Kenangan manis nan abadi dalam ingatanku pastilah masih saja ada sangkut pautnya dengan Rumah Putih yang sekarang sudah tak seberapa putih itu. Semenjak aku mulai mengenal dunia, aku telah tinggal di sana, membesar di sana dan punya ribuan kenangan manis di sana.
Rumah Putih itu berada disebuah desa, di pinggir jalan yang menghubungkan 2 kota kabupaten. Aku masih mengingat setiap detilnya, setiap inci rumah itu ada dalam kepalaku. Dan desa itu, sungguh akan tetap bersemayam dalam hatiku.
Di Rumah Putih itulah aku tinggal bersama kedua orang tua, 3 orang kakak perempuan dan seorang adik lelakiku. Setiap pagi pada sebuah masa dahulu adalah waktu tersibuk di rumah putih kami. Lima orang anak sibuk mempersiapkan diri untuk sekolah. Wira-wiri berkeliaran dengan hebohnya. Ada yang ribut kehilangan dasi, ada yang mencari kunci, ada yang sibuk nyari kaos kaki, ada yang dandan dan sebagainya. Sementara di bawah, mama berteriak-teriak menyuruh kami segera turun untuk sarapan.
Selagi mama sibuk mengurus lima kurcacinya *sebenarnya cuma 3 yang perlu penanganan serius, soalnya 2 kakak tertuaku sudah remaja dan bisa mengurus dirinya sendiri*, papa membantu mama melayani para pembeli di warung kami sambil sesekali menyeruput teh hangatnya. Setelah sarapan bersama di meja makan, ke lima anak mamaku berangkat ke sekolah masing-masing, dan papa yang waktu itu masih bekerja berangkat ke kantor.
Pagi menjelang siang adalah waktu tersepi di rumah putih. Hanya ada mama seorang. Menyapu rumah, membersihkan sisa sarapan sambil melayani pembeli di warungnya. Lalu menyiapkan makan siang. Ketika para kurcaci pulang, mereka tinggal menyantap makanan yang telah terhidang di atas meja. Hal yang paling aku suka adalah, 3 kali sehari kami selalu makan bersama di meja makan yang dihidangkan oleh mama dgn bantuan kakak-kakak persis seperti makan di rumah makan padang . Tapi aku paling tak suka jika mama memerintahkan aku membantunya menghidangkan makanan dan membereskan meja setelah selesai. Aku lebih suka duduk menunggu hidangan datang dan menyaksikan kakak-kakak membereskan meja seperti yang dilakukan papa dan adik lelakiku . Rasanya itu lebih eilekhan dan jantan!
Sore hari *kami jarang tidur siang dan jarang mandi sore - especially akhiu..*, kami sibuk bermain dengan teman-teman disekitar rumah. Aku dan adik lelakiku sering bermain bersama. Kami punya teman sepermainan yang sama karena usia kami tidak terpaut jauh. Biasanya kami main sepeda di halaman rumah kami yang lumayan luas, berenang di kolam depan mesjid, atau bermain di halaman sekolah SD di seberang jalan raya depan rumah. Kadang menangkap capung untuk disiksa dengan memasukkan mereka kedalam kantong plastik tanpa perikecapungan. Masa kecil adalah masa yang indah sekaligus kejam Tapi masa itu adalah masa yang paling indah dalam hidupku................
Sebulan sekali kami mengunjungi nenek di desa yang berjarak sekitar 3-4 km (mungkin lebih) dari desa kami. Jalannya mendaki menurun dan tidak diaspal. Desa nenek mengarah ke gunung Marapi. Sepanjang jalan menuju desa nenek dipenuhi oleh kebun tebu dan binatang ternak yang merumput. Setiap kali hendak ke rumah nenek, aku menghindari memakai baju merah, karena takut dikejar lembu. Juga baju hitam karena kata teman-teman kerbau suka warna hitam *nggak tau teman-temanku dapat ilmu tentang perkerbauan itu dari mana*
Aku menyukai desa nenek yang sepi, nyanyian angin yang menyisir daun tebu, aroma rumput yang dibakar petani di ladang, aku suka menyepi duduk di bawah pohon kopi di belakang rumah nenek, aku juga suka aroma tebu yang ditiupkan angin. Sering kami kilaf mengeksekusi tebu orang di pinggir jalan hanya dengan minta ijin sama tebu itu sendiri: " tebu, kami haus.. minta satu ya..." Biasanya tebu itu diam aja, dan kami mengartikannya sebagai tanda persetujuan . Yang paling seru, kalau kami ke desa nenek, teman-teman banyak yang minta ikut. Soalnya perjalanannya lumayan seru, serasa naik gunung gitu deh
Balik lagi ke Rumah Putih kami punya ladang yang lumayan luas di belakang rumah. Ketika aku berangkat remaja dan papa sudah resign dari kantornya, papa bersama abangnya yang kami panggil Pak Gaek alias PakDe mulai menanami ladang luas itu dengan jeruk dan cabe. Setiap hari minggu, kami dan para sepupu dikerahkan untuk membantu memetik cabe. Sebelumnya kami disogok mama dengan aneka jajanan..hihi.. Soalnya kalo nggak ada sogokan, kami suka mangkir dari kewajiban mingguan memetik cabe. Jadi sebelum metik cabe, menikmati jajanan dulu sampe jam 10, metik cabe 2 jam sambil mendengarkan sandiwara radio untuk anak-anak, lalu pulang ke rumah untuk makan siang
Hhhh..banyak kenangan manis yang tak kan terlupakan olehku. Paling senang ketika senja menjelang, kami akan berkumpul di dapur menemani mama memasak makan malam sambil menyanyi rame-rame. Sebagai penyanyi top yang sudah malang melintang di dapur, suara kami lumayan merdu, kata mama. Selesai makan malam juga begitu, kami naik ke lantai atas, belajar bersama di sebuah meja besar, lalu anak-anak perempuan tidur di sebuah tempat tidur besar bersama. Adik lelakiku tidur di tempat tidur terpisah, sendiri.
Yang agak menyedihkan buatku pribadi adalah ketika kakak sulung kami menikah. Saat itu aku baru duduk di kelas 2 SMP. Aku merasa kami dipisahkan oleh pernikahan itu, karena setelah menikah dia diboyong pindah oleh suaminya
Dan hidup terus berlanjut meninggalkan kenangan demi kenangan. Kakak kedua dan ketiga pergi merantau, menjalani hidupnya sendiri-sendiri, hingga akhirnya tiba giliranku meninggalkan Rumah Putih itu. Rumah itupun akhirnyakini tinggallah sebuah kenangan, terbingkai dalam kamar khusus di hati kami sebagai sebuah hal terindah dalam hidup kami. Dia akan tetap berada di sana sebagai kenangan manis yang abadi
Selain kenangan manis masa sekolah, kenangan manis yg paling spektakuler tentunya kenangan manis masa kecil, masa dimana kita masih sebagai anak, masa masih kumpul dengan orang tua dan saudara.
BalasHapusTapi seiring berjalannya waktu, kitapun harus melangkah membentuk keluarga baru dengan kenangan baru pula.
=============================
Makasih Mbak Dewi sudah ikut meramaikan GA Manis-Manis
Bener, Pak.. Tapi kenangan lama tetap abadi diingatan :)
Hapusmakasih juga, Pak.. Saya mah emang banci kontes musiman..hihi..
Hmmm cerita tentang rumah putih itu muncul kembali ...
BalasHapusrupanya memang ada banyak berjuta kenangan ada disana
salam saya
banyak banget kenangannya, Om.. Dari yang sedih ampe yang nggak sedih.. Semua lengkap tersedia :)
Hapusbener2 kenangan manis ya mbak kalau menulis tentang rumah putih
BalasHapusespecially untuk masalah jarang mandi..Wow...itu saja
BalasHapusaihh, so sweet banget mbak ....
BalasHapusRumah putih itu kan disebelah gedung putih ya..? ups...
BalasHapusPenasaran dengan rumah putihnya.. ada apanya yah?
rumah putih di pincuran puti.. bisa bundo bayangkan, tenang dan damai.
BalasHapusKenangan manis dan tak mungkin terlupakan. Biasonyo bilo alah marantau kasadonyo tingga urang gaek se baduo di rumah lai.
BalasHapusSalam, semoga manang.
Kenangan yg sangat manis ...
BalasHapusSemoga sukses ngontesnya mbak ...
membekas sekali ya cyin rumah putih itu...hmmm jd pengen ngadem di dalamnya :D
BalasHapusmoga menang deehh
sekian banyak tulisan yang nyangkut di otak cuma ga pernah mandi doang, haha
BalasHapus*lempar panci
kenangan masa kecil emang indah dan slit untuk dilupain
BalasHapuspengen banget rasanya pinjem pintu kemana saja doraemon biar bisa sejenak kembali menikmati masa kecil :)
weh emangnya ada lembu lereng merapi yang marah kalo kita make baju merah ? jangan-jangan lembunya peranakan banteng hhh.
BalasHapusKednangan masa kecil akan menjadi cerita yang berjilid-jilid jika kita urai karean setiap detiknya selalu melekat sampai kapanpun
waah udah posting yang manis manis
BalasHapusaku belom nih
kasian lho mba capung2 itu he..he.. smoga menang ya giveawaynya :)
BalasHapussy suka deh sm cerita kebersamaan di rumah putih terutama yg nyanyi2 di dapur itu.. sy yg hanya pembaca ikut ngerasain kebersamaannya :)
BalasHapusTulisannya yang menarik... baru tahu ada rumah putih.... selamat tahun baru dulu ya Mba...
BalasHapusKalau saya terkenang gadis-gadis manis. Ahahaha :D
BalasHapusMet tahun baru dulu, wish u all the best :)
Blog walking kesini..... semakin cantik.... blognya
BalasHapusTentang kenangan.... ehm
kalau saya punya kenangan yang pahit di saat saya suka sukanya saama cewe eh dia niggalin saya sama cowo lain......!
BalasHapuskenangan manis? wow !
BalasHapusaslkm.. hai,apa kabar mbak Dewi? lama aku tak berkunjung.. blognya makin oke..
BalasHapusSalam kenal,,,nice:)
BalasHapusPastinya rumah putih itu memang rumah yang tak terlupakan. Karena kita tumbuh darisana kan mbak.
BalasHapusKenangan kenangan yang emang ngak bisa di lupakan ya kak Wi.
BalasHapusLama ngak kemari..apa kabar kak Wi. Vales sama mama apa kabar kak Wi.
Kenangan di rumah tempat kita dibesarkan, adalah hal yang paling tidak terlupakan ya Dewi.. Akupun demikian. Meski rumah masa kecil sudah tidak ada lagi wujudnya, digantikan dengan rumah yang sudah dibangun baru, namun jiwa yang tertinggal di dalamnya selalu saja terkenang dengan indah.. :)
BalasHapusKenangan yang indah, pastinya gak bakal lupa :-D
BalasHapussekarang sudah tidak ada kenangan yang manis, karena sekarang belum menjadi kenangan... hehehe
BalasHapusSungguh kenangan manis yang sangat membahagiakan
BalasHapus