Kisah Ramadhan# 1 - Ketika Aku Masih Unyu

*ini hanya postingan iseng dalam rangka menghapus kerinduan akan kampung halaman *

Rumah masa kecilku berlantai dua, terletak di pinggir jalan raya yang menghubungkan dua kota kabupaten. Di seberang jalan tepat di depan rumah ada sebuah gang menuju mesjid *aku rasa itulah mesjid raya desaku*. Mesjid itu hanya sekitar 100 meteran dari mulut gang. Di depan mesjid ada sebuah gedung sekolah. Di sana dulu emak dan bapakku belajar membaca i - n - i  b - u - d - i, mengetahui bahwa 1 + 1 = 2 juga mengenal bahwa kakak Budi adalah Wati serta adiknya bernama Iwan  *keluarga yang hebat*

Seperti yang sudah pernah kuceritakan dalam postingan Rumah Putih [bukan] White House yang legendaris itu, di lantai satu orang tuaku membuka warung, untuk ukuran desa warung ortu lumayan besar. Mereka juga grosir untuk warung-warung kecil di pelosok dusun2 sekitar. Jaman itu, rumah kami adalah pusat keramaian karena dekat dengan sekolah dan mesjid. Semua orang dari berbagai pelosok desa berbelanja di warung ortu karena transportasi ke kota masih agak jarang ketika itu.

Pada hari Senin dan Kamis, di pinggir jalan hingga ke halaman ruko jadi halte musiman. Para petani dari dusun-dusun yang ingin menjual hasil kebun mereka akan menunggu angkutan desa di situ. Angkutan desa kami sejatinya adalah sebuah mobil bak terbuka seperti toyota hiace yang belakangnya dipasangi kursi panjang berhadap-hadapan dan diberi atap dari terpal yang tebal. Di tengah2 diantara 2 kursi panjang itulah para petani meletakkan barang-barang yang mau dibawa ke pasar. Mungkin pisang, kentang, tomat, cabe, ayam, cengkeh, kulit kayu manis dan gula tebu...

Kira-kira begini nih penampakannya..
Gambar dari sini dan sini

Jika malam ramadhan, area sekitar rumah lebih rame lagi. Di pinggir jalan raya, di sepanjang gang mesjid, di halaman rumahku dan di emperan sekolah rame anak-anak berjualan kembang api dan berbagai mainan. Orang-orang dewasa berjualan buah-buahan dan aneka makanan. Rumah kami terang oleh listrik dari jenset karena PLN belum masuk desa ketika itu. Ayahku yang pencinta musik senantiasa menyetel lagu2 qasidah dan tak ketinggalan pastinya lagu Rhoma Irama, sang idola. Tapi kalau giliran kakakku yang jaga warung, kaset Rhoma Irama diganti dengan Tommy J Pissa atau Dian Pisesa sambil ngecengin cowok-cowok yang nongkrong di depan rumah . Maklum, waktu itu ayahku nan ganteng punya 2 anak ABG; yaitu kakak pertama dan keduaku, fyi aku anak gadis ke 4, waktu itu masih unyu banget dan blom tau kalau jatuh cinta itu serasa memiliki seluruh dunia 

Jaman itu, ramadhan di desa sangat meriah, halaman ruko akan sepi menjelang tengah malam. Orang-orang dari dusun2 yang jauh berjalan kaki pulang ke rumah masing-masing dengan membawa obor atau senter di tangan. Tapi di mesjid tetap ada orang-orang yang bergantian melantunkan qalam illahi hingga subuh tiba...*aku rindu semua itu*

Pada pertengahan ramadhan, rumahku akan ramai didatangi saudara-saudara sepupu yang ingin bersama bikin kue-kue kering untuk lebaran. Biasanya kakak2 dan mama berbagi tugas untuk itu. Seminggu terakhir ramadhan, mama akan sibuk memasak rendang. Sementara itu aku dan adik lelakiku yang masih unyu dan blom puasa hanya duduk mengawasi gerak-gerik kakak yang sibuk dengan kuenya, begitu dia lengah sedikit segenggam kue sudah berpindah ke perut kami... atau kami masuk kamar mama bolak-balik mencoba baju dan sepatu lebaran yang udah dibeli mama jauh sebelum ramadhan datang. *aku ingat, ketika kecil aku suka sekali dengan aroma baju baru yang khas...*

Itu sungguh masa-masa yang indah untuk dikenang............ Ya Tuhan, aku rindu semuanya 

bersambung.............