Jumat, 29 Juli 2011

Sebuah pengakuan dosa untuk Mama

Gambar
Tak kan ku tanya padamu tentang perjuangan yang harus engkau lalui agar diriku terhadir kedunia ini. Aku mengerti telah kau pertaruhkan nyawamu untuk itu, hingga aku bisa menghirup udara yang sama denganmu, bertatap mata dengan mesra dan merasakan hangat pelukanmu.

Lalu, dengan tanganmu yang lembut kau bersihkan segala kotoran yang melekat ditubuhku. Tidak pernah wajahmu terlihat jijik dengan semua itu. Segala yang ada padamu kau berikan untukku. Kau relakan semuanya hingga ke air susumu yang terus menerus ku sedot hingga perlahan mengikis indahmu yang dulu.

Apalagi perjuanganmu membesarkan aku dalam kepahitan hidup yang setia mengikutimu. Aku yang penyakitan dan harus selalu kontrol ke dokter sejak aku berusia 6 bulan. Engkau menggendongku sepanjang hari, sejak engkau terbangun hingga tidur lagi, karena tidak tega meninggalkan aku sendiri yang terbaring dengan mata terpejam tanpa engkau tau aku ini tengah hidup atau telah mati. Jika tetap dalam gendonganmu, engkau dapat merasakan detak jantungku, hingga bisa membuatmu sedikit lebih tenang.

Lalu sekali seminggu engkau akan menggendongku ke kota kecamatan yang berjarak 12km, mencari dokter terdekat untuk mengobatiku. Saat itu belum banyak angkutan umum melintasi desa kita. Maka entah panas entah hujan, engkau tempuh jalan panjang itu dengan berjalan kaki sambil tetap membisikkan sejuta doa untuk kesembuhanku.

Hingga, berkat kasih sayangmu, Tuhan akhirnya memberi kesembuhan untukku, hingga aku bisa beraktifitas seperti anak-anak lain. Namun perhatian dan kasihmu tidak luntur tergerus waktu. Saat itu hidupmu sungguh telah berlumur madu, rejekimu yang terus membaik hingga engkau bisa membawaku kontrol teratur ke dokter terbaik di kota kita.

Lalu, bertahun kemudian petaka itu datang lagi. Entah apa yang terjadi, yang kutau wajahmu mulai terlihat susah, senyummu mulai terlihat gundah. Aku tau engkau dalam kesulitan, Mama. Rejekimu mulai tersendat lagi. Aku ingat malam itu, engkau dan papa memanggil kami kelima anak-anakmu. Kami duduk tertunduk dimeja makan. Sungguh kami merasakan kepedihan kalian. Lalu kudengar engkau berkata dengan suara berat tersendat:

"Nak, mama pinjam dulu perhiasan kalian, ya. Nanti mama belikan lagi kalau udah ada rejeki," kulihat engkau menelan ludah dengan susah payah.
Lalu kami, 3 kakak perempuanku dan aku serentak membuka semua perhiasan kami dalam diam. Adik lelakiku satu-satunya hanya memandang tidak mengerti. Dan Kau menatap dengan mata tertutup kabut kesedihan yang baru kini ku mengerti, papa menunduk pura-pura membaca buku. Saat itu aku baru duduk di kelas 5 SD. Dan hingga aku dan kakak-kakak menikah, kami tidak pernah bisa kau belikan secuil perhiasanpun lagi, karena nasib tidak pernah berpihak padamu lagi.

Tapi, Ma. Kami sungguh tidak menuntut itu. Kami sangat mengerti derita yang kau alami. Kami jadi saksi perjuanganmu menghidupi kami. Kami melihat engkau bercucur peluh demi sesuap nasi untuk kami.

Aku masih ingat ketika itu, hari dimana aku tidak melihat wajahmu sejak aku terbangun dari tidur. Lalu bersama kakak aku mencarimu ke seantero rumah kita yang besar. Tapi engkau tidak ada dimana-mana. Kami lihat dapur kosong tak ada sesiapa dan tak ada apa-apa. Dan kami lapar. Tiba-tiba papa memberitahu bahwa engkau sedang ke pasar kecil yang tidak jauh dari rumah.

Aku dan kakak lalu menyusulmu kesana. Aku sempat gusar karena engkau tak kunjung pulang. Lagi beli apa sih, sampe selama ini? Aku dan kakak menggerutu sepanjang jalan. Dipasar kulihat engkau sedang duduk didekat seorang penjual gorengan. Aku dan kakak sangat kesal, bukankah papa sedang menunggu dibuatkan sarapan? Kenapa mama malah duduk-duduk disini?

"Mama ngapain sih, kok malah duduk disini? Kan papa belum makan?"

Takkan kulupakan tatapanmu, mama. Betapa wajahmu terkejut dengan nada suara anak-anakmu yang tidak tau diuntung ini.

"Mama kan jual kue ini, biar bisa beli beras untuk kalian makan," lirih suaramu. Tiba-tiba laparku hilang mendengar itu. Tak kurasakan kakiku berpijak ke bumi. Aku merasa bersalah karena telah melontarkan kata-kata itu. Aku merasa bersalah hingga hari ini. Mama, maafkanlah aku...

Setelah semua yang kau lakukan untukku, aku malah menggerutu dibelakangmu yang tengah mengais rejeki untukku. Ribuan bajuku yang telah engkau cuci dan setrika, mungkin berton-ton sayur dan nasi yang telah engkau masakkan sejak aku balita, bergalon air susu engkau sediakan untuk kebaikan kami, jutaan langkah yang telah engkau buat demi menjemput rejeki untuk kami, oh, mama...tak sanggup aku menghitung lagi. Betapa banyak engkau memberi tanpa berharap menerima.

Kini, bila kutatap rambutmu yang separo sudah memutih, wajah cantikmu yang telah diukir kerutan, tanganmu yang semakin kurus dimakan usia, selalu terucap dalam hatiku ini: Terima kasih, Mama, aku sangat sayang padamu. Sangggaaaatt...sayang padamu...

Note:
Selamat ulang tahun, buat Mamaku tercinta. Semoga engkau di karuniai umur panjang yang berkah, rejeki berlimpah, bahagia dunia akhirat, dan semoga kelak seluruh pintu sorga terbuka lebar untukmu hingga engkau bisa masuk dari pintu manapun yang kau mau. Amin ya Rab!

40 komentar:

  1. sedikit terharu dengan membaca moment diatas, perjuangan ibu memang tidak akan pernah terbalaskan, walau nyawa anaknya mesti terbuang sekalipun.

    salam damai dan haru :b mba 8|

    BalasHapus
  2. Selama hari Milad Buat mamanya ya mbak...

    BalasHapus
  3. terharu bacanya mbak... selamat ulang tahun untuk mamanya ya mbak, semoga selalu dalam lindungan Nya.. Amiin..

    Btw, salam kenal ya mbak...

    BalasHapus
  4. happy milad buat mamanya ya mbak. perjuangan seorang mama untuk anak-anaknya

    BalasHapus
  5. berkaca-kaca saya membacanya bu...
    begitulah perjuangan seorang ibu untuk anak-anaknya,, sekarang tinggal kitanya saja yang mengertiin mereka.

    selamat milad buat mama-nya, semoga Allah selalu memberkahi... aamiin

    BalasHapus
  6. sampe ngalir air mata aku ini bacanya,,..

    BalasHapus
  7. Mengharukan sekali ya Mbak...
    pasti Mamanya akan trenyuh membaca tulisan ini...
    semoga Allah memberkahi Mama selalu ^_^

    BalasHapus
  8. @ aryadevi:
    Haru juga mbaca komenmu, Pak Guru...hiks..

    Tengkyu..

    @ Blog Keluarga:
    Makasih, mbak. Akan saya sampaikan pada beliau :)

    @ Indri:
    Salam kenal, Indri.
    Amiiin.. Terima kasih, akan saya sampaikan pada beliau :)

    @ Lidya:
    Terima kasih, Jeng, akan saya sampaikan pada beliau :)

    @ mabruri:
    Amiin..ya Rob!
    Terima kasih, Mab. Kan kusampaikan pada beliau.

    @ cikal ananda:
    Terima kasih sudah dibaca, maaf kalo bikin meneteskan airmata

    @ Lyliana Thia:
    Amiiinnn...
    Saya juga pengen mama tau rasa bersalah saya, kalo ngomong langsung, saya rikuh. Mending beliau baca tulisan saya ini :) Semoga saya dimaafkan.

    Makasih Mba Dokter :)

    BalasHapus
  9. gak nahan bacanya..terasa banget..mamaaa...

    BalasHapus
  10. Membacanya dengan serius isinya,,memang sebuah pengakuan rasa besalah kepada orang tua terutama Ibunda,,terharu membacanya Kak,,

    Semoga Ibu selalu diberi kesehatan dan barokah umur..selamat ulang tahun Ibu (Kak Dewi)

    BalasHapus
  11. jujur, aku sampe nangis bacanya, nyentuh bgt, aku jg pernah bgtu :(

    BalasHapus
  12. Ah Ibu,
    Kau selalu saja tau segala apa yang aku "coba" sembunyikan darimu,
    Hanya dengan mendengar suaraku, Kau sudah bisa mendengar apa yang tak ku ucapkan..
    Tidak ada yang lebih mengerti aku, selain Kau, Ibu..
    KAROMAH IBU ^_^

    barakalloh fi 'umrik untuk usia mamanya uni^^ ^___^

    BalasHapus
  13. Perjuangan ibu memang tak bertepi sampai ajal menemui. Salut buat semua ibu yang berjuang tanpa pamrih.

    BalasHapus
  14. huhuhuuuu...aku terharu, kangen sama emak dan inget sama perjuangannya

    BalasHapus
  15. di dalam "kanak-kanak" tak terbesit sedikitpun kesedihan dan pemahaman, sehingga sulit menerima keadaan yang tak diharapkan, kelak ketika dewasa, mereka baru menyadarinya, dan bisa memahaminya tentang "kenapa dan mengapa"

    BalasHapus
  16. kalo lagi pusing urus anak yang bandel
    baru nyadar kalo kita suka nyusahin ortu...

    BalasHapus
  17. sangat menyentuh hati,salam love,peace and gaul.

    BalasHapus
  18. bacanya jadi ikut merinding dan mengingatkan saya sama ibu saya.. dulu pas lahiran, udah muncul kepalanya sebelum masuk rumah sakit.. untungnya cepet, karena badan saya kecil dulu lairnya.

    aiih jadi kangen sama bunda dirumah.. apalagi mau puasa kayak gini.. T_T

    BalasHapus
  19. subhanallah,..tak bisa membayangkan bagaimana jika 20th lg nasibku ...ketika ke2 buah hatiku besar dan mulai mengingatku dg cr spt ini,..
    makasih atas postingannya mbak,..:)

    BalasHapus
  20. met ulang tahun buat mamahnya :)
    selamat menjalankan ibadah puasa :)
    semoga amal ibadah kita diterima di sisi-Nya, amien :)

    BalasHapus
  21. pinjam tisu dong..mau nangis nih

    BalasHapus
  22. kasih ibu sepanjang masa

    mohon maaf lahir bathin ya... mba Dewi
    semoga amal ibadah kita semua diterima Allah SWT

    semoga ketemu lagi dengan Ramadhan tahun depan

    BalasHapus
  23. @ I-one:
    Hmm..serasa berdosa ya..

    @ Nuellubis:
    Makasih, Nuel..

    @ Sofyan:
    Amin ya Robb.
    Makasih, Sof! :)

    @ Jin Kinjeng:
    Udah minta maaf kan, Jin?

    @ Yanthee:
    Amiin...
    Makasih, Yan...

    @ Alris:
    Bener, Ibu kita tidak pernah mengharap pamrih atas segala cinta yang dia curahkan :)

    @ Oen-oen:
    Thanks, Oen...

    @ Desri:
    Ayuh, telpon beliau...

    @ Pakdhe Sulas:
    Bener banget, Pakdhe. Dulu suka seenaknya minta apa-apa sama ortu, udah dewasa gini barulah nyadar, betapa mereka selalu berusaha keras memenuhi segala keinginan kita. Kadang kalau mereka nggak mampu, kita malah kesel sama mereka. Naudzubillah...

    BalasHapus
  24. @ Rawins:
    Dari wajahmu kliatan kok Win, kalo dulu dirimu bandel :D
    Makanya kalo Citra bandel, langsung ingat masa lalu ya? :D

    @ saryadinilan:
    Salam kembali :D

    @ Gaphe:
    Sekarang juga kliatan masih kecil kok, Phe :D
    Ayooo udah telpon Bunda belom?

    @ hilsya:
    Sono gih, peluk mamih...

    @ Kenia:
    Sama-sama, Mba..

    @ Belajar photoshop:
    Makasih banyak...

    @ anak nelayan:
    nih... *nyodorin tissue*

    @ Attayaya:
    Sama-sama Bang Atta, mohon maaf lahir batin..

    Amiiinn..amiinn...

    BalasHapus
  25. Amin ya robbal'alamiin... doa terbaik untuk mama yg sedang milad Mba Dew :)

    BalasHapus
  26. Jeeeenggg, teganya engkau membuatku berkaca-kaca di saat perutku sedang lapar pulak hiks...hiks...

    Semoga kau juga meneladani Mamamu yaa. Selamat ultah untuk Mama, semogar diberi kesehatan dan umur panjang..... :mj

    BalasHapus
  27. ikut urun doa utk Mama tercinta yg sedang berulang tahun, Fatma
    Semoga Mama selalu dlm kasih sayang Allah swt ,aamiin

    (hatiku jd ikut terharu biru membaca tulisan ini :cry:)
    salam

    BalasHapus
  28. met ultah untuk mamanya ya..saya terharu membacanya..

    BalasHapus
  29. dalam agamaku,,disebut mama 3 kali baru papa 1 kali...artinya mama adalah yang sebenarnya patut disembah setelah Tuhan...

    Mam akan berkorban apa sj untuk anak2nya walaupun tertatih asalkan anaknya bs senang...

    nice share

    BalasHapus
  30. Salam Persahabatan
    Berkunjung mo baca-baca artikelnya
    salam kenal n sekalian izin follow

    Selamat Menjalankan Ibadah Puasa
    Maaf Lahir Bbatin

    BalasHapus
  31. Happy Birthday....

    masih memiliku Ibu adalah anugerah terbesar hidup ini yaaa

    BalasHapus
  32. semoga Ibunya panjang umurrr
    amiiiin

    BalasHapus
  33. met bwt mamnya mbak, postingan yang indah. makasih ya dah sharing, daleem bgt maknanya.

    BalasHapus
  34. salam hormatku untuk semua ibu dimanapun mereka berada. Tak ada airmata dan darah yang terbuang percuma...

    http://tipsbisnisuang.wordpress.com/buku-saya/rahasia-surat-hati/

    BalasHapus
  35. Salam kenal selamat malam saya kok jadi suka ya baca artikel di blog ini.....

    BalasHapus

Yang cakep pasti komen, yang komen pasti cakep..

Tapi maaf ya, komentar nggak nyambung akan dihapus :)
Terima kasih...