Rabu, 25 Juli 2012

Sebelum Cerita SMA

*ini postingan pembuka kisah2 jaman SMA, dimana aku masih lugu, lucu, cupu dan unyu alias lulupunyu tersenyum lebar*

Sebelum menjadi anak SMA, aku sempat duduk dulu di bangku SMP *ini penting untuk diberitahukan, karna banyak yang nyangka kalo begitu lahir aku langsung nemplok di bangku SMA tersenyum lebar*. Kelas I SMP aku kos, kelas II SMP juga kos, kelas III SMP aku harus tinggal bersama kakak demi menghemat pengeluaran, secara kehidupan perekonomian orang tua perlahan-lahan mulai melorot ke titik enol bagaikan kolor nggak ada karetnya, turun cepat dalam waktu relatif singkat *bukan pengalaman*


Kakakku ini lebih judes dan lebih galak 1000% dibanding mama. Mama kalo marah, nggak pernah ngomong kasar, ngak pernah mukul, paling kelihatan aja dari wajahnya kalo lagi tak sedap hati. Kalo kakak sulungku ini marah, ngeri! Dia hafal segala nama2 binatang. Wajah marahnya mengingatkan aku pada film G30S/PKI yang dulu wajib ditonton anak SD setahun sekali. Bengis! 

So, suatu hari dia menyuruhku belanja ke pasar. Dia membekaliku dengan sebuah daftar belanjaan yang mesti kubeli dan kubawa pulang tanpa cacat dan cela. Di situ tertulis:

- bugil alias bumbu giling berguling di lantai
- jahe
- lengkuas
- kunyit
- ikan teri

dan lain -lain (itu saja yang ku ingat karena petaka ku berawal dari ke-4 benda ajaib itu).

Sesungguhnya, *dan ini rahasia kita* aku tak tau membedakan antara jahe dan lengkuas *klo kunyit pastilah yang warnanya kunyingtersenyum lebar* Tambah kacaunya, aku juga tak tau bentuk dan rupa ikan teri. Tapi aku sangat takut untuk bertanya pada kakak yang seringkali mendadak beringas jika diberi pertanyaan penting begituputus asa

Baydewei, ini ada tips membedakan lengkuas dan jahe dari Bang Pendi si temanku yang jahil
"Mba Dewi liat aja jempol kakinya, klo ada yang mirip sama jempol itu...nah itu lengkuas!"

Mengingat betapa imutnya jempolku, maka ku anggap tips itu sebagai usaha merusak nama baik sang jempol. Perlu di sok masi dia itu.

Lanjooott..!

Jadi sambil berdoa semoga ditengah jalan aku ditetesi ilmu sakti dari Tuhan hingga aku mendadak tau mana jahe, mana lengkuas dan mana teri dan atau semoga aku berjumpa dengan pedagang ikan teri baik hati yang lapaknya berdekatan dengan penjual bumbu yang sudi memberitahuku yang mana jahe dan lengkuas. Amiin..., aku melangkah ke pasar dengan pakaian kebesaran jaman SMP: celana training dan kaos oblong. Kakiku gemetar, peluhku bercucuran *hiperbolis sangadh*

Aku berkeliling di Pasar Bawah Bukittinggi di area para penjual ikan asin. Tapi tidak ada seorang pedagang ikan asinpun yang posisi lapaknya berdekatan dengan penjual bumbu2. Karena disana para pedagang di bagi atas blok-blok berdasarkan jenis dagangannya.

Lalu, beberapa detik kemudian tiba-tiba mataku tertumbuk pada sebuah kepala dengan rambut dua warna; silver dan hitam kepirang-pirangan, tersembul diantara tumpukan ikan asin yang menggunung. Aku berjalan mendekat, beliau ternyata seorang bapak-bapak berwajah tidak penuh kasih. Melihat aku kebingungan, si bapak bertanya dengan suara tidak ramah, tidak kasar tapi cukup bikin deg-deg an..

"Beli apa?"
"Ikan teri, Pak..." sambil clingukan.

Si bapak melempar piring timbangan padaku agar segera kuisi dengan ikan teri. Aku kebingungan.

"Jadi beli gak?"
"ehhh..i..i..iii..kan teri yang mana, ya Pak?" -- muka pias, badan dingin, mendadak pengen buang angin segede puting beliung.

"Lah kau mau yang mana? Tiga kotak didepan kau tu ikan teri semua. Tinggal pilih mau yang mana."
"Harganya sama ya, Pak?"

"Ya lain-lainlah harganya. Kan jenisnya juga beda. Kalau sama kenapa juga aku pisahin tempatnya. Kau ini..." 

Aku mengkerut. Bapak ini tak kalah juteknya dengan kakakku. Aku rasa mereka berasal dari spesies yang sama..ketakutan

"Bapak aja deh yang pilihin," aku nekad.
"HhhLhoooo...Kau lah yang pilih.. Kau mau yang mana?" bapak itu habis kesabaran. Aku hampir menangis saking malu dan gugup. Akhirnya kucomot sekawanan ikan teri yang menurutku paling keren diantara yang lain.

Setelah itu aku pergi ke blok penjual sayur dan bumbu, mencari-cari penampakan jahe dan lengkuas. Penderitaan ini memang pedih, Jendral! *uppss...! bukan Jendral A Cholik lho yaa... ssstt..!*

Seorang ibu-ibu pedagang bumbu memandangku ketika melangkah di depannya, aku merasa ibu itu berharap agar aku belanja ditempatnya. Demi tidak mengecewakan beliau, aku mendekat.

"Ibuk, mau beli jahe, lengkuas dan kunyit," kataku sambil nyengir, berharap dibantu seikhlasnya.


Tanpa bicara si ibu memberikan kantong kresek kecil padaku. Aku kembali dilanda bingung. Keringat sebesar biji jagung menetes di ketek dan dahi *hiperbolis again*

"Yy...yanngg..mana, Buk?"
"Apanya?!" suara si Ibu terasa menggelegar di telingaku. Aku terperanjat. Betul-betul merasa berada dibawah tekanan. Entah siapa yang menekan.

"Jjj..jahe..."
"Lah...yang kau pegang itu jahe!"
"Ohh..!!" aku memandang benda yang kugenggam dengan perasaan aneh, betapa benda berwujud seperti ini sanggup menghancurkan reputasiku sebagai ABG unyu. Menyebalkan!

"kk...kalau ll..leng..kuas...., buk?"
"Sebelahnya kan lengkuas, sebelahnya lagi kunyit. Kau tak tau? Kau kelas berapa?"
"Kelas 3, Buk," -- tersipu.
"Masak kelas 3 tak tau lengkuas? Nggak pernah bantu ibumu masak ya?"

Aku ingin bercerita bahwa aku anak perempuan bungsu dan di rumah aku punya 3 orang kakak perempuan yang selalu siap siaga dalam urusan masak-memasak, tugasku hanya duduk menunggu di meja makan bersama ayah dan adik lelakiku sambil mendengarkan siaran BBC London, tapi rasa tertekanku menghilangkan keinginan untuk menjelaskan cerita yang bernilai sejarah tinggi itu. Apalagi ibu-ibu pedagang menatapku dengan pandangan simpati. Anak yang malang, dibentak-bentak gara-gara nggak tau lengkuas. 


Aku berlalu sambil menundukkan kepala, merasa bersalah karena sudah mendatangi pedagang yang salah *pilu*.  Sayup kudengar kata-kata syahdu ibu-ibu itu: 

"Itulah anak-anak sekarang.. taunya cuma maiiiiiinn... aja..."
"Udah SMP, jahe aja nggak tau..." 
"Nggak kayak kita dulu, SD udah pinter masak rendang..."
"Iya.. anak-anak sekarang sungguh T E R L A L U..."

Semoga nasib sialku ini tidak menimpa anak-anak SMP yang lain mengerlingkan mata Mari kita pelajari bumbu-bumbu dapur dan penggunaannya dengan semangat 45! Banyak untungnya gak da ruginya. Percaya sama guweh!

Merdeka!!

57 komentar:

  1. kalau sekarang sudah tau dong mbak mana jahe, mana lengkuas ? :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. udah dooonngg... Mosok udah tuek gini masih nggak tau, malu sama Valeska..hihii..

      Hapus
  2. haha... Merdeka juga! lengkuas memang aneh koq. jarang bisa dirasakan, jarang pula bisa dilihat. kalo nggak tau ember baru kebangetann.. hihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. apalagi kalo nggak tau yang mana nasi yang mana beras..hihi

      Hapus
  3. iya bener mbak , saya juga gatau gimana ngebedain benda2 itu hhe .
    maklum ga pernah bantuin my grandma masak sih ...

    BalasHapus
  4. hahahahhahaha...... aku sedih sambil tertawa ngakak membaca ulasan kisahmu mba Dew.... hahahhaa..... kacian deh dirimu... kok sial bener yaaa? hihi

    btw, dari SMP sudah kost? kereeen !!!

    pasti dirimu punya segudang lagi kisah mengharu biru dan bikin ngakak bareng nih mba, aku tunggu yaaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, SMP kost karena milih sekolah yang jauh dari rumah *padahal yang dekat ada tuhhh*

      Pas SMA malah tinggal ma ortu lagi. Makin tuek makin manja ya..

      Baiklah, tunggu tanggal mainnya :D

      Hapus
  5. hehehee lebih parah adikku...udah kuliah aja gak tau mana jahe, mana kunyit, mana lengkuas, mana kemiri...mana merica/lada...

    BalasHapus
    Balasan
    1. naaahhh.. kalo lada dan merica aku juga butuh berfikir keras untuk membedakannya :D

      Salam kenal buat adik Jeunk Elsa! :D

      Hapus
    2. Lah... lada dan merica bukannya sama Mbak???

      yang mirip sama lada/merica tuh ketumbar ya???
      bener apa salah sih?

      Hapus
    3. hahaha.. salah tulis, Say.. Kamsudnya merica dan ketumbar.. :P hihihi...

      Hapus
  6. Astagaaaaa...
    kejam sekali sih mereka semua yang di pasar ituh!!
    *kakak mu mah nggak lho yah*

    Emang kenapa kalo gak tahu beda nya jahe ama lengkuas?
    Emang dosa terus masuk neraka jahanam getoh?
    Emang bisa berdarah masuk rumah sakit getoh??

    Tenang Dew!!
    Tenang...aku mendukungmu!!!
    *sebenernya modus sih...hihihi...eykeh juga gak tahu lah, dan sampe sekarang baik baik ajah...hidup warung masakan dan bumbu jadi!!!*...hihihi...

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha... untung ada yang jual bumbu jadi ya..hahaha
      *seneng dapet temen*

      Hapus
  7. Balasan
    1. moderasi, Bi.. Kemarin ada puluhan komen spam, terpaksa mengandalkan momod

      Hapus
  8. itu ibaratnya nyuruh laki laki kepasar coba deh pasti mengalami masalah yang sama.... mana jahe, mana lengkuas... mana kunyit... hehehehehehe

    beli ikan asin juga ga tahu yang mana... ada yang jambal ada apa lagi... jadi ingat pengalaman dulu belanja di pasar hiks....

    BalasHapus
    Balasan
    1. jadi aku sama dengan laki-laki getooh..?? plis dehh..

      Hapus
  9. sampai sekarang pun sy masih tertukar kalau menidentifikasi (ciee) lengkuas, kunyit....

    BalasHapus
    Balasan
    1. gampang cikgu kalo untuk kunyit mah aku mengingat warna kuning. Kunyit = kunying.
      Alhamdulillah sejak itu aku nggak pernah salah lagi :D *sungguh membanggakan*

      Hapus
  10. mbak dewi itu kaki apah lengkuas?? wakakakk :p

    Beneran itu kakaknya hafal semua jenis binatang, keren dung besok bikkin kamus binantang :D wkakakakk #piss

    BalasHapus
    Balasan
    1. jempol kaki yang menyerupai lengkuas, sayang..

      Bener. Niar mau ngetes kemampuan dia? Ntar ku kasih nomer hp dia deh..hihi..

      Hapus
  11. Aku sampai sekarang gak tau mana lengkuas, kunci, jahe, lalalaa :-"

    BalasHapus
    Balasan
    1. berarti aku lebih juara dibanding una :D

      #eh... kunci? Apaan tuuuhhh??? yang mana??*

      Hapus
  12. kadang saya aja yg orang kampung, yg disekitaran rumahnya ditanamin berbagai macam bumbu masak. suka lupa membedakan mana jahe, mana lengkuas, man kunyit...padahal dulu kalo ikutan pramuka sewaktu SD sering di uji berbagai tanaman dan bumbu masak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. wajarlah... cowok ini... Cowok nggak tau lengkuas masih ditoleransi sama ibu2 pedagang bumbu :D

      *psstt.. poto nya unyu banget sih? :D*

      Hapus
  13. semoga saja insiden Lengkuas itu tak terjadi sama Valeska..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amiinn..

      Kayaknya dia bakal hobi masak, Uncle. Soalnya doyan maen di dapur, pura-pura lagi masak, pura-pura lagi motong sayuran, pura-pura lagi ngiris bawang & tomat.

      Tapi sayur, tomat dan bawangnya nggak pura-pura. Kmrn tomat stok terakhir dicincang dia sampe halus..hiks..hiks..

      Hapus
    2. biar saja teh.. biarkan keponakanku yang imut itu berkreasi.. kalau bisa stok sayur mulai sekarang digandakan, jika perlu beli sekalian sama tukang sayurnya hahahaha

      wis ah,, aku kalau ke blog ini selalu wis ngakak dewe hahaha

      Hapus
  14. si kakak bringas kayak bundo juga ya wi..
    tapi memang dirimu itu keterlaluan mosok jahe dan lengkuas aja gak bisa mbedain. ANAK SMA MACAM APA KAU INI ..!!! #dengan suara menggelegar macam ibuk warung itu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hwaaaa.. kena marah Bundo... Ammmppuunn..! Tolong kutuak denai jadi urang kayo, Bund... :D

      Hapus
  15. jhiahhha,a,a..kasiannya,,,gak kebayang buang angin sebesar puting beliung kalau keluar bisa2 pasar amburadul mbak,,tuh dua pedagang galak amat yah,,hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. paling cuma bikin pasar pindah ke alam lain :D

      Hapus
  16. dan sudah pasti kalau sebelum SMP itu pasti SD dulu kan. Kecuali sebelum SD itu belum tentu harus TK karena ada juga yang gak TK, seperti sosok itu ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. nah, betul itu Bang.. :D

      Aku aja DO dari TK, Bang... :D

      Hapus
  17. komennya ilang -_-

    BalasHapus
  18. Saya baca sambil lap keringat sebesar biji jagung nih Kak hehehe

    Hehehe,,kalau di terawang dari jauh nih, Kak Dewi ini termasuk salah satu orang lugu yang dikelilingi oleh makhluk beraura api ,, hahaha # asli ngarang # masak meski ketemu sama orang jahe sih ups jahat sih hehehe

    Ceritanya apikk Kak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. untung terawangnya dari jauh, kalo dari dekat jerawat segede gabanku pasti kliatan.. :D

      Hapus
  19. Ada banyak blogger yang menulis pengalaman waktu SMA hari ini. Hmmm pada janjian kali ya hehehhee

    BalasHapus
    Balasan
    1. Biasa, Pak.. Bernostalgia.. Itu masa-masa terindah soalnya :)

      Hapus
  20. hihihihih senyum2 sendiri pas baca "milih ikan teri yg paling keren" hihihihi yg paling kerennya yg gmn mba?

    BalasHapus
    Balasan
    1. yang mirip penyanyi K-Pop lah pastinya... :D
      Tapi ini teri udah keren tanpa oplas......

      Hapus
  21. hahahaha...maabh mba Dew, diriku tertawa di atas penderitaanmu *ikutan hiperbol*. Tapi kenangan yg seperti ini memang tak terlupakan ya mba :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sungguh tak terlupakan, Rin. Menderita banget soalnya menerima tatapan jengkel dari ibu-ibu pasar :D

      Hapus
  22. masa SMA yang traumatis, huahahha :D

    BalasHapus
  23. Masa SMP yang traumatis, huahahah :D
    tapi di SMA pasti bahagia kan :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. bahagia opo, Rian.. Wong dikasih jajan cuma 300 perak sama BoNyok..hiks..

      Hapus
  24. Ternyata sebelum SMA itu SMP dulu ya hahahahaha...
    Kalau secara urut abjad, mustinya SMA dulu baru SMP

    BalasHapus
    Balasan
    1. makanya sekarang diganti SMU, Pak. Mungkin pemerintah merasa bersalah menyalahi aturan abjad.. :D

      Hapus
  25. Istri gw aja waktu awal married ga belum bisa membedakan bumbu dapur. Jadi waktu mau masak, nunggu gw pulang kuliah terus kita bareng2 belanja deh.....Sekarang??? dia malah buka catering ....

    BalasHapus
    Balasan
    1. lho..lho...lho... Mba Desi punya istri???

      *menatap gambar dgn seksama, apa aku salah liat? Itu gambar cewek tho? Namanya juga nama cewek tho? Kok punya istri?*

      Hapus
  26. Wkwkwkwkwkw....

    Psst, jangan bilang-bilang ya Jeng, sampai sekaranga aku tak bisa membedakan jahe dan kencur. Ssstttt, rahasiya lho yaaaa.....

    BalasHapus
    Balasan
    1. *eee..aku kok baru mbaca komenmu ini setelah 2thn lebih to Mbak...*

      Hahaha...ternyata ada yang lebih parah... Jangan coba2 nanya ke ibu-ibu pedagang di pasar ya, Mbak.. Bisa dikeroyok sampeyan..hahaha..
      Siipp... Ini hanya kita berdua kok yang tau.. :D

      Hapus

Yang cakep pasti komen, yang komen pasti cakep..

Tapi maaf ya, komentar nggak nyambung akan dihapus :)
Terima kasih...