihi ^_^

    BalasHapus
  10. say...kalo ada orangnya..berani ngga begitu?? sama kayak diriku nechh......kerjaan orang2 yg resign di hibahkan ke aku...sementara gaji segitu2 aja......nama bosmu sama lagi...Mr. Thomas....

    gimana klo kita buat perencanaan yg matang spy gaji dinaikin heheheh.....

    BalasHapus
  11. Kalo sampe kebawa mimpi pastinya sudah sampe tenggorokan tu rencananya ya bu... cuman belon keluar lewat mulut... hehehhe......

    BalasHapus
  12. sampai terbawa mimpi juga....saking juengkelnya ya bu??.....hahahaha

    BalasHapus
  13. @ pai:
    Sama, aku juga bingung...

    @ lidya:
    Gak jadi, alot tenan...

    @ Rizaldy:
    Ah, dikau memang pandai memuji...

    @ Yhantee:
    Yang jelas, nggak bisa beliin Yanti sate padang nan uennakk tenan

    @ Rawin:
    Ntar, kalo pesangon udah keluar, beneran deh!

    @ Nia:
    Eitss... sapa bilang nggak berani. Dengan syarat pesangonku dibayar dimuka, full handred persen.

    Namanya Thomas si Kumis Pirang Lokek Kedekut. Sama ya?

    @ Blog Keluarga:
    Bener Mas. Udah nyampe tenggorokan, nunggu muncrat doang

    @ Nchie:
    Masuk kemana, Sist? :D

    @ Necky:
    Juenggkkeell buangget lo...

    BalasHapus
  14. dendam kesumat, sampe kebawa mimpi xixixi
    samperin aja
    soal pesangon yaaa jangan dipikirin xixixi *ngasut mode on*

    BalasHapus
  15. Artikel seperti ini sekali-kali perlu ditampilkan agar sebuah blog tak terkesan serus melulu.
    Kalau aku si pirang, gampang aja meruntuhkan kemarahammu nduk. Aku nyanyi aja
    " Cantiknya pacarku, maninya senyummu. Tak jemu-jemu aku memandangmuuuuuuuuuuuuuuu"

    Dijamin kue akan diambil sambil tersenyum.

    Salam sayank selalu

    BalasHapus
  16. ini masalah kantor yg kebawa mimpi ya???
    weees hajar aja tuh bule

    BalasHapus
  17. hihihi... di kira beneran, ternyata mimpi ya mba..

    BalasHapus
  18. kirain kesurupan beneran Mbak
    hahahhaa

    BalasHapus
  19. oke sekarang saya tunggu episode lanjutan, yakni saat mbak dewi fatma merealisasikan mimpinya :D

    BalasHapus
  20. Kalok berani beneran bilang gitu, tak naikin gajimu ampek 200% !

    (kata Dewi: halah siape elu mau naikin gaji gue hehehehe.... )

    BalasHapus
  21. Wadooh.. tinggal di gunvang-guncang aja atao di pencet-pencet bisa muncrat tu bu. (Emang sebungkus es???) Kunjungan malam...

    BalasHapus
  22. Ahhh! Padahal berharap ada kata-kata sakti di si serbabule itu. Tapi apa daya? Srooot, masih berlanjut lomba nyedot ... ^_^

    BalasHapus
  23. @ niQue:
    Doohh...sayang, Mbak. Pesangonnya cukup untuk ongkos mudik lebaran... :D

    @ Pakdhe:
    Emang nggak pernah ada seriusnya blog ini Pakdhe..hihi... si Dewi itu nggak bisa serius orangnya...

    Kalo dia nyanyi begitu Pakdhe, segera tak minta pesangon dan terbang ke Surabaya. Asssikk.. Kopdar ama Pakdhe, makan gurame bakar... Cihuii..!

    Salam sayank slalu dan selamanya Pakdhe.

    @ Bang Atta:
    Iya Bang. Saking keselnya ampe terbawa mimpi. Ntar kalo aku dihajar balik, Bang Atta mau bantu aku kan? Soalnya tangannya gede amit, kalo aku di sentil aja, pasti pingsan semalaman :(

    @ umiabie:
    hehe..daripada nggak apdet, Umi. Mimpipun di posting.. :D

    @ Elsa:
    Jangan sampai Jeng... Atut ketemu uwa jin... :D

    @ r10:
    kalau aku nggak berubah pikiran, ya :D, lagian si Thomas blom dateng lagi.. :D

    @ choco vanilla:
    Rencananya sih berani, Mbak... Baru rencana ini... :D :D

    @ Blog Keluarga:
    Apanya yang dipencet? :D

    @ Kamal Hayat:
    Nggak mempan...

    @ Bang Aswi:
    Loma masih berlanjut, Bang... :D Masih ikutan kan?

    BalasHapus
  24. Huehehe, kirain dirimyu sudah melakukan tindakan asusila terhadap si Bos Kopet ituh Mbakyu, tapi ternyata hanya mimpi. Pokonya ekye doain dikau naek gaji. jangan lupa 10 % nya setor kepada dirikyu yaaaa :-)

    BalasHapus
  25. Andai ini nyata....kirain nyata tadi kak Wi.

    BalasHapus
  26. ternyata cuma mimpi. tak kira beneran. tapi ceritanya bagus.

    BalasHapus
  27. @ Susan:
    Rencananya sih begitu Say... Tapi gw nggak sampai hati ngeliat tatapan memelasnya itu..hihihi...

    @ Mulyani:
    Ntar kalo pesangon udah dibayar, baru nyata deh, Mul...

    @ Andre:
    Maunya sih begitu, Mas. Cuma satu yang ku khawatirkan, pesangonku yang miliaran itu loh!
    Kan nggak lucu kalo hilang begitu saja. Ya toh?

    BalasHapus

Yang cakep pasti komen, yang komen pasti cakep..

Tapi maaf ya, komentar nggak nyambung akan dihapus :)
Terima kasih...