Rabu, 21 November 2012

Obat Mujarab

Pagi ini mama memintaku mengantar beliau ke puskesmas dekat rumah. Cuma 10 menit jalan kaki, 3 menit naik motor dan 1 detik kalo diantar Superman.

Baiklah, kupikir nggak akan lama. Dekat gini, kok. Paling aku telat setengah jam ke kantor. Masih bisa di tolerir lah, toh Pak Bos yang giginya kuning dan doyan ngupil itu lagi di kampung halamannya di S'pore sana. Telat 1 jam juga nggak masalah.


Tepat jam 8 kami berangkat. Semua pintu dikunci, coz Valeska tercinta masih mbangkong di tempat tidur bertemankan boneka panda, kelinci dan kura-kura. Sekejap kemudian ferari cikupi ku sudah berdiri nyaman di tempat parkir puskesmas. Mama masuk dan melangkah ke sebuah ruangan kecil bermerk: PENDAFTARAN segede bagong.

Clingak-clinguk, gak ada orang. Berdiri menunggu sekian menit, tetap nggak ada orang. Mulai berdoa supaya ada orang, tapi setengah jam nongkrong di situ tetap nggak ada orang. Punggung mulai keringatan, ketek mulai kebasahan, darah mulai merayap cepat ke ubun-ubun. Para calon pasien yang udah ramai mulai ngomel dengan bahasa kampung masing-masing.

Aku berdiri, ingak-inguk ke kanan ke kiri, terpandanglah sebuah pengumuman di bawah tulisan PENDAFTARAN itu, kira-kira berbunyi seperti ini *lupa moto nya* :



Nah, mamaku sudah mengambil nomor antrian. Dapat nomor 08. Tapi nggak tau sampai kapan harus menunggu dipanggil sama petugas pendaftaran yang mungkin saat ini baru bangun tidur, mungkin blom mandi, mungkin juga lagi masak, mungkin lagi belanja dipasar, mungkin lagi pedikur medikur. Sementara di sini, seorang ibu muda yang sepertinya sangat sakit, sudah nyaris pingsan. Suaminya ngomel sambil mondar-mandir:

"Ini jam berapa mau datang? Yang kerja disini kan digaji? Kenapa jam segini belum datang?"

Nggak tau siapa yang ditanya, pada siapa dia bertanya dan siapa yang dia tanyakan? Karna tak seorangpun menjawab, semua sibuk dengan omelannya masing-masing, dengan penyakitnya masing-masing, dengan kedongkolan masing-masing. Akhirnya si suami memutuskan keluar, mungkin dia ingin mengajukan pertanyaan yang sama pada rumput yang bergoyang itik.

Aku gelisah. Hampir jam 9 sudah. Aku bukannya takut terlambat. Aku takut Valeska keburu bangun lalu histeris begitu tau dia hanya ditinggal dengan 3 boneka cemas

Mama menggamitku, wajahnya kuyu.

"Pulanglah, nanti Vales bangun."

Aku memandangnya ragu-ragu. Bagaimana kalau mama kutinggal sendiri di sini? Bagaimana kalau dia pingsan sementara di sini hanya ada seorang petugas kebersihan dan beberapa orang yang juga sama sakit dengan mama.

"Mama nggak apa ditinggal?"
"Nggak apa-apa, tinggal duduk aja kok disini"

Akhirnya kutinggalkan mama yang pasrah dengan nasibnya di puskesmas setelah terlebih dahulu kuwanti-wanti: "telpon aku kalo mama pingsan, telpon aku kalo mama pingsan". Tak sempat kupikirkan bagaimana cara mama menelpon saat sedang pingsan. Terserahlah, yang penting pokoknya aku ditelpon. wajah tanpa emosi

Kukebut cikupi pulang ke rumah. Vales belum bangun, dia masih tidur dengan khusu' nya.

Aku pergi ke dapur dan sarapan. Selesai sarapan mencuci piring, setelah itu menyapu rumah. Lalu kubangunkan Valeska dan memandikannya. Lalu membuatkannya susu hangat. Sejauh itu belum ada telpon dari mama. Entah bagaimana nasib mama di puskesmas; masih menunggu dokter kah? sudah pingsan kah? atau sedang diperiksa dokter kah? Tak jelas.

Lalu, perutku mendadak mules. Aku kekamar mandi dan menyelesaikan hajat. Tak lama, hp ku berbunyi nyaring. Bergegas aku keluar meski make celana belum benar tersenyum lebar

Mama minta dijemput.

Sampai di rumah mama ngomel-ngomel. Mungkin karena di puskesmas tadi nggak kebagian jatah ngomel, maka mama melampiaskannya di rumah. mengerlingkan mata

"Dokternya malas." itu kalimat pembukanya. 
"Kenapa?" itu pancingan dariku.
"Maunya duduk aja. Nggak mau berdiri. Mama juga diperiksa sambil tetap duduk dikursinya. Perut mama cuma diraba-raba sedikit, trus bilang: gejala maag, Bu. Apa itu, taunya cuma sakit maaaaaaaaahh... aja. Wong cuma dipengang dikit, langsung bilang maaaahhh...maaaahhhh..*dengan mulut mangap lebar* Mbokya kayak dokter di Bukittinggi itu, lho. Pasien disuruh tiduran, lalu dokternya berdiri, periksa dulu pake stetoskop, lalu perut diperiksa, lalu ditanya-tanya:'disini sakit? Apa yang ibu rasakan? Apa keluhannya? Tidur ibu nyenyak?' Dokter di Bukittinggi itu ramah-ramah, sabar dengerin keluhan kita. Ini apa, baru mama bilang: 'tadi pagi saya pusing, hampir pingsan, Dok' Dia diam aja. Mentang-mentang kerja nggak kerja dapat gaji, malas deh. Coba disini ada yang kayak Jokowi - Ahok itu. Sidak deh tu puskesmas. Pegawainya datang jam 9 lewat semua, pelayanan nggak memuaskan. Pecat aja orang kayak begitu marah," begitulah garis besar keluhan mama.

Mama membuka obat-obatnya. Memandangnya dengan masygul: "Obatnya ini iniiiii...aja terus"
"Namanya juga puskesmas, Ma. Di Bukittinggi kan mama berobat ke rumah sakit swasta, wajar mereka melayani kita dengan baik. Ini kan puskesmas."

"Alah, pernah juga kok mama berobat di puskesmas di Bukittinggi. Tetap baik kok dokternya. Mama diperiksa dengan baik dan ramah. Di sini apa!"

Aku menarik nafas *baru nyadar, ternyata gw masih bernafas* wajah tanpa emosi
"Iya sih, ma. Nanti, kalau aku sudah nggak kerja, mama pulang aja ke Bukittinggi. Di sana emang lebih enak. Apa-apa lebih mantab," aku tersenyum sedih. Merasa bersalah karena mama di sini demi menjaga anakku. Padahal mama mungkin nggak betah.

"Iya, nanti kalau kamu berhenti kerja, mama pulang ke sana aja," mama berkata lirih.

Aku tersenyum mengangguk. Kasihan melihat mama. Sabar ya, ma. Kita doakan aja, semoga para dokter itu sadar, bahwa bukan hanya obat yang dibutuhkan pasien untuk sembuh. Empati dari mereka, pelayanan yang baik, senyum yang diobral kanan kiri, sabar mendengarkan keluhan pasien, adalah obat yang tak kalah mujarab dengan obat yang kita bayar ke mereka senang







89 komentar:

  1. hmmmm, di tmptku jga ada ko mba, petugas puskesmas yang kerjaannya leyeh", plus d tambah bonus jutek. . .

    padahal kan, kalau orang sakit ga cuma badannya aja yg ngerasaian :( bener itu. . .semoga mamah mbak cepet sembuh ya :*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Udah gitu, tau antriannya banyak, malah ngobrol sama temennya. Begitu sadar diliatin calon pasien, sok senyum nanya: "Mbak mau berobat ya?"
      *Enggaaaakkkk..! Mau fashion show dimariiihhh...!*

      Itu pengalaman temanku :D

      Amiinn.. Makasih Dek Pipit :D

      Hapus
    2. Wkwkwkwkwkwk, setreeees tu petugas. . .ga dijawab aja, "menurut looooooo????

      hihihhi,

      Hapus
  2. IIHH dokterya minta di pites kok yaa mbak, udah tau dokter melayani pasien sakit eeh malah nambah penyakit nya dengan ngomel2 kan yaa :D

    Smoga mama nya cepet sembuh, vales udah banget belum mbak :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. plus nunggu sampe kliyengan......


      Amiiin.. Makasih, Gingsul.. :D

      psst.."Udah banget" maksudnya opo tho, dek?

      Hapus
  3. Hmm..kok gitu sih pelayanannya, apa dokternya hanya 1 Kak, huh Kak # sambil mengepal tangan pegel sama petugas kayak gitu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Banyak dokternya, Sof. Tapi datangnya siang semua...

      Hapus
  4. kok puskesmas banyak yang begitu ya... klo di tempatku malahan petugasnya banyak yg ngobrol, melayani pasien aja sambil tetep ngobrol dan ngunyah makanan...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama sms-an, Say... Kita nggak dianggap deh.. :(

      Hapus
  5. wkwk, serba salah juga ya mbak, mungkin lain kali ditanya dulu mbak, gajinya telat berapa bulan dok??

    soalnya setahu saya, seringkali terjadi gaji telat di puskesmas, sehingga mereka pun malas bekerja

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gitu ya? Duh, tapi mengabaikan orang sakit kan nggak manusiawi juga, Boll. Mereka kan udah disumpah..

      Hapus
  6. wah wah untung tidak ketemu sama pak Jokowi ya mbak :-) bisa kena nasehat tuh dari Beliau .. semoga lekas sembuh buat Mamanya. aamiin.
    ,salam kenal mampir ke blog saya juga yuk Mbak..:-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama Ahok pasti langsung disembur sebelum dipecat.

      Salam kenal, insya allah nanti mampir :)

      Hapus
  7. yaaa begitulah dokter
    banyak yang sudah kehilangan hati dan empati buat pasien
    apalagi dokter yang laris manis, ratusan pasien antri menunggu
    pasti memeriksanya juga ala kadarnya, gak serius...

    BalasHapus
    Balasan
    1. pegang-pegang dikit, langsung nulis resep...

      Hapus
  8. Semoga neneknya Kak Vales cepet sembuh yaa...

    BalasHapus
  9. HHmmm ...
    meradang juga awak membaca kelakuan seperti ini ...
    bukan sok disiplin atau sok suci ...

    namun saya rasa ... sudah sepatutnya lah ... kalau semua orang itu bekerja sesuai dengan fungsi dan tugasnya ... dengan penuh tanggung jawab

    salam saya Wi ...
    Semoga mama lekas sembuh ya ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. dan satu lagi ...
      biasanya kalo ada kunjungan dari "pusat" ...
      mereka ini nunduknya paling dalem ...
      dan menyambutnya juga di saf paling depan nih ...

      qiqiqi

      (masih meradang)

      Hapus
    2. Rasa tanggung jawab itu yang kurang dimarih, Om. Makanya orang perbatasan kayak kami disini lebih senang berobat keluar. Biar agak mahal, tapi hati puas.

      Hahaha.. saf depan kan pahalanya banyak, Om..xixixixi..

      Hapus
  10. Heeeee jadi ingat masa lalu..saat itu saya sakit dan ada senyum di perawatnya...jadian dech heeee

    BalasHapus
    Balasan
    1. Senangnyaaa... Pasti waktu itu Bli Budi nggak pengen cepat sembuh.. :D

      Hapus
    2. Kebalik mbak...saya pingin cepat sembuh dan cepat apel ke rumah si perawatnya heeee

      Hapus
  11. Iiiihhh cubit wae mbak dokternya...
    Aku juga beberapa kali ke dokter trus aku ngerasanya mereka tuh kerjanya gak total.
    Pernah meriksain kulitku tapi dia gak megang cobaaa... gak total abis. Toh kulitku sakitnya gak yang jorok. Lagipula kalo pun jorok pun kan tetep harus dia liat seksama... Iiihhh gemesss gueee... tak kethak pengennya dokter itu...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dokter sekarang ilmunya udah tinggi, Na. Cukup diterawang dari jauh, langsung bisa mendiagnosa :D

      Hapus
  12. Baru tadi pagi saya dari Puskesmas, tapi saya ke klinik gigi. Sempat memperhatikan yang di klinik umum, hampir sama tuh dengan kejadian yg Mbak Dewi ceritain. Dokternya meriksa sambil duduk, pasienpun duduk. Padahal tepat disebelahnya ada ranjang + kasur buat pasien :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kok dimana-mana sama ya, Teh? Kuciwa eykeh..

      Hapus
  13. Pelayanan Publik di Indonesia pada umumnya amat sangat payah...
    Selain butuh waktu lama, layanannya juga nggak "nguwongke".
    Nggak cuma layanan kesehatan.
    Bank juga sama.
    Kemarin istri saya ambil uang di BNI, padahal gak seberapa. Setelah nunggu lama dan sampai pada gilirannya, ternyata uangnya Bank habis dan istri saya diminta nunggu kalau ada setoran.
    Sungguh gila segila2nya, padahal ini BNI di kota lho, bukan unit yg di pasar2...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar, Pak. Kantor lurah juga payah. Mama saya bikin KTP dowang tp 2 tahun ngk kelar2. Apanya yang susah ya, Pak? Heran deh.. Padahal kita taat bayar pajak buat gaji mereka :(

      Coba kantor lurah ada yang swasta, saya lebih milih swasta aja. Kebanyakan pelayanannya ok punya :)

      Hapus
  14. he..he..mudah2an di puskesku nggak gitu ya..Wi...
    nggak semua dokter bisa kasih empati .., pasti ada aja yg agak melenceng



    semoga Mama cepat sehat ya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha.. iya, Mbak, nggk semua puskes juga jahat kayak yang kuceritain, buktinya mamaku keukeuh belain puskes di kampungnya :D

      Disini kebanyakan dokter melenceng, Mbak. Saya stress kalo mau ke RS/Puskes. Takut sakit hati... Takut makan hati.. Kita mbayar tapi kok musti menghiba-hiba pada mereka yaa..

      Hapus
  15. jempolan ni...senang dengan gaya berceritanya...nih kasih upil...gede lho!

    BalasHapus
    Balasan
    1. zizaaaiii...
      Saingan tuh ama bos ku.. hak..hak..hak..

      Hapus
  16. Maa.. ini dokter gigi puskesmas bukik.. hehhe.
    Alhamdulillah klo di puskesmas bundo jam 7.45 teng pendaftaran harus mulai. Dokter juga sudah siap siaga jam segitu.. karena kita diabsennya pake mesin, telat sedetik langsung kena itungan akumulasi telat.

    dokter giginya pasti berdiri klo periksa, tapi soal jutek itu tergantung.. tapi Insya Allah engga kok ma.. xixi.

    semoga mama cepat sembuh yaa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jangan-jangan dulu mama berobat ke puskes-nya Bundo.. :D Mama keukeuh banget di bukik itu dokternya bagus-bagus. Kecuali RSU yang dkat Ngarai (kalo ngk salah), Bun. Aku trauma berobat kesitu. Bukan dokter aja, perawatnya juga juteeeeeekkk..banget. CS nya aja jutek. Astaga! Itu orang pada makan apa ya? ck..ck..ck.(dulu sih, ngk tau klo skrng). Kapok aku berobat kesitu, Bund.

      Kami dulu sering berobat ke RS Islam yang di Belakang Balok, Bund. Dokternya baik-baik banget (dulu sih, ngk tau klo skrng) :D

      Hapus
    2. Amiiinn... Makasih doanya, Bun.. Ntar tak sampein ke mama :)

      Hapus
  17. kurang sopan ya dokternya sampai gka mau berdiri, apa karena dokternya gak bisa berdiri mbak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kayaknya bisa, soalnya dia masuk ke ruang periksa dengan langkah tegap :D

      Hapus
  18. hmm puskesmas ya..?

    kalo gubernurnya jokowi, bisa dilaporkan tuh.. :D

    BalasHapus
  19. knjungan mlm mbk. trmkasih mbk postingannya'y.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kok terima kasih? hehe.. Iya deh, sama-sama...

      Hapus
  20. iya, ini dokternya lagi sakit perut kali jadi males berdiri... dokter kok begitu ya.. aneh...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu masih mendingan masih mau megang. Ada yang lebih parah, Mas.. Gini kisahnya (kisah nyata di puskesmas yang sama)

      Pasien: "Dokter telinga saya sering guattteelll..banget dalamnya. Kenapa ya, Dok.."

      Dokter: "[Nggak pake periksa] Oh, itu karena ada kotoran didalamnya. Saya rujuk aja.." [Langsung nulis rujukan]

      Nggak ada usaha banget, deh! Gemes liatnya.

      Hapus
  21. harusnya dibawa aja ke klinik tong-tong mbak dee

    dulu saya pernah punya sakit mag
    sejak berobat ke klinik tong-tong
    ....

    hahaha..

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahahaha..
      hahahahaha..
      jadi ingat parodi tong-tong..hahaha...
      bikin sakit perut euy! :D

      Hapus
  22. Satu lagi cerita miring dr pelayanan kesehatan negeri ini..sungguh bikin pening..

    Susah dpet pelayanan prima di negeri ini dr pelayan berbaju dinas itu, itulah banyak orang yg senang ngeluarin duit lbh diklinik tp dpt pelayanan prima.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benul! Orang Kepri lebih senang berobat ke negeri jiran. Disini malah berobat seperti mengemis, padahal mbayar. Nunggu dokter aja pake acara pingsan dulu, baru dokternya datang :(

      Hapus
  23. orang mengatakan ini sudah menjadi budaya. Budaya ? nggak lah mosok hal yang nggak baik jadi budaya. Tapi begitulah, kalo untuk urusan umum dan hanya mendapatkan duwit dari gaji, mereka kerja seenak udelnya. Tapi kalo sudah di tempat praktek, pelayanannya sungguh jauh beda sekali. Inilah orientasi kerja duniawi. semata mencari duwit, bukan mencari pahala dan memberikan kemanfaatan pada orang lain. Yang ada justru memberikan kemarahan orang lain

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, itu dia Pak Ies. Dokter yang meriksa mama itu punya tempat praktek juga, dan kami juga pernah berobat kesitu beberapa kali. Ditempat praktek dia emang wokkehh banget lho.. Beda 100% sama waktu di puskesmas :D
      Ya ampooonn...ck..ck..ck..

      Hapus
  24. setuju,,,terkadang memang pelayananannya kurang menyenangkan,,di daerah saya malah petugasnya yang cerewet banget bikin pasien pengen kabur,,hehe..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bikin pasien makin sakit ya, bo.. Makanya banyak orang pindah ke obat herbal ;)

      Hapus
  25. Ngomongin soal PUSKESMA memang tidak ada habisnya. PErnah suatu ketika ketika saya mau cek kesehatan gigi di sebuah rumah sakit di kabupaten musti dapat surat rujukan dulu di Puskesmas. UDah gitu ya ke Puskesmas bolak balik jadinya. Tapi syukurlah puskesmasnya oke punya petugasnya stand by

    BalasHapus
    Balasan
    1. Enak yang kayak begitu, Pak. Kalo ditempatku pasti nunggu petugas dulu setengah jam, paling cepat :D

      Hapus
  26. seperti itulah bentuk pelayanan yang paling sering kita jumpai.. :( kadang kita hanya bisa miris sendiri ;(

    BalasHapus
  27. hampir semua petugas puskesmas itu kurang baik pelayananya terhadap otrang yang mau berobat saya aja masih mikir entah apa yang mereka inginkan, klw memang gak mau melayani orang sakit kenapa dia harus bekerja di bidang kesehatan thanks atas infonya ........!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener, harusnya sebelum masuk sekolah bidang kesehatan mikir dulu ya, sanggup apa enggak menghadapi orang sakit yang keluhannya seabrek? Jangan cuma mikir "mau jadi dokter ah, duitnya banyak"

      Beginilah jadinya..

      Hapus
  28. dokternya pengen disuntik rabies kali tuh..?

    BalasHapus
  29. benar, mbak. tapi saya masih menemukan ada dokter yang sungguh2 "dokter", bukan sekedar mengejar materi :) tidak banyak, tapi ya masih ada. berharap semoga semakin banyak dokter yang seperti itu ya mbak :)

    salam kenal, mbak^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang masih ada, pasti masih ada. Kebanyakan saya jumpai diklinik2 swasta dan RS swasta. Kalau RSU dan Puskesmas ada juga sih, tapi jarang bang'get :D

      Hapus
  30. suka ada aja ya dokter yg kayak gitu.. semoga mamanya cepet sembuh ya mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Blom sembuh juga nih, Jeng.. Malah makin parah.. :(

      Makasih ya..

      Hapus
  31. Wkwkwkwkwkwk ... numpang ketawa aja hehehe ^_^

    BalasHapus
  32. Ikutan ketawa kayak Bang Aswi :D
    Itu pasti absennya belom pake finger print. Hehe...
    Psst... Obatnya ya memang itu ituuu aja. Saya aja bingung jadinya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Belum, Ka. Absennya masih yang ditulis di buku besar kayaknya :D *ingat waktu SD :D*

      Hapus
  33. kunjungan pertama, slam kenal sukses selalu!

    BalasHapus
  34. gak cuma ditempat mbak, ditempat saya juga gitu, mgkn ditempat lain jga banyak walawpun tidak semuanya, jangankan dokternya, perawatnya aja kadang pasang muka jutek mulu, lah orang mau berobat kok dijutekin, hehehe :D

    BalasHapus
  35. karena dia merasa pegawai negeri jadi biar gimanapun dia tetap ada yang bayar, jadi ngasal kerjanya thanks atas infonya.......!

    BalasHapus
  36. kasian juga yach mama nya nunggu lama ,,,,,,,
    kalo di kampung saya mah alhamdulilah pada baik baik ibu dokter sama bapak dokter nya sellu tepat waktu .....

    BalasHapus
  37. hadeuuuhhh...kebayang sih mba Dew gimana keselnya. etapi aku pernah berobat di dokter spesial yg berpraktek di rumah sakit swasta keren, aku nomor 78 dan baru diperiksa jam 10 malem coz dia (yg harusnya praktek mulai jam 5an) baru dateng jam 7 >_<

    BalasHapus
  38. koq sampe segitunya ya Mbak, gak kebayang deh keselnya. Alhamdulillah di Balikpapan belon pernah nemuin kayak gitu. Soalnya biaa nganterin Ibu ma Bapak. Nah yang lama ngantri ntuh di RS Swasta, ditulis praktek jam 07:00 datangnya jam 08:30....

    BalasHapus
  39. beuh, sama Buk, pengalaman temen Oyen pas di puskes seringnya dapet obat yang itu2 ajah, bahkan pernah salah deteksi penyakit, sampe akhirnya dibawa ke RS... gak cuman puskes, pengalaman Oyen nengok temen di RS ada juga yg udah mau pingsan dan gak kuat nunggu eeehhh susternya masih nyante2 aja, dan kebanyakan Oyen perhatiin susternya rata2 kurang rasa empatinya sama pasien (kasus RS di kampong jengkol lho,gak menyamaratakan), mungkin karena sekedar kerja saja, gak melihat bahwa kesembuhan pasien bukan semata faktor obat, tapi yg lebih penting dukungan semangat dan kesungguhan perawatan dari para susternya, minimal senyum, nyapa dan ngasi semangat gitu, ini seringnya datang cuman ganti inpus, nanya dikiit, udah.... hedeh, kek ngadepin patung bukan pasien :(

    BalasHapus
  40. terkadang orang itu kataknlah pegawai puskesmas, menganggap sebelah mata terhadap orang miskin karena dia tidak merasakan apa yang orang miskin rasakan, jadi tolong hargailah orang miskin kita sama-sama manusia dihadapan alloh swt sama, terimakasih atas infonya sangat bermanfaat sekali tuk saya......!

    BalasHapus
  41. Saya saja sering gak tahan dengan pelayanan yang begitu lama. Apalagi hanya nunggu petugas yang gak datang2.

    BalasHapus
  42. Ternyata memang dimana-mana sama aja, ditempat bang pendi juga gitu. pelayanan pegawai puskesmas sangat tidak memuaskan. Tpi tak apalah, paling ga Mba Dewi dapet pengalaman yg bisa diceritain ke bang pendi, hehehe. Eh, ngomong2,waktu buru2 angkat telp mama yg minta dijemput, klo pake celananya ga bener, masih wajar. tpi klo boleh nanya, udah cebok blom? huahahahaa.....

    BalasHapus
  43. wkwkw, ceritanya Bagus, hehehe, mungki petuganya stess kali Mbak. hehehe

    BalasHapus
  44. orangnya aja itumah buk gak punya rasa aturan dia itu di tegor, thanks atas infonya........!

    BalasHapus
  45. kalo say mikirnya kebnyakn malah berorientasi sm duit.... di jogja ada temna yang seakarat belum diurusin secara maksimal karna faktor tsb,, akhirnya dipindahkanke rs lain karena tdk terlayani dengan baik.

    BalasHapus
  46. Jadi dokter ituh emang harus mengabdi yah...

    Pasien bener bener harus dianggap dan dihargai, karena punya perasaan juga...

    Ntar aku kasih tau ama adek ku deh...
    Dia lagi Co-As soalnya...mudah2an 2 tahun lagi bisa jadi dokter beneran...

    Awas lho kalo jadi dokter oknum kayak gituh!!
    *lho kok ngancemnya disinih??*...hihihi...

    BalasHapus
  47. bikin jengkel banget deh dengan pelayanan seperti itu ...

    BalasHapus
  48. Itulah salah satu kenapa malas kali pergi berobat, ngantrinya lama trus di periksanya bentar. Udah gitu ngak memuaskan lagi jawabannya.
    Gimana nenenk skg kak Wi, lama ngak update nich jadi ngak tau perkembangan.
    Moga cepet sembuh ya kak Wi, salam buat mama.

    BalasHapus
  49. hahaha Cerita nya bagus mbasist, streess kali itu peetugasnya

    BalasHapus
  50. Makasih nich mba infonya,,,semoga menjadi renungan yia bwt ___

    BalasHapus

Yang cakep pasti komen, yang komen pasti cakep..

Tapi maaf ya, komentar nggak nyambung akan dihapus :)
Terima kasih...