Gigi

Kalo udah diserang, matanya liar penuh amarah menatap setiap orang yang mendekat. Bola matanya yang besar itu melotot seakan mau keluar dari rongganya. Mulutnya yang biasa cerewet stadium 4, langsung tak bersuara. Tapi sekali bersuara, melengking tinggi, tajam menusuk hati.

Kalau sudah begitu, diam saja. Tak usah banyak komentar, tak usah banyak tanya. Kalau tidak mau terluka, just keep quiet! Nanti jika keadaan sudah aman terkendali, mata bulatnya sudah kembali redup, mulutnya sudah tak lagi mengatup, rahanya sudah tak lagi berdenyut, itu tandanya kau sudah bisa mengajaknya bicara. Meski nadanya masih 7 oktaf, tapi tidak lagi terlalu melukai hati.

Percayalah, aku sudah berpengalaman mengendalikan makhluk ini.

Diah namanya. :) Manis orangnya, masih single (kalo ada yang berminat). Kami senasib seperjuangan dikantor ini semenjak 3 tahun lalu. Dulu dia mengurus Costing bersama Atuk Dalang dan Emak-emak dari S'pore. Atuk Dalang keluar, Costing diurus oleh si Emak-emak. Lagipula sejak setahun lalu dia pindah (diperbantukan) ke divisi-ku; mengurus Oversea AP. Tapi semenjak Tri (my former assitant) resign dan Chencen berubah status jadi pekerja part time, maka Diah resmi menjadi tempat sasaran kemarahanku jikalau salah bikin jurnal (and I'm very happy to do that..hahahaha..) Untunglah dia selalu menerima dengan ikhlas kejudesanku dalam hal ini, meski terkadang ngeyel juga. Itu sudah bakat dia dari lahir yang tak mampu kuubah :D



Dewi, Diah dan Chencen

Sekarang, menurut buku data karyawan, finance tinggal bertiga: Diah, Chenchen (part time) dan aku. Segalanya dikerjakan bersama. Sampai buang sampah pun bersama, shalat bersama, nggosip bersama, ke toilet bersama. Tapi kalau urusan makanan, itu jatah Chencen. Dia kan masuknya siang doang, so sudah semestinya dia menyenangkan hati kami dengan aneka cemilan itu. Iya toh? (sebenarnya ini nggak ada hubungannya dengan apa yang ingin kusampaikan padamu, Teman, jadi lewatin aja yah? :D )

Nah, point nya adalah, kalo si Diah yang biasa ku panggil Upin itu (karena badannya kecil dan mukanya imut) diserang sakit gigi, keadaan malah jadi berbalik. Biasanya aku yang marahin, sekarang dia yang marahin aku. Meski agak segan berkata lantang padaku (karena aku sesepuh kantor, dia takut bakal dikutuk jadi ciduk  kalo berani macem-macem sama gw :) ), aku tau dia kesel kalo diajak bicara sama aku..hahaha... Emang enak sakit gigi! Jadi sekarang, begitulah rumusnya. Kalau sudah ada penampakan wajah seperti diawal postinganku tadi, maka diam saja.

Jadi semalam, aku nonton tipi masalah sakit gigi ini. Ternyata si Diah itu kalah sama buaya, Sodara-sodara. Pan sudah pada tau, buaya selalu makan daging tanpa dimasak terlebih dahulu, sudah kebayang kan betapa banyak kuman, virus dan bakteri yang di telan oleh buaya? (nggak usah dibahas, nggak penting) Buaya juga nggak pernah nyikat gigi make odol (lewatin aja bagian ini, lebih nggak penting). Namun, biarpun begitu, si buaya nggak pernah loh sakit gigi! Kalo nggak percaya, tanya aja Mas Alamendah, beliau ahli urusan beginian.

Kemarin pagi si Diah ngasih tau gigi bolongnya udah dicabut, aku pengen tertawa dan menceritakan padanya mengenai kisah buaya ini. Memberitahu dia dengan suka cita bahwa dia telah dikalahkan oleh sang buaya dalam urusan gigi geligi. Tapi aku tak tega membayangkan betapa malunya dia nanti jika ketemu dengan si lelaki buaya itu. Lebih baik ku posting aja di blog, biar dia baca sendiri :D

Buaya tidak pernah ompong, jika giginya tanggal/patah karena berkelahi, maka si gigi akan segera tumbuh kembali dengan cepat. Sebab kalo buaya ompong, dia nggak akan bisa bertahan hidup karena nggak bisa memangsa makanan. Jadi Tuhan mengijinkan giginya tumbuh (lagi) dengan cepat (alangkah adil dan penyayangnya Engkau)

Setelah makan, buaya tinggal mangap selebar-lebarnya dipinggir sungai. Maka berdatanganlah burung-burung yang telah menanti rejeki dari tadi, bersiap mematuki sisa makanan di sela-sela gigi buaya. Buaya bebas dari sakit gigi, gigi bolong, gigi rapuh, berkat si burung. Dan sebaliknya, burung kenyang dengan makan jigong buaya.

Sempurna!! *Demian mode on*

Tau kuda nil? Sama. Aku juga tau dari buku, tipi dan internet. Belom pernah kopdar juga ma die. Tau siapa pembersih gigi kuda nil? Dialah A'a Zebra yang berkolaborasi dengan sekeluarga burung juga. Dan kuda nil pasrah aja mulutnya di rogol rogoh oleh zebra. Yang penting nggak sakit gigi kayak Diah si Upin!

Gambar; archieve.kaskus



Udang? Temans suka makan udang? Sama, aku juga. Tapi taukah teman kalo udang suka makan jigong belut laut? Si udang masuk ke congor si belut dan membersihkan segala sisa-sisa makanan di gigi dan seluruh mulut belut. Tapi kadang belut tidak tau membalas budi, setelah giginya bersih, udangpun ditelan. Jikapun selamat dari belut laut, udang masuk ke mulut manusia. Naas banget nasibmu, Udang...hiks...

Sekarang Diah sudah tau, kenapa buaya, kuda nil dan belut tidak pernah mau diajak ke dokter gigi. Wong giginya sehat kok! Pelajaran moralnya: kalo Temans pengen giginya sehat dan nggak pernah ompong, berbaringlah disamping buaya kekenyangan dipinggir sungai, buka mulut lebar-lebar dan biarkan jigong-mu di patuki burung :D

Kalo ada jarum yang patah,

jangan simpan didalem peti  (apalagi disaku celana)

kalo ada info yang salah

mohon berkenan mengoreksi *plaaak.. (Gaphe mode.on)

Have a nice day, Prend..! :D

Salam Sayank!