My Boss & Upilawati

*Sebuah cerita nggak penting dari seorang karyawan galau :D *

Dia tinggal di sebuah lorong gelap penuh bulu. Entah sejak kapan dia masuk ke situ. Jarang-jarang dia mau keluar kalo nggak dikeluarin. Tapi ada kalanya dia mengintip sedikit di muka lorong pada saat yang tidak pernah tepat. Selain di lorong gelap itu, dia juga sering terlihat berderet tak beraturan di bawah meja, di pinggiran lemari, dan di sekitar kaca rias. Anda tau siapa dia? Dialah yang kupanggil 'upilawati' :D .

Suatu hari yang mendung di kantor yang sibuk dan berdebu karena banyak barang pindahan yang belum diatur letaknya dan telah menumpuk hingga beberapa hari ditempat yang sama untuk tempat singgah para debu, aku berkutat menyelesaikan beberapa urgent things untuk ditandatangani boss yang datang sekali dua minggu. Kadang kalau kita lagi perlu malah nggak datang sama sekali.

Begitu selelsai, aku bergegas keluar ruangan hendak menuju ruangan boss yang terletak disebelah kanan ruanganku. Ternyata banyak yang ngantri, bo'. Aku harus menunggu giliran.

Setengah jam kemudian aku masuk ke ruangannya. Si bos tengan melotot ke layar laptop sambil garuk-garuk pinggiran lobang hidungnya. 

"Met siang, Pak"

"Ya sit down, Dewi," katanya sambil mendengus-dengus kayak banteng yang lagi marah karena dipipisin penunggangnya.

Aku duduk di depannya. Menatap jari-jarinya yang sebesar pisang ambon membongkar dan membolak-balik berkas-berkas yang kusodorin tadi sambil tetap sesekali memencet hidung, menggaruk dan mendengus. Sepertinya ada yang nggak beres dengan hidung si bos. 

Dia mulai menandatangani cek. Pada cek yang ke-3, terjadilah hal yang kutakutkan sejak semula. Sebutir upilawati kering meluncur dengan derasnya dari lubang hidung si bos dan mendarat dengan anggun tepat di atas cek yang akan ditandatanganinya tepat di depan kedua bola mataku yang melotot tak percaya *mimpi apa gw semalam, kurang malang apalagi gw inih*. Alah mak jaaaaaannngg...!! Aku terpekik kaget, geli dan jijai.

Si boss buru-buru memetik upilawati dari cek, aku melihat dengan sudut mata, upilawati tadi dipelintir-pelintir dengan ibu jari dan jari telunjuk raksasanya itu. Aku menunduk. Pura-pura menghitung sesuatu dengan kalkulator. Sesungguhnya aku nggak tega menyaksikan pemandangan keji dan menjijaikan itu. Kenapa coba si upilawati nggak dibuang langsung ke tong sampah? Ada yang tau alasannya? 

Aku mengangkat wajah ketika dia menanyakan sesuatu, sebelum menjawab, mataku dengan bandelnya melihat gerakan tangan yang mengantarkan upilawati malang tadi parkir ke bawah meja. Lalu si bos menggosokkan telunjuknya ke celana. Celana dia sendiri. *bukan celana gw ye!!*

Aku kembali membuang muka. Zizai banget liatnya. Sesak tenggorokan gw karena nggak tahan pengen ngata-ngatain si bos dan menabok hidungnya yang masih mendengus-dengus itu.

minjem

Pelajaran moral dari karyawan stress untuk para bos yang punya banyak stok upilawati:

Wahai Sodara-sodara, buanglah upilawati Anda pada saat berada di kamar mandi. Saat mandi dan berwudhu, saat itulah yang paling tepat bagi Anda untuk mengenyahkan upilawati yang nongkrong di lobang hidung Anda. Jangan lakukan di depan orang apalagi di depan seorang karyawan yang bener-bener tengah teraniaya seperti gw (eh, tapi kan dia bukan muslim, kenapa gw suruh wudhu? Dasar stress...)

Udah ah, sekian dulu ya.... See yaa!