Tentang si Sexi dan Valeska

Hai, Sobat blogger. Pengumuman; Ane masih odip alias idup. Badan sehat dan seger, laporan keuangan ok, asisten baru pengganti si sexi kemarin udah dapet. Yah, beginilah hidup Sodara-sodara. Dengan sangat terpaksa si sexi telah ku eliminasi dengan tega. Coz, selama daku sakit, dia juga ikutan mangkir kerja. Entah karena apa. Ketika aku udah kembali kerja, dia masih aja lom masuk. Diah pun mengadu dengan muka cemberut ditambah bibir manyun panjang 10 centi hampir menyentuh monitor kompi.

Lalu, tanpa merasa bersalah, Senin berikutnya si sexi masuk dengan muka cerah ceria tak berdosa menyapaku dengan manis di anak tangga. Dengan hati ta'jub dan kagum dengan kecuekan dia, ku minta dia dengan setengah mangkel menjumpai staff HRD untuk mengambil surat pemecatan baik-baik tanpa berurai airmata dan tak perlu sedu sedan itu ( Pakdhestyle.mode-on). Barulah dengan wajah terkejut dia memandangku. Seolah tak percaya dengan kekejaman wanita lemah lembut ini *tsaaahhh. Sempat terbersit rasa kasihan dihatiku yang suci ini, tapi apa boleh buat, e'ek kambing bulat-bulat. Jika berani berbuat kudu berani bertanggung jawab.

Begitulah, Sodara-sodara. Si sexi telah pergi. Hari ini sudah dapet pengganti yang mudah-mudahan sexi luar dalam. Boleh aja pakaiannya sexi asal otak juga 'sexi' alias smart. Jangan sampai panjang rok dan otak sama-sama sedengkul. Betul?

Meski keadaan dikantor sudah aman terkendali, tidak demikian halnya dengan di rumah kecil kami, Sodara-sodara.

Adalah seorang anak kecil cantik bernama Valeska, hari itu lagi mbongkar lembaran biru yang tak seberapa dari dompet emaknya:

Duit buat beli syusyu nih....

Bosan ngitungin duit dan memporak porandakan isi tas emaknya yang nggak seberapa, dia mengambil buku berjendela yang dikirim oleh Eyang Cholik dari Surabaya.

Makasih ya, Eyang... I lop yu...

Setelah itu ketika mamanya sibuk berbenah dikamar dan neneknya lagi luluran di kamar mandi, dia masuk kekamar nenek dan langsung sibuk dengan seabrek kegiatan; menyalakan tipi, duduk selonjor di kasur sambil tangannya tetap sibuk melakukan sesuatu. Yes, indeed! Dia emang tidak pernah diam. Tak pernah ku lihat dia duduk manis sampai 1 menit. Dia selalu bergerak aktif melakukan sesuatu. Tapi apa yang dia lakukan hari ini cukup membuat emaknya mengelus dada menguras kantong (yang sudah setengah kering) dan sangat cukup untuk membuat neneknya histeris.

Apakah yang telah dia lakukan? Anda penasaraaan..?? Mau tauuuuu...?? Mau tauuu...?? Jamaah..ooo..jamaah... Inilah yang telah dilakukan si kecil itu, yang beberapa detik kemudian membuat suara neneknya melengking bak penyanyi rock era 70-an; Laila Sari! wwhoooooaaaaa.....!!

Kacamata nenek yang belum lama dibeli mengalami patah tulang pada bingkai cantolan kuping sebelah kanan(apa sih nama benda ini..?), semacam kawat halus yang berfungsi sebagai penyangga lensa kiri bagian bawah melengkung bak punggung penari, sementara bingkai untuk cantolan di kuping sebelah kiri lurus memanjang menyamakan barisan dengan bingkai lensa. Sungguh malang nasibnya. Sungguh mengenaskan.

Aku terpaku dipintu kamar sedetik setelah jejeritan memanggil emakku:

"Maaaaa............. tadi tarok dimana kacamatanyaaaa...?"

Emakku yang masih kembenan handuk bergegas keluar dari kamar mandi. Nalurinya sebagai pemilik kacamata pasti sudah membisikkan apa yang telah terjadi antara si kacamata dan cucu tercinta. Begitu memandang keadaan bodi si kacamata yang memilukan, emakku berucap pedih sepedih-pedihnya:

"Astaghfirullah............................. Tadi mama tarok diatas lemari. Mungkin dia manjat kursi. Ya amppuuuunnn.....!! Kok nakal banget sih, Naaaaakkk...!!"

Emakku gregetan, bingung mau diapain tu anak. Mau di cubit, kasihan. Mau di pukul lebih kasihan. Mau ditampar juga kasihan. Sementara si terdakwa duduk senyum-senyum masih nonton tipi. Sama kayak si sexi, tak ada raut muka bersalah. Mereka pasti meniru ciri khas para terdakwa Tipikor di Indonesia.

Kata Bang Haji: SSSHH..HHAAAAANNNTT...TTHHHAAIII... Gak perlu merasa bersalah, toh sudah terjadi. :) Tinggallah aku yang harus merogoh kocek lagi buat ganti kacamata nenek dan tinggallah nenek terkebil-kebil kalo mbaca buku dan merem setengah melek kalo nonton tipi.

Ck..ck..ck... Kasihan oh kasihan...