Cerita pulang kampungnya nanti aja, ya.. Aku lagi terangsang berat untuk berkisah tentang ini. Inilah kisah Kampung Vietnam, bagian I.
Tahukah engkau kawan, dimana Kampung Vietnam? Kampung ini berada di pulau Galang di bagian selatan pulau Batam dengan jarak lebih kurang sekitar 50 km dari pusat Kota Batam dan mesti menyeberangi lautan di atas 5 jembatan Barelang.
Tahun 1979, ribuan pengungsi Vietnam yang melarikan diri dari perang, terapung-apung di laut cina selatan selama berbulan-bulan hingga dikenal sebagai manusia sampan. 7 tahun lamanya UNHCR mengumpulkan para pengungsi yang tersebar di berbagai kepulauan Riau seperti: pulau Natuna, Terempa, pulau Anambas dan sekitarnya menjadi satu di pulau Galang.
Kampung Vietnam ini disebut juga Kem Pengungsi Galang. Dahulu tertutup interaksinya dengan penduduk setempat. Hal itu untuk memudahkan pengawasan dan menghindari penularan penyakit Vietnam Rose yang dibawa pengungsi.
Sekitar 250.000 pengungsi tinggal di lahan seluar 80 hektar ini hingga tahun 1996. Sebagian dari mereka kemudian dipulangkan ke Vietnam dan sebagian lagi mendapat suaka dari negara2 yang mau menerima mereka dengan segala kekurangan dan kelebihan mereka. Halah!
Tempat ini kemudian ditutup oleh PBB secara resmi pada tahun 1997. Pada tahun 2000, kem ini berganti nama menjadi Wisata Sejarah Galang Batam.
Yuk kita tengok bukti-bukti sejarah yang sempat diabadikan oleh kamera saya yang tak sebegitu canggih itu.
Peta Kampung Vietnam |
Pertama kali, kami, keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera ini mengunjungi kuil Quan Nam Tu diatas sebuah bukit, kami masuk ke pekarangan kuil tapi hanya berfoto di depan gerbang. Katanya di dalam nggk boleh foto. Kami orang yang taat peraturan. Lihatlah kami yang berbahagia:
Sepertinya yang bahagia cuma yang baju hitam, yang baju merah senyum terpaksa :( |
Penampakan kuil dari jalan raya di bawahnya.. |
Gerbang kuil pada jaman dahulu.. |
Lalu, kita akan melewati Patung Taman Humanity atau Patung Kemanusiaan. Konon, patung ini adalah sosok seorang wanita bernama Tinhn Han Loai yang diperkosa oleh sesama pengungsi. Akhirnya beliau bunuh diri karena malu. Untuk mengenang Ibu Tinhn, dibuatlah patung ini:
Rest in peace, Ibu Tinhn.. |
Pastinya masih banyak kejahatan yang dilakukan oleh para pengungsi selain memperkosa. Jadi disini, selain kantor polisi, juga ada penjara dan (seharusnya) pengadilan ya...? Tapi kami hanya jumpa sebuah gedung yang dahulunya adalah kantor polisi... Bekas gedung penjara dan pengadilan nggak ketemu.... Mungkinkah kami melewatkannya?
Kalo nggk salah ini dulu kantor polisi |
Trus dibawah ini adalah bekas Rumah sakit.....
Rumah Sakit nya lumayan gede lho... |
Selain itu, ada tempat-tempat ibadah, museum, bekas barak pengungsi, bekas kantor UNHCR, dan lain-lain...
Bagiku, yang paling memilukan adalah saat melihat bangkai perahu yang mereka gunakan untuk menyelamatkan diri dari kecamuk perang di negeri mereka. Perahunya kecil saja. Satu perahu bisa dimuat untuk 40 - 100 pengungsi. Ku bayangkan mereka berdesak-desakan di dalam perahu, terombang-ambing di lautan lepas selama berbulan-bulan. Lapar dan sakit.
Kalau aku, pasti sudah masuk angin deh...
Okeh, nanti kita sambung lagi kisah Kampung Vietnam ini dengan penampakan foto bangkai perahu sang manusia sampan. Masih banyak foto-foto yang harus ditampilkan, masih banyak kisah yang harus dituturkan.
Jadi,
Bersambung ke postingan selanjutnya.........
melihat sisa2nya aja masih miris ya Wi....
BalasHapusnggak kebayang juga di perahu seperti apa..., aku pasti udah jejeritan ketakutan deh
Sama, Mbak.. Saya naik kapal gede aja takut apalagi naik perahu. Soalnya kebayang-bayang film Titanic mulu.. :D
HapusIni pas pas Kak Dewi berkunjung kebetulan sepi ya, Kak :) , kok sepi banget :)
BalasHapusMeskipun ditempat ini (Wisata Sejarah Galang Batam) gak boleh berfoto yang namanya blogger tetep bisa eksis untuk narsis, hehehe
Iya, udah agak sepi.. Kami datangnya kesorean. Lagipula area nya luas, Sof. Hanya ada beberapa titik yang rame pengunjung. Kami kan menjelajahi semua area, sampe nyasar ke jalan buntu yang cuman ada monyet. Sampe ketakutan sendiri...hahaha...
Hapussepi tapi bagiku rame. kan aq gak pernah kesanah heheh..
BalasHapussepi dalam keramaian..halah! :D
HapusSampe ketakutan sendiri...hahaha...kalau sering kesendirian
BalasHapusKeren euy, penjelasan pake bahasa yang sederhana, tp enak dibaca...
BalasHapusWah tempatnya lumayan bersih menurut saya mbak, dan masih rapi..
BalasHapusKok saya baru tau ya mbak ada kampung namanya sekeren itu. Hehehehe.
Terimakasih sharenya mbak. Menambah wawasan saya tentang daerah di indonesia nih mbak.
Keren ya? *bingung*
HapusPasti Mas Nady nggak baca, kan?
ooh ada kampung vietnam di batam ya mbak. horor gak mbak? hehehe
BalasHapusAda beberapa tempat yang horor..hihi..
HapusKayak aku nyasar ke jalan buntu itu..hiiyyy...! Tempatnya remang-remang (karena banyak pohon besar-besar) dan horor...
Tempatnya bersih tuh Mbak Dew, beda di tempat saya Banten penuh dengan sampah dan polotik yang kotor...!
BalasHapussalam sukses selalu...
iya, lumayan bersih... :)
HapusBilangin orang Banten, jangan buang sampah sembarangan... ;)
Saya tau Pulau Galang dari novel Biola Maryanah-nya Andrea Hirata. Saya nggak ngira Pulau Galang ini pernah dijadikan kampung untuk orang Vietnam.
BalasHapusKok mereka bisa bikin bangunan-bangunan untuk kehidupan bermasyarakat seperti kantor polisi, rumah sakit, dan lain-lain? Lha mereka ambil bahan-bahan material dari mana? Berarti selama mengungsi ke Galang, mereka pernah berdagang dengan orang luar dong?
Nggak, Jeng... Mereka terisolasi dari luar. Bangunan2 itu disediakan/dibangun oleh PBB (UNHCR) dan pemerintah RI
HapusSaya ke batam beberapa kali, baru tau ada kampung vietnam
BalasHapusDari Batam cukup jauh, sih... Sekitar 50km :)
Hapusmbak Dewi.. apa kabar..?
BalasHapuswah menarik sekali sejarahnya Kampung Vietnam..
ditunggu gambar2 sampannya yah...
jaman dulu orang hidup bisa survive dgn segala kondisi yang sepertinya mustahil ya.. subhanallah
Alhamdulillah baik, Mbak Thia.. Semoga Mbak Thia dan keluarga juga baik dan sehat.. :)
HapusIya... untunglah kita hidup nggak di jaman perang ya...
masih banyak kisah yang harus dituturkan.
BalasHapusKasihan mereka ya. Negerinya kacau sehingga terpaksa harus meninggalkan tanahairya..Makanya kita jangan ribut saja biar nggak ribet.
BalasHapusSalam sayang selalu dari Surabaya
Bener Pakdhe, kalo ribut terus, kayak nggak bersyukur gitu ya Pakdhe.. :)
HapusSalam sayang juga dari Batam
Ketika berkunjung ke Batam pertengahan tahun lalu, kawan-kawan satu tim kepengen berkunjung ke Kampung Vietnam ini. Tapi, setelah memperhitungkan jarak dan waktu yang dimiliki, akhirnya kami putuskan untuk tidak jadi berangkat. Semoga suatu saat bisa kesampaian.. :)
BalasHapusMudah2an, Da..
HapusKami bersedia jadi guide :D
Udara segar, pamandangan indah penuh sejarah lagi...
BalasHapusBTW ada Si Rambo gk mba dewi hehehehe :)
Ditunggu artikel updatan artikelnya mba
Rambo udh pensiun... Udah jadi manula sih...
HapusSampai 96 masih ada 250 ribu orang Vietnam, sekarang gimana Mbak? Udah ga ada samsek gitu yang di situ?
BalasHapusNggak ada lagi dong, honey...
HapusJawabannya ada di alinea ke 5 dan 6 :)
Indah sekali ya Mba Dewi..
BalasHapusKalo nanti aku ke batam mau ke sana juga ah, ato ngga.. ntar kalo mba Dewi pulang kampung lagi, kabarin aku ya.. mau sekalian nyempil ikutan :D
penasaran sama foto perahunya neh...
BalasHapuspemandangan nya indah sekali, jadi penasaran pngen kestu tapi belum ada waktu ni, kra2 kapan ya ke situ.
BalasHapusindah sekali pemandangan nya ,pengen deh kesana :)
BalasHapusbener2 bersejarah banget ni tempat hehe
BalasHapusga ke bayang kapal sekecil itu pengungsinya banyak, mmmm jadi miris aku dengernya juga :-(
BalasHapuspemandangan indah cucaca sejuk, dan banyak sejarah nya,
BalasHapusistimewaaa :)
indah juga tapi kayanya sepi deh, tempat nya
BalasHapuskayanya serem itu perahunya berrr
BalasHapusbagus banget kak...
BalasHapusMantap cerita kisahnya......lanjut,, jangan lupa kumba...kunjungan balek
BalasHapus